00.21 Akhir dari Semuanya

193 14 6
                                    


Spesial buat kalian aku doble up

Semangat buat kalian

❀(*´▽'*)❀

Semua anggota inti Grahita berkumpul di markas kedua. Hari ini mereka dapat berkumpul dengan anggota inti yang lengkap. Milan dan Shaka juga hadir. Meski awalnya Milan bertanya-tanya, namun kini mereka sudah bercanda dan akrab lagi. Mereka semua sungguh menikmati acara dengan baik dan penuh keceriaan.

Milan masih dalam masa pemulihan. Jadilah mereka mengadakan acara di rumahnya. Ia duduk di salah satu kursi taman. Melihat euforia teman-temannya. angin berhembus lembut menerpa wajahnya, suasana sudah mulai tenang. Membuatnya merasa nyaman.

"Minum, Bang!" Ucap Shaka sembari menyodorkan jus buah pada Milan.

Milan tersenyum tipis, menerima gelas itu. "Thanks."

Shaka hanya mengangguk. Ia lantas duduk di sebelah Milan. Keduanya saling diam, memperhatikan teman-temannya yang sibuk menyiapkan semuanya. "Udah lama gue pengen bilang soal ini ke elo, Shak." Ada jeda sesaat sebelum Milan melanjutkannya.
"Shak, thanks." Lanjut Milan dengan nada suara yang begitu tulus.

Shaka menaikkan sebelah alisnya. Ia menatap milan yang sedang melihat ke depan. "For what?"

Milan menoleh. "Buat semuanya, gue bener-bener berterima kasih sama lo. Mungkin kalo lo nggak ada gue nggak bisa di sini. Ngelihat yang lain, dan kita juga nggak bisa kenalan."

"Tiba-tiba banget ngomong gitu? Gini ya Bang, sebagai sesama manusia, tentunya kita saling membutuhkan. Gue butuh kalian, kalian juga butuh gue." Shaka menepuk pelan bahu yang lebih tua. "Jangan berterima kasih ke gue, gue cuma perantara dari semuanya."

Remaja itu saling tatap dan tersenyum bersama. "Oh iya, itu mata lo asli kan?" Tanyanya mengalihkan topik pembahasan.
Ingin rasanya nenggelemin wajah Milan ke air kolam. Sesuatu yang sudah jelas seharusnya tak perlu ditanyakan lagi. "Asli lah, ya walaupun bukan langsung dari Ayah sama Bunda." Sewot Shaka dengan nada kesal.

Milan terkekeh pelan. Ia bertanya hanya untuk memastikan saja. Namun melihat reaksi dari Shaka membuatnya ingin mengusili lebih. "Ya udah sih, nggak perlu ngegas juga."

"Woy join sini nggak kalian?" Suara dari Elang membuat keduanya menoleh. Sepertinya acara bakar-bakarnya sudah selesai. Kini tinggal memakannya.
Milan dan Shaka lantas menghampiri mereka. Duduk di gazebo yang ada di dekatnya. Anak-anak yang lain segera menyiapkan segala keperluan untuk makan bersama. Shaka pun ikut membantu. Suasana di sana sangatlah ramai. Canda tawa yang tercipta membuat kegiatan malam itu terasa hangat dan mendalam.

Di balik pintu kaca yang mengarah ke kolam ada ayah dan ibunya Milan, serta Kaivan yang mengamati. Mereka ikut terbawa suasana. Senyum penuh haru dan bangga terukir pada wajah mereka. Arka merangkul bahu istrinya. Sedangkan Kaivan berdiri di samping ibunya, ikut menikmati momen membahagiakan ini.

"Semoga kebahagiaan ini selalu ada pada mereka. Sampai kapanpun." Gumam Teana lembut matanya mulai berkaca-kaca.
Arka yang mendengarnya mengusap lembut bahu Teana. "Aamiin, aku juga berharap kita selalu diberi kesehatan agar bisa terus membuat momen seperti ini." Setelah mengucapkan itu Arka dan Teana saling tatap. Melempar senyuman. Suasana di antara mereka tenang namun penuh emosional.

Kaivan yang mendengar percakapan mereka ikut meng-aamiin-kan doa orang tuanya. Ia juga ikut menikmati kebahagiaan yang mereka ciptakan. Mengingat setiap detail dari tawa mereka. Tawa lepas yang seakan menghilangkan semua bebannya. Hal itu juga menular padanya. Ia ikut tersenyum melihat para anak remaja itu saling melengkapi. Mengingatkannya pada momen saat dirinya masih remaja juga.

This is ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang