0,11

266 24 2
                                    

Maaf ya up nya diluar prediksi

Happy reading guys

☆★☆

Kaisar merasa hari ini Shaka banyak diam. Bahkan tak jarang Kaisar mendapatinya melamun. Entah apa yang bersarang di benaknya. Kaisar yang biasanya crewet kini mendadak ikut diam. Bukan berarti cuek ataupun tidak peduli. Hanya saja ia tak ingin menambah buruk suasana hati Shaka.

Di jam istirahat kedua, Kaisar mengajak Shaka untuk ke kantin. Pesanan mereka sudah datang. Tak ada perbincangan di antara keduanya. Shaka seperti tak minat dengan makannya. Karena dilanda penasaran, pada akhirnya Kaisar bertanya. "Lo kenapa sih? Ngelamun terus."

Shaka menggeleng pelan. Ia kemudian tersenyum tipis. "Gue cuma ngerasa aneh aja, nggak tau kenapa."

"Yakin, nggak ada yang lain? Lo bisa cerita sama gue." Kaisar menyendokkan suapan terakhirnya.

Anak itu menelan kunyahannya. "Iya-iya, tapi nggak sekarang."

Kaisar tersenyum puas. "Gitu dong!" Ucapnya sembari menepuk lengan Shaka. "Eh gue ke toilet bentar."

"Ya udah, cepetan. Lebih dari 10 menit terima hukuman!" Ancam Shaka sembari menodongkan garpu.

"Iya! Bawel banget lo!"

"Menye menye menye!" Cibir Shaka.

Kaisar spontan menjitak kepalanya Shaka. Cukup keras hingga anak itu kembali fokus dengan makannya. Setelahnya, anak itu benar-benar menghilang dari pandangan.

Shaka menghabiskan minumannya tanpa minat. Apa lagi melihat segerombol anak yang ia lihat tadi pagi. Dari arah jalannya, kemungkinan besar mereka menuju mejanya. Shaka masih bersikap santai. Semua murid di kantin berbisik mengenai dirinya. Semua itu kian bertambah saat mereka duduk di bangku tempatnya.

"Hai! Kita ketemu lagi, pahlawan pagi!" Ucapnya menekankan dua kata terakhir.

Dari berita yang Shaka dengar, anak di hadapannya ini merupakan anak dari salah satu donatur di sekolahnya. Dan siswa di belakangnya pembantunga? Bukan, mungkin lebih seperti anjing yang menurut pada tuannya. Dari nama yang tertulis yaitu Eric Sebastian. Anak badung yang sialnya menjadi musuh bebuyutan Milan and the geng.

Shaka tersenyum miring sembari menggiggit sedotannya. "Seharusnya gue datang agak siang ya? Biar jadi pahlawan kesiangan."

Eric menekan dahi Shaka hingga terhuyung. "Denger ya, anak beasiswa kayak lo nggak bakal mampu ngelawan gue!"

Shaka diam tak membalas. Ia menatap tajam ke arah Eric. Kemudian tawa kecil keluar dari bibirnya. "Nggak kebalik? Yang ada lo nyesel berurusan sama gue."

Pyaar

Merasa kesal dengan jawaban Shaka, sekuat tenaga Eric membanting gelas didepannya hingga hancur bekeping-keping. Semua murid menjadi waspada. Mengingat terakhir kali ada orang yang melawan Eric berakhir dengan keluarnya si murid.

Bugh

Eric meninju Shaka yang belum siap. Anak itu terhuyung hingga jatuh. Siswi disana bertriak histeris. Sebagian ada yang mengacungkan kamera ponselnya. Shaka terkekeh sembari menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.

Saat Eric ingin memukulnya kembali, dengan cepat Shaka berhasil menghalaunya. Ia dengan sengaja menendang tulang kering si lawan. Keadaan berbanding terbalik. Kini Eric yang berada di bawah. Shaka memungut kepingan gelas tadi. Sengaja mengarahkan ke wajah ketakutan Eric yang sedang menahan sakit.

This is ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang