BAB 22. JIWA YANG RAPUH?

18 0 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Saat ini Luna sedang berada di ruangan milik ayahnya setelah diantar pulang Gama.

"KAMU MALU-MALUIN TAU NGGAK SEPERTI ORANG TAK TERDIDIK," ucap ayahnya dengan geram sembari memukul Luna dengan sabuknya. Akibat terlalu sering dipukul dengan sabuk,Luna sudah tak merasakan sakitnya lagi.

"hahahaha...." Luna tertawa dengan keras membuat ayahnya sedikit kaget.
Luna menatap ayah dan ibunya bergantian dengan mata yang memancarkan kesedihan yang mendalam.

"SEJAK KAPAN KALIAN MENDIDIK SAYA? SAYA INI DARAH DAGING KALIAN NAMUN DIPERLAKUKAN LAYAKNYA BINATANG." Teriak Luna dengan air mata bercucuran. walaupun dengan sedikit rasa bersalah,mengingat ayahnya yang tak berperasaan membuat dirinya mencoba memastikan rasa sayangnya.

"Jaga perkataan kamu, Luna. Ingat kamu adalah orang tua yang membesarkan kamu," Ucap ayahnya penuh penekanan.

Luna kembali tertawa,

"APAKAH ADA AYAH YANG TEGA TAK MEMBERI MAKAN ANAKNYA SELAMA BEBERAPA HARI DI GUDANG TAMPA CAHAYA? OHW APAKAH SAYA HARUS MENGINGATKAN SATU PER SATU?" Luna membuka kaosnya dan memperlihatkan bekas luka cambukan dari ayahnya.

Ayah dan ibunya tampak kaget namun tak merespon, "Aku selalu berharap kalian berubah,namun mungkin itu tak akan pernah terjadi. Maaf telah lahir dengan baik,menjadi anak yang tak berguna..."

"Luna bukan begitu mak-" ucap ibunya terpotong. Suara isakan dari ibunya yang memeluk tubuh rapunya itu terdengar.

"Ayah nggak tau seberapa besar cemburunya Luna menatap ayah dan ibu merayakan ulang tahun Lea sedangkan Luna hanya mengintip di tembok sambil bertanya 'giliranku kapan ayah?'"

"Ibu nggak tahu betapa Luna ingin merasakan dekapan ibu saat Luna sakit. Membandingkan dengan Lea kehidupan Luna bukan apa-apa.."

"Ayah nggak tahu Luna sering sesak nafas berada di gudang kosong dengan perut yang kosong. Sakitnya di usir karena nggak boleh makan padahal hanya sesuap saja. KALIAN NGGAK PERNAH TAU..."Dengan tatapan Tampa takutnya Luna meninggalkan ruangan itu,dengan seseorang yang terdiam memikirkan sesuatu.


•••

Luna menangis di kamarnya semakin kencang,memukul dirinya untuk mengurangi sesak itu.

Hari ini Luna merasakan satu pelukan hangat yang amat dirindukannya,pelukan ibunya. Namun rasa terlukanya sudah jauh lebih besar dari rasa sayangnya.

Mereka tak mungkin Berubah,
Setiap momen itu berputar seolah monokrom dikepala Luna.

"Stop ayahh sakitt..." Rintih Luna tak kuat menahan rasa perih akibat pukulan dan tendangan dari ayahnya.

"Gak berguna dasar benalu,"

"IBU TOLONGIN LUNA, HIKS...HIKS..." Ibunya menatapnya datar lalu menutup mata Lea dan meninggalkannya dipukulan sang ayah.

•••

"Buu.. badan Luna panas sakit semua..." Keluh Luna dengan tubuh yang menggigil.

"Pergi saya sibuk.."

"Luna minta tolong Buu,Luna lapar belum makan. Kali ini aja Buu," ibunya melempar majalah kearahnya Tampa memperdulikan Luna yang sedang membutuhkannya.

Luna menutup matanya kemudian memutuskan untuk tidur,dengan harapan tidak terbangun lagi di esok hari.

•••

Berangkat kesekolah bersama Gama,bagaimana tidak cowok itu telah berada di depan gerbang rumahnya pagi-pagi dengan alasan untuk menjemputnya.

Setelah Luna bangun,Luna bersiap-siap kesekolah. Seolah semalam tidak terjadi Apa-apa tapi mata tidak bisa bohong.

Luna turun dari tangga mendapati ayah dan ibunya yang menatapnya lekat.

"Makan di sini Luna," ucap ayahnya untuk pertama kalinya menyuruhnya makan bersama. Luna menatapnya datar,Lea kaget dengan sikap ayahnya ibunya menatap Luna dengan tatapan menyesal.

"Tidak terima kasih." Raut wajah Luna berubah ketika bertemu dengan Gama.Mereka berdua kemudian berangkat dengan Lea dan Shaka dibelakang mereka.

•••

"Gimana Lo udah lakuin yang gue bilang?" Tanya Shaka menatap Luna dengan tatapan kosongnya.

Luna menjalani hari ini Tampa semangat. Sampai jam pulang tiba, Gama mengajak Luna untuk pulang Gama mengengam tangan Luna erat. Luna sedikit bersyukur,dikeadaannya sekarang yang rumit masih ada saja yang perduli padanya.

"Kaa please jangan kecewaiin gue,Lo harapan gue yang terakhir."

•••

Shaka menatap Luna dari jauh, sedangkan yang disebelahnya tampak kesal,

"Pasti hubungan kalian dulu dekat banget yah,aku insecure sama Luna yang tahu segalanya tentang kamu.."Tutur Lea membuat Shaka menatapnya lekat lalu memegang pipi Lea yang tengah kesal.

"Lepasin Shaka.." Shaka mengeleng tak akan membiarkan lea lepas dari genggamannya. Shaka melepaskan tangannya dengan lembut lalu menarik Lea dalam dekapannya.

"Semoga keputusan gue yang terbaik,dan semoga perasaan gue ke Lea benar-benar cinta bukan hanya sebatas rasa bersalah."

•••

HELLO MICHYTERS!!langsung baca aja bab selanjutnya karena aku Doble update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HELLO MICHYTERS!!
langsung baca aja bab selanjutnya karena aku Doble update.

Gimana nie kabarnya?
Semoga dalam keadaan baik yah
Jangan lupa vote
See yuu

Yang Katanya Teman [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang