•••
"Udah pendek, cengeng lagi." Ejek Shaka membuat Luna melepas pelukannya.
"Kalau nggak mau gue peluk,NGGAK USAH GUE PELUK RANGGA AJA!!" Shaka tak suka dengan perkataan Luna,Shaka menarik tangan Luna hingga mereka berpelukan lagi.
"Makanya jangan sedih, cantiknya Shaka kok nangis. Tuh kan tambah pendek," ejek Shaka yang mendapatkan cumbitan maut oleh Luna.
•••
"Kok wajah lo merah, lun?"tanya karamel menatap heran Luna,dengan wajah kesalnya.
"Shaka bilang gue pendek," Luna meraih botol air mineral kemudian meneguk air mineral hingga tandas,kemudian meremas botol tersebut hingga tak berbentuk. Luna capek,moodnya terlanjur buruk.
"Emang lo pendek, bwahahahaha.." ketawa kara dengan tertawa cemprengnya datang entah dari mana.
Luna menarik nafas pasrah. Bukannya tambah tenang, malah tekanan darah makin naik jika terus bersama mereka.
Teman-teman luna memang sesad semua termasuk luna, eghh salah kecuali luna.
"Ehem..." Mendengar deheman seseorang, tersebut membuat seisi kelas tersebut membisu.
"Balik ketempat duduk masing-masing." instruksi sang bapak dengan wibawanya. Bapak ruben selaku kepala sekolah.
"Woyy itu kursi gue," Tarik vino mengambil kursinya yang diduduki Alea,sang pickme. "Gak ini kursi aku," bantah Alea menatap vino.
"Lo gak liat,"Tunjuk vino pada kursinya yang bertuliskan vino ganteng,tak lupa dengan emot hati.
Alea pun melihat kearah yang ditunjuk vino"ehh iya vino punya vino," cicit Alea malu.
"Sabar van,"ucap fanny kemudian tertawa melihat wajah kesal vino.
"Kayaknya kesabaran vino cuma setipis tisu, "ucap adam, sang ketua kelas.
Bapak ruben yang melihat hal tersebut hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pasrah dengan kedua murid tersebut.
Pada saat bapak ruben menggeleng-gelengkan kepalanya, ada sesuatu yang jatuh dari atas kepalanya.
Rambut palsu pak ruben jatuh, melihat hal itu sontak kelas tersebut riuh dipenuhi gelak tawa tak terkecuali vanya.
Luna masih memikirkan perkataan ayahnya. Bukannya luna lebay,tapi perasaannya saja yang mudah sakit.
"Bapak botak?"tanya borra polos menatap pak ruben yang memasang kembali rambut palsunya.
Mendengar borra yang bertanya dengan wajah polos tak berdosanya membuat sekelas tersebut kembali heboh dengan gelak tawa mereka.
Bapak ruben tak mampu menahan malunya dihadapan murid-muridnya.
Apalagi rambut palsunya tak terpasang dengan baik."Kalian tak sepatutnya begitu, saya ini kepala sekolah kalian,memang anak zaman sekarang gak tau sopan santun," decak pak ruben.
"Maafkan kami Cikgu besar, "ucap vino lalu tertawa terbahak-bahak di ikuti mereka semua.
"DIAM!!"teriak pak ruben menghentikan gelak tawa mereka.
"kalian ini gak ada sopan santunnya,"tegor pak ruben marah.
"Kalian semua"tunjung pak ruben"KELUAR!!" Teriak pak ruben dengan murkanya menggebu-gebu.
Satu persatu murid keluar kelas menuju lapangan, termasuk luna dengan malas berjalan menuju lapangan.
"Emang gue salah nanya kayak gitu?"tanya borra pada vanya dengan wajah polosnya.
"Gak,gak salah kok borr.." Luna menjawab borra sembari membentuk barisan.
"Kalian semua saya hukum.tak menghargai orang yang lebih tua, " Ucap pak ruben lantang, sembari memegang rambut palsunya.
"Ini nih yang di namakan dua matahari dalam satu siang," ucap vino mengipasi wajahnya.
"Bwhahahhahah...."Seolah peka dengan perkataan vino sekelas pun tertawa memandang pak ruben dengan wajah kesalnya.
"Jangan kemana-mana sampai jam pulang," pak ruben meninggalkan mereka dengan gelak tawa yang tak henti-hentinya.
•••
Michyters annyeonggg
Gimana bab ini, komen yahh
Gimana hari ini jangan lupa bintangnya wkwkwk
Dadah
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Katanya Teman [On Going]
Teen FictionNamanya Luna,manusia rapuh penuh luka yang selalu mengharapkan kasih sayang dari orang tuanya. Namun kehadiran Shaka dalam kehidupan Luna membuat semuanya berubah,hidup Luna lebih terasa menyenangkan. Shaka cowok berandalan dengan aura kejamnya yang...