0,14

253 20 1
                                    

Happy reading

♤♡♤

Anggota inti Grahita plus Shaka, Kaisar dan Elang tengah berkumpul di markas. Mereka berbincang santai membahas topik random. Sekarang ini Danta tiba-tiba tersenyum licik dan tertawa.

HAHAHAHAHA

Semua perhatian teralih padanya. Sada yang berada di samping Danta bergidik ngeri. Ia menggeser duduknya.

"Heh?! Lo kenapa anying?!" Tanya Sada dengan tubuh yang semakin menjauh.

Mahesa ikut menyadarkan temannya itu. "Dan, sadar weh!"

Bukan menghentikan tawanya. Pemuda itu semakin mengeraskan tawanya hingga tersedak. "HAHAHAHAHA- UHUK UHUK! EKHEM.."

Danta menormalkan ekspresi wajahnya. "Gabut gue, ngapain kek?!"

Riga menggeplak kuat-kuat lengan Danta. "Prank lo kurang mulus, njir!"

"Bang, nggak mempan kalo sama gue." Kaisar berucap dengan nada datarnya.

Natha menimpali. "Napa nggak ngereog sekalian Dan?"

"Nggak! Image cool gue ilang nanti!" Sewot Danta.

Candra yang mendengarnya pun mencibir. "Image cool apaan? Spek singa tantrum, iya!"

Danta menghela nafas pelan, ia kemudian tersenyum manis. "By one yuk, Can?" Setelahnya Danta memiting leher Candra. Anak itu sampai melambaikan tangan pasrah.

Suasana markas berubah hangat karena tawa mereka yang meledak. Sada dan Mahesa yang semula panik dan was-was kini ikut tertawa.

Elang menghentikan tawanya karena dering dari ponselnya. "Gue angkat telfon."

Pemuda itu sengaja memilih taman belakang markas. Ia memang bukan anggota resmi Grahita namun perannya sangatlah membantu. Elang memasukan tangan kirinya ke dalam saku.

"Ada apa?" Tanyanya pada inti.

"Maaf mengganggu waktunya, Erland Sebastian dan istrinya dibebaskan bersyarat."

Elang terdiam lalu menatap sekeliling. "Yakin itu Erland, bukan Dewa Shankara kan?"

Helaan nafas terdengar dari sebrang. "Saya yakin. Ada kemungkinan Erland Sebastian juga bisa dibebaskan."

"Siapa yang berani bebasin mereka?" Geram Elang tertahan.

"Soal itu... saya masih mencari tahunya. Selain itu Eric masih belum dikeluarkan dari sekolah, saya harap anda dan Tuan Muda Shaka berhati-hati."

Elang mengangguk meski tidak terlihat. "Iya, tolong jangan terlalu formal, Om Gani."

Terdengar kekehan ringan dari pria di sebrang. "Om akan usahakan, El."

Telepon diakhiri oleh Gani. Elang menghela nafas lelah. Ia menatap langit malam yang penuh dengan bintang. Tubuhnya berbalik untuk kembali ke dalam. Namun mendadak terdiam saat melihat Shaka yang berdiri dengan menyilangkan tangannya. Anak itu tersenyum sinis.

"Sejak kapan lo disini?"

Shaka berjalan mendekat. "Tepat setelah lo nengok ke belakang tadi."

Elang meluruhkan bahunya. "Ngapain kesini? Di luar dingin, lo masuk aja?"

Adik kelasnya itu menggeleng pelan. Ia malah duduk di bangku yang ada di sana dan menaikkan kedua kakinya. Shaka duduk bersila di bangku. Elang pun ikut mendudukan dirinya. Ia sengaja diam untuk menunggu Shaka berbicara.

This is ArshakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang