"Mohon maaf sebelumnya bapak, ibu. Kedatangan kami ke sini bermaksud untuk melamar putri bapak dan ibu, untuk anak kami Kenan."
Mata Ayla sontak membelalak mendengar perkataan barusan. Mimpi apa ia semalam, sampai hari ini ia datang di lamar oleh seseorang yang bahkan tidak di kenalnya.
Awalnya Ayla berpikir jika orang tuanya sedang menjodohkan nya lagi dengan teman dekat mereka, tapi saat melihat ekspresi kaget dari kedua orang tuanya Ayla mulai menyangkal.
Ayla menatap pria yang bernama Kenan itu, ia bisa menilai jika Kenan masih terbilang sangat muda untuknya. Ingin rasanya Ayla menolak pinangan dari pria itu, tapi Ayla tak bisa berkata apa-apa.
Sebab ia dan orang tuanya sudah membuat janji, jika ada seorang pria yang dengan berani datang melamarnya maka orang tuanya akan menyetujui itu begitu juga dengan Ayla yang tidak bisa menolak. Meski bagaimanapun keadaannya, yang penting memiliki ilmu agama dan juga memiliki akhlak yang baik.
Kedua orang tua Ayla sudah tidak tahan mendengar omongan tetangga tentang anaknya yang masih belum juga menikah di usia yang terbilang sudah matang.
Tahun ini usia Ayla genap dua puluh delapan tahun, tapi ia masih belum juga memiliki pendamping hidup. Hal tersebut membuat kedua orang tuanya resah, terlebih lagi keadaan papanya yang sudah tidak lagi sehat dan sangat berharap jika putri satu-satunya segera menikah.
Lamaran dari orang tua Kenan di sambut dengan baik oleh orang tua Ayla. Terlebih lagi, orang tuanya memberitahu jika Kenan baru saja lulus dari salah satu pondok pesantren terbaik di daerahnya. Itu yang menjadi alasan orang tua Ayla tak ragu saat menerima lamarannya, Kenan juga merupakan salah satu santri terbaik dengan berbagai prestasi yang patut di acungi jempol.
"Apa Pak Bagas yakin, tetap ingin melamar putri saya meski tau usianya sudah terbilang__"
"Maaf, maksud Pak Johan, sudah tua?" sela Pak Bagas dengan cepat.
Papa Ayla mengangguk pelan, sedangkan Mamanya hanya bisa menunduk sambil menggenggam erat tangan Ayla agar tidak tersinggung dengan perkataan mereka nantinya.
Pak Bagas hanya tersenyum tulus begitu juga dengan istrinya. "Saya dan istri saya tidak masalah dengan itu Pak, begitupun dengan anak kami. Ia sangat berharap bisa menikahi putri Bapak."
Kedua orang tua Ayla tersenyum bahagia mendengar itu, sedangkan Ayla menatap pria itu tidak percaya. Apa katanya? Ia berharap bisa menikah denganku? Bagaimana mungkin? Kami saja baru pertama kali bertemu, bagaimana bisa dia dengan santainya berbicara seperti itu.
Kedua orang tuanya melirik ke arah Ayla, seakan meminta persetujuan nya. Ayla hanya bisa menghela nafas berat, ia tak bisa menolak. Walaupun menikah dengan pria tersebut bukanlah keinginannya.
"Maaf sebelumnya Bapak, Ibu. Apa Bapak, sama Ibu benar bisa menerima saya? Saya bukan bermaksud untuk tidak percaya, tapi jika di lihat dari perbedaan usia kami. Anak Bapak dan Ibu masih terbilang muda untuk saya, terlebih lagi kami sama sekali tidak mengenal satu sama lain." Ayla bertanya dengan sopan.
Sebenarnya ia hanya sedang berusaha untuk menolak secara halus. Ia tidak mungkin menikah dengan pria yang sama sekali belum di kenalnya, di tambah lagi pria tersebut masih terlalu muda. Pernikahan bukanlah main-main. Karena ia akan hidup dengan sifat, sikap, dan karakternya. Ayla merasa sangat bimbang dan tidak yakin.
Namun, kedua orang tua dihadapannya itu malah tersenyum tanpa sedikitpun tersinggung dengan perkataan Ayla barusan.
"Kami yakin Nak Ayla, kami sangat yakin jika Nak Ayla nantinya juga bisa membantu anak kami Kenan untuk lebih dewasa. Dan kami juga yakin jika Kenan mampu membimbing nak Ayla menuju surganya."
Kali ini, Ibu dari Kenan yang angkat bicara, suaranya begitu lembut dan halus.
"Benar itu Nak. Meski usia Kenan masih terbilang muda, tapi insyaallah Kenan sudah memiliki cukup bekal dan ilmu untuk memimpin Nak Ayla sebagai kepala rumah tangga. Kami juga percaya akan pilihan anak kami ini."
Ayla membeku di tempat, mulutnya seakan terkunci rapat. Ia tidak mampu lagi berkata apa-apa, pikirannya nya buntu tak bisa mencari alasan lagi untuk menolaknya.
Tapi, belum sempat Ayla mengeluarkan jurus terakhirnya. Tiba-tiba Papanya sudah lebih dahulu menyetujui rencana mereka, bahkan tanpa meminta persetujuan dari Ayla.
"Baiklah Pak Bagas, kami dengan senang hati menerima lamaran Nak Kenan. Bapak sama Ibu tinggal bilang saja kapan kami bisa membantu mempersiapkan acara pernikahannya." ucap Papa Ayla dengan muka tanpa dosa.
Sedangkan Ayla hanya terdiam menunduk, seakan sudah pupus harapan untuk menolak lamaran ini dan ia dengan berat hati harus menerimanya.
"Sebenarnya kami sudah punya rencana Pak Johan, jika lamaran anak kami di terima hari ini. Kami ingin menikahkan nya esok hari."
Terlihat senyum lebar terukir di wajah Papa Ayla saat mendengar perkataan dari orang tua Kenan.
"Tapi, bukan kah itu terlalu cepat Pak, Bu?"
"Memang benar, tapi Bu Ratih tenang saja. Kami sudah mempersiapkan segala kebutuhan untuk pernikahan mereka berdua besok, jadi Bapak dan Ibu hanya perlu datang ke lokasi yang sudah di tentukan bersama dengan calon pengantin wanita nya."
Papa mengangguk-anggukkan kepalanya. "Apakah ini juga keinginan dari Nak Kenan?"
"Benar, itu keinginan anak kami. Kenan bilang, ia tidak ingin berlama-lama. Terlebih lagi ia sudah dewasa dan tak ingin terjatuh dalam kemaksiatan. Kenan sudah matang dengan pilihannya, dan memilih Nak Ayla untuk menjadi istrinya. Bagitu juga dengan kami selaku kedua orang tua Kenan."
Orang tua Ayla sangat bahagia mendengar hal itu, tapi berbeda dengan Ayla. Ia meremas rok panjangnya hingga berbentuk, perasaannya di liputi oleh kekhawatiran yang luar bisa.
"Maaf Pak, Bu, bolehkah saya berbicara berdua terlebih dahulu dengan putra Bapak dan Ibu? Ada yang ingin saya bicarakan dan tanyakan padanya?" pinta Ayla lembut. Ia harus meluruskan semua ini dengan pria itu langsung, Ayla merasa kurang yakin dengan semua alasan yang orang tua Kenan jelaskan.
Pak Bagas dan Bu Sekar pun mengangguk menyetujui nya.
"Kalau begitu mari Pak, Bu, kita bisa ke ruang sebelah sambil membahas lebih dalam tentang rencana kita. Biarkan mereka saling mengenal sebentar sebelum menuju ke pernikahan." ajak Pak Johan ramah. Kemudian, kedua orang tua dari Ayla dan Kenan pun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keruangan sebelah.
Tapi, mereka juga masih bisa memantau Ayla dan Kenan. Karena kedua ruang tersebut masih terhubung, namun terhalang dinding yang tingginya hanya sebatas pinggang orang dewasa.
Alya melirik orang tuanya dan orang tua Kenan sejenak, kemudian menarik nafasnya dalam-dalam agar bisa berbicara pada pria yang masih ia anggap orang asing ini.
"Mba, aku ingin menikahi mu!" belum sempat Ayla berbicara, pria itu lebih dahulu mengeluarkan kalimat dan mengatakan langsung maksud ia datang ke sini.
"Menikah dengan saya? Apa kamu sadar dengan ucapan kamu barusan?" tanya Ayla sedikit ketus.
Kenan tersenyum hangat. "Iya, seratus persen aku sadar mba."
"Kenapa kamu ingin menikahi saya? Apa kamu hanya ingin bermain-main dengan saya, di usia saya yang sekarang?"
"Tidak! Aku serius Mba. Aku ingin membimbing mu sebagai seorang suami."
Ayla menghela nafas berat. Membimbingnya sebagai seorang suami? Bagaimana bisa? Melihat perbedaan usia mereka saja Ayla tidak yakin, terlebih lagi Ayla sama sekali tidak mengenal anak ini.
Bagaimana bisa ia menjamin kebahagiaan dalam rumah tangganya, jika perasaannya saja tidak yakin. Namun, Ayla memang tidak punya pilihan lain. Menikah dengan Kenan mungkin memang bukan pilihan yang baik, tapi terkadang pilihan yang awalnya tidak baik justru bisa menjadi lebih baik kedepannya. Walaupun Ayla tidak yakin bisa menjalani pernikahan ini dengan senang hati.
Small Note:
Maaf kalau masih ada banyak kesalahan dalam penulisan katanya, jangan pernah bosen baca ceritanya ya:)
Thanks for reading ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hatimu Yakin
Teen Fiction"Mba, aku ingin menikahi mu!" "Menikah dengan saya? Apa kamu sadar dengan ucapan kamu barusan?" "Iya, seratus persen aku sadar Mba." "Kenapa kamu ingin menikahi saya? Apa kamu hanya ingin bermain-main dengan saya?" "Tidak! Aku serius Mba, aku ingi...