Nada dering panggilan di ponsel Kanaya yang disetel dengan volume paling tinggi membangunkan si pemilik ponsel yang masih tertidur lelap karena dirinya baru bisa tidur saat jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi.
Kanaya melihat jam digital yang tertampil di layar ponselnya, masih jam setengah enam pagi dan sudah ada panggilan masuk sepagi ini.
Butuh mengumpulkan sedikit nyawa bagi Kanaya untuk melihat dengan jelas si penelfon, dan tentu saja itu dari Mama.
"Halo, Nay? Kamu udah bangun belum?"
"Baru bangun." jawab Kanaya dengan matanya yang kembali terpejam.
"Ya Allah, ini udah jam setengah enam. Sholat Subuh cepetan! Abis itu mandi, terus masak itu mama udah ngungkep ayam, kamu tinggal goreng. Lagian Ya Allah, Kanaya.... Kamu ini udah punya suami, bukannya bangun pagi masakin Kavi malah masih tidur."
Kanaya sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya karena omelan Mamanya yang tidak berhenti.
"Iya, ini Kanaya bangun." Kanaya berusaha sebisa mungkin agar suaranya tidak terdengar kesal, karena bisa jadi omelan Mama akan lebih panjang.
"Nanti langsung siap-siap ya ke Klaten, ajakin Kavi sekalian." Itu perintah Bu Kalina sebelum mematikan ponselnya dan Kanaya hanya menghela nafas panjang.
Nyawa saja belum terkumpul penuh, sudah diingatkan untuk pergi ke Klaten untuk menghadiri acara pernikahan sepupunya.
Kanaya bangkit dari kasurnya, mengambil handuk yang dia taruh di jemuran khusus depan kamar mandi untuk mandi kemudian melaksanakan ibadah pagi sebelum turun ke bawah membangunkan Kavi yang tidur di kamar tamu.
Kanaya merutuki kakaknya yang sampai sekarang belum ada kabar, bahkan sepertinya tidak berniat pulang. Kanaya sudah mencoba menghubungi tempat kerja kakaknya, tapi mereka bilang, Arthur memang masih dalam masa cuti yang dia ambil untuk pernikahannya. Arthur memang menggunakan jatah block leave-nya yang tidak pernah dia gunakan selama dua tahun belakangan.
"Gara-gara dia, gue juga yang disuruh kondangan bawa suami." decak Kanaya sambil menuruni anak tangga, "Modelan Kavi lagi suami gue." cewe itu tidak berhenti berceloteh sampai dia membuka kamar tamu yang tidak dikunci dan Kavi masih tidur nyenyak disana.
Tanpa pikir panjang, bermodalkan cahaya lampu dari ruang tengah yang terang, Kanaya masuk kamar tamu tanpa menyalakan lampu kamar dan tangannya langsung menarik selimut yang Kavi gunakan untuk menutupi tubuhnya yang tidur dengan posisi tengkurap.
Kanaya lupa kalau kebiasaan Kavi saat tidur berbanding terbalik dengan Arthur yang lebih nyaman memakai pakaian lengkap. Kavi hanya akan menggunakan celana pendek dan melepaskan atasannya agar tubuhnya merasa lebih nyaman.
Tapi Kanaya tidak canggung lagi karena ini sudah kedua kalinya melihat Kavi bertelanjang dada setelah kemarin resmi menikahinya.
"Kav! Bangun!" Kanaya mengetuk nakas yang ada di samping kasur untuk membangunkan Kavi.
Cara ampuh yang selalu Kanaya gunakan untuk membangunkan Kavi ini berhasil.
Cowo itu dengan cepat membuka matanya dan melihat Kanaya berdiri di samping kasur.
"Udah sholat belum?" tanya Kanaya yang dibalas gelengan kepala dari Kavi. "Buruan mandi, sholat, sambil gue nyiapin makan dulu. Abis itu kita ke Klaten nyusul Mama Papa."
Kavi sontak kaget mendengar kalimat terakhir yang Kanaya ucapkan.
Pagi-pagi begini Kavi disuruh menyetir mobil sampai ke Klaten?
"Ngapain ke Klaten?" tanya Kavi masih dengan suara paraunya dan mata yang belum sepenuhnya terbuka.
"Kondangan lah, temenin gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Story • Kaistal
Fanfic"Tuhkan, putus lagi. Karma sih lo, makanya jadi cowo jangan kebanyakan gaya." "Apaan sih, lo juga jomblo mulu." "Masih mending gue lah, ngga pernah galau. Ga kaya lo gagal tunangan dua kali." "Berisik." Kavian Pradipta merasa kesal karena selalu di...