0,13

267 25 2
                                    

Maaf ya updatenya telat

Happy reading guys...

♡◇♡

Pemuda dengan balutan baju pasien itu tergeletak lemas di lantai. Di sebelahnya ada dua orang yang tertawa penuh kemenangan. Keduanya menatap remeh pada tiga pemuda di hadapannya.

Pria setengah baya yang duduk di kursi ruangan tersebut menyilangkan kakinya. "Kenapa diem?"

Lelaki muda di sampingnya terkekeh pelan. "Padahal gue belum lempar kalinya loh, kok kalian udah makan umpannya?"

Kaisar Megantara, remaja itu tersenyum sinis. Meski rasa sesak mulai menghampirinya. "Gue nggak sebodoh itu buat nggak tau lokasi sahabat gue sendiri."

Riga mengepalkan tangannya. "Kenapa Bajingan itu bisa ada di sini?" Gumamnya.

"Lo kenal, Ga?" Sada berbisik lirih. Sahabatnya itu mengangguk singkat.

"Lepasin Shaka!" Kaisar berucap dingin. Ia dapat melihat aura hitam mengelilingi dua pria itu.

Deandra Shankara dan Ayahnya, Dewa Shankara, tersenyum remeh. "Sayangnya, saya tidak akan melepasnya begitu saja. Sudah lama saya menunggunya."

Riga maju satu langkah. "Lo siapa? Beraninya pake ilmu hitam!"

Sada merasa bodoh karena tak tahu apa-apa. Ia hanya bisa menyimak saja. "Ada baiknya gue diem dulu deh." Batinnya.

Pria itu terkekeh. "Memang seharusnya dari dulu saya tidak membiarkan anak ini hidup."

Shaka tidak pingsan hanya saja tubuhnya terasa lemas. Nafasnya pun terasa memberat. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya dan menopangnya. "Sialan! Kenapa di saat kayak gini sih?!" Batinnya.

Setelah berhasil mengangkat kepalanya, ia terkejut dengan tiga orang temannya. Kaisar menatapnya sebentar. Raut lega juga terlihat dari wajahnya. Shaka beralih menatap Deandra dengan ayahnya. Manik mata beda warna itu kembali terpejam. Anak itu mengeluarkan aura positifnya. Kaisar dan Riga bisa merasakannya. Bahkan Sada pun ikut merasakannya.

Dewa dan Dean menoleh cepat kala aura negatifnya bersitabrak dengan aura positif Shaka. "Sialan!" Desis Dewa sembari beranjak dari duduknya.

Merasa mendapat kesempatan, tiga pemuda itu saling mengode. "Lakuin sekarang!" Bisik Riga.

Tanpa basa-basi Riga dan Sada menghajar ayah dan anak itu. Mereka yang belum siap tersungkur karena pukulan telak dari lawannya. Dua remaja itu menyerang tanpa jeda. Terlebih mereka mendapat bantuan dari aura positif Shaka.

Kaisar mendekati Shaka dan berniat membawanya pergi. "Shak! Kita harus pergi dari sini!"

"Enggak! Nggak bisa! Mereka bisa mati Kai.." Shaka memelankan suaranya di akhir kalimat.

Jika sudah begini Kaisar juga harus ikut membantu. Hanya sebentar lagi sampai kepolisian datang. Ia kemudian mengembuskan nafasnya. Ikut mengeluarkan aura positifnya, Riga pun sama. Akibatnya, lawan mereka melemah. Riga tersenyum miring. Kaisar memutuskan membawa Shaka untuk menepi.

Brraak

Riga berhasil melumpuhkannya. Disusul Sada yang berhasil menang dari Dean. Aura negatif mereka semakin samar. Seiring dengan bunyi sirine polisi yang mendekat. Ruangan tersebut didatangi anggota aparat polisi. Setelah sebelumnya mereka bekerja sama dengan keluarga Shaka.

Ardhana mendekati Shaka dan juga Kaisar. "Terima kasih banyak, Nak." Ucapnya pada Kaisar. Anak itu tersenyum tipis.

Pria paruh baya itu menggendong tubuh lemas anaknya. Semua orang keluar dari sana dengan selamat. Mereka semua membubarkan diri. Inti Grahita memilih mengikuti ke rumah sakit.

This is ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang