18

187 20 2
                                    


Maaf ya baru bisa update
Semoga kedepannya bisa lebih cepet
Updatenya....

Jan lupa komen dan tekan vote!
Komenmu, semangatku

Sorry for typo

Happy reading guys...

୧⍤⃝ ♡

Anggota inti Grahita plus Elang, kini tengah berkumpul di markas. Dengan Sada dan Elang yang bermain catur, dan Danta yang sibuk melukis. Sedangkan Candra, Milan dan Natha bermain game di ponselnya. Kaisar, Riga dan Mahesa memilih mengerjakan tugas bersama.

"Kai, gue denger si Shaka pindah sekolah, bener tuh?" Ucap Danta membuat suasana tiba-tiba hening. Hanya terdengar suara dari ponsel Milan, Candra dan Natha.

"Ho oh, gue nggak tau pasti alasan dia pindah. Kalo ngelihat dari keluarganya, gue rasa mereka yang minta Shaka pindah." Balas Kaisar dengan tangan yang masih sibuk menulis tugasnya.

Natha melirik sekilas ke arah Milan. Ia jadi teringat dengan perkataan Ayahnya. Namun ia memilih mengabaikannya. Dirinya tak ingin membahas tentang hal itu di markas.

"Tha! Mainnya yang bener!" Gerutu Milan yang kesal karena karakter game Natha tak kunjung bergerak.

"Cik! Iya-iya! Can, serang mereka!" Pinta Natha pada Candra yang malah sibuk menggerakkan karakter gamenya kesana-kemari.

"Lo udah tau duluan, Kai?" Tanya Mahesa yang sedang membereskan bukunya.

Kaisar mengangguk. "Udah, pas di rumah sakit." Ia merasa ada yang janggal.

"Kalian nggak dikasih tau Shaka?"

Mereka kompak menggeleng. "Positif thingking aja sih, mungkin sama keluarganya disuruh buat ngerahasiain." Sahut Milan tenang.

Mahesa mengangguk setuju. "Nggak semua hal bisa kita cari tau juga."

Natha tiba-tiba berdiri. "Nyokap gue telpon! Gue angkat dulu, kalian berjuang semampu kalian."

"Parah lo, Nat!" Ucap Candra geram.

Riga juga ikut bangkit. "Gue pamit pulang, udah ada janji sama bokap soalnya."

Pria itu lantas menyalimi ala-ala satu persatu. "Eh Bang, gue ikut." Seru Kaisar sembari memasukan alat tulisnya.

Milan dan Candra berhasil memenangkan gamenya. Keduanya kini beralih melihat Sada dan Elang yang bermain catur. Sangat fokus sampai tidak menyadari Natha sudah kembali.

"Lan!--"

"HAH?!"

"Ngagetin lo! Apa?

Natha menjitak kepala Milan sehingga anak itu meringis pelan. "Mama udah nyuruh pulang."

Milan menatap jam dinding sebentar. "Jam segini? Jam setengah delapan? Gue masih pengen disini dodol!"

"Bocot banget lo! Pulang aja sana!" Elang pun berucap pedas karena terganggu permainannya.

Milan menghela nafas pelan. "Guys, kita pulang dulu, kalian jangan malem-malem pulangnya!"

"Iya-iya! Bawel banget sih!" Sahut Danta yang sedari tadi fokus dengan kanvasnya.

୧⍤⃝ ♡

Natha dan Milan sampai di rumah dengan selamat. Memang akhir-akhir ini orang tuanya meminta mereka untuk pulang lebih awal. Tentunya mereka tidak bisa menolak.

"Assalamualaikum!" Kompak keduanya.

"Waalaikumsalam, maaf ya Mama tiba-tiba minta kalian pulang, Mama cuma khawatir sama kalian." Ucap Mama Teana dengan nada sirat akan kekhawatiran seorang ibu.

Milan tersenyum manis den menyalimi sang ibu. "Mama nggak peru khawatir berlebih ya? Milan sana Natha akan baik-baik aja."

"Iya Ma. Mama bisa telepon Natha ataupun Milan juga." Sahut Natha yang ikut menyalimi Teana.

"Mama cuma nggak mau kalian kenapa-kenapa." Kali ini Teana sudah lebih lega.

Milan melihat sekeliling. "Papah belum pulang, Ma?"

"Udah kok, lagi di kamar. Katanya mau bicara sama kamu." Balas Teana sembari berjalan ke arah dapur.

"Kalo gitu, Milan nemuin Papah dulu." Pamitnya, lalu berlalu ke lantai dua.

Natha memperhatikan Teana lamat. "Ma, tadi Papa telepon Natha."

"Papa bilang apa ke kamu?" Tanya Teana sembari duduk di depan Natha.

"Katanya Papa mau nanggung biaya kuliah Natha. Menurut Mama gimana?" Jawab Natha tanpa minat.

Teana mengangguk paham. Meskipun ia dan mantan suaminya sudah lama berpisah. Namun hubungan mereka tidak buruk. Mereka juga dengan adil membagi waktu dengan anak-anak mereka. "Natha mau nerima atau enggak? Semua keputusan ada di tangan Natha, kalo masih ragu kamu bisa tanya ke Papah ataupun Abang kamu."

Natha berpikir untuk menimangnya. "Nanti Natha tanya dulu sama Papah aja lah. Kalo sama Bang Ivan yang ada Natha disesatin lagi."

Teana terkekeh pelan, ia mengusak gemas rambut anaknya. Natha memang berada di jurusan IPA karena Kaivan yang menuliskan jurusannya. Dulu Natha hanya mengiyakannya. Walau begitu, nyatanya Natha mampu bersaing dengan temannya yang lain. Kalau kata Milan. Natha dapat peringkat 10 besar karena hoki. Dan kenyataannya memang benar.

"Natha nyesel nggak, masuk jurusan IPA?"

"Nyesel nggak nyesel sih, Ma. Natha bersyukur dikelilingi orang baik dan bisa lebih deket sama Milan. Nyeselnya karena bukan Natha yang milih jurusan ini." Tutur Natha dengan senyum manisnya.

Teana tersenyum bangga. Kedua anaknya mampu menerima kehadiran Milan dan Papahnya. Begitupun sebaliknya. Meski awalnya Milan sedikit tidak terima lantaran Arka memberitahunya mendadak. Dan sempat mendiami Suaminya itu. Namun sekarang Milan bisa lebih terbuka. Natha pun bisa mengekpresikan dirinya lebih baik.

Bersambung...

Maaf bet cuma bisa update sedikit
And nggak sebanyak biasanya
Hampura pisan abdi teh..

Terima kasih juga udah pada setia menunggu dan ngasih dukungan..

See u naxt chapter guys...

This is ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang