0,5

296 21 2
                                    

Sorry for typo..

Happy reading

Seorang pemuda berhoodie abu-abu tengah berdiam di rooftop gedung sekolahnya. Hanya ada dia seorang. Matanya memejam seiring dengan angin yang berhembus. Rambut coklatnya menari mengikuti hembusan angin. Ponselnya beberapa kali bergetar namun ia abaikan. Karena merasa terganggu, pemuda itu membuka puluhan pesan yang dikirim padanya. Matanya tertuju pada nomor asing yang mengirimkan pesan.

+62...

Good morning!

How are you today?

Lo pasti tau gue, kan?
Janardana Milan Anagatha?

Milan menatap kosong pesan tersebut. Ia pikir orang itu tak akan menghubunginya lagi. Dengan perasaan campur aduk, pemuda itu nekat menelponnya. Satu kali tak berhasil, kedua masih sama. Seperti di sengaja, namun yang ketiga, telponnya diangkat.

"Gimana,Tuan Muda Janardana Milan Anagatha?" Ucapnya dari sebrang.

Remaja itu diam sebentar. "Mau lo apa?"

Terdengar kekehan ringan. "Mau gue? Jelas dong, gue mau lo mati." Orang itu menekan kata 'mati' di akhir kalimat.

Milan tertawa sumbang. "Deandra Shankara, rigaht? Lo siapa, bisa seberani itu?

Deandra Shankara, bisa dibilang musuh bebuyutan Milan. Dari kecil Dean sudah mengibarkan bendera permusuhan pada Milan. Tak hanya sekali dua kali Milan terluka karenanya. Ia yang masih kecil tak pernah memberi tahu siapapun. Hingga puncaknya pada saat liburan kenaikan kelas. Milan hampir terbunuh oleh orang itu. Ia merupakan orang yang sama dengan Dean yang menargetkan Candra tempo hari.

"Oh ya? Tunggu aja permainan gue!" Panggilan berakhir dengan kekehan dari sebrang.

Tubuh Milan meluruh. Hal yang ditakuti kembali terjadi. Ia terduduk di lantai semen rooftop. Nafasnya sedikit memberat. Tidak ada siapapun disana selain dirinya. Milan mencoba mengatur nafasnya. Setelah reda ia beranjak dari sana karena bel akan segera berbunyi.

★☆★

Bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu. Shaka terdiam menatap hujan yang kembali turun. Hari masih pagi namun hujan sudah turun dengan lebatnya. Di kelas juga tidak ada tanda-tanda guru akan tiba. Matanya terbelalak saat melihat siluet seseorang yang tidak asing baginya.

Kaisar mengikuti arah pandang Shaka. Ia menatap bolak-balik pada objek dan Shaka. "Lo liat apaan sih?"

Shaka tak mengalihkan pandangan. Ia menunjuk orang yang ia maksud. "Itu, gue ngerasa nggak asing sama tu orang, Kai."

Kaisar menyipitkan matanya. "Masak sih? Kayaknya di anak baru itu deh."

Merasa tak terjangkau penglihatannya, Shaka kini menatap Kaisar, meminta penjelasan. "Maksudnya? Ada anak baru?"

Kaisar mengangguk. "Iya, seminggu ini rumornya ada anak baru di kelas sebelas. Murid cewek disini juga kemungkinan udah pada tau. Mereka bilang anak barunya cowok, ya lo tau lah reaksi mereka?"

"Kok gue ngerasa nggak asing ya?" Gumam Shaka yang masih bisa Kaisar dengar. Belum sempat ia bertanya, suara ricuh kelas membuatnya urung.

"EH GUYS ADA KAKEL BARU!!" Teriak salah seorang murid perempuan di kelasnya.

This is ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang