20-Memberi Tanpa Meminta Imbalan

15 0 0
                                    

"kamu yakin sayang, mau pergi ke Villa hari ini?" 

Mama dan papa terlihat enggan untuk melepas Ayla dan Kenan menginap di Villa. Meskipun sudah ada Rania dan Rasya yang datang menjemput mereka. Selain untuk menemani Ayla dan Kenan beberapa hari kedepan, Rania dan Rasya juga berniat untuk berbulan madu di tempat indah itu.

Rania menikah sebulan yang lalu, dan kebetulan nya lagi, ia menikah dengan Rasya. Sahabat dekat Kenan yang juga ikut hadir di resepsi pernikahan Ayla. Tetapi sayangnya, Ayla dan Kenan tak bisa menghadiri pernikahan mereka, karena memang sengaja di sembunyikan dari Kenan yang saat itu harus menemani Ayla di rumah sakit.

"Iya Ma, ada Rania juga kok." Ayla berusaha meyakinkan Mamanya.

Setelah berada di teras rumah, mereka langsung berpamitan pada Mama dan Papa yang masih ragu untuk melepaskan mereka.

"Ran, Mama titip Ayla ya!" Mama memeluk Rania.

"Ada Kenan, Ma. Kami hanya menemaninya saja, nanti malah di anggap merebut tanggung jawab oleh si bocah ini," gurauan Rasya berhasil membuat tawa Ayla terlahir kembali.

Setelah sekian lama kehilangan senyuman, pagi ini Ayla merasakan kehangatan orang-orang di sekitar yang mendukungnya. Rasa bahagia kembali tercipta saat mereka melihat semangat Ayla kembali lewat senyuman yang di berikan nya.

"Eh, eh, putri malu kita sudah mau tersenyum lagi." Rania mencolek lengan Ayla.

"Kalau sudah tersenyum begini, aku merasa seperti memiliki energi yang sangat besar." timpal Kenan sambil merangkul pundak Ayla.

Ayla merasa ada yang berbeda hari ini, walaupun ia tak bisa melihat ekspresi semua orang. Tapi Ayla yakin jika semua orang juga turut ikut merasakan kebahagiaannya. Semangat yang lama pupus kini mulai Ayla susun dengan rapi, ia tak ingin mengecewakan orang-orang yang sudah memberi dukungan padanya.

"Obat Ayla sudah, Ken?" Mama bertanya pada Kenan yang sudah mulai memasukkan barang ke bagasi mobil.

"Sudah kok, Ma. Semua kebutuhan Ayla sudah Kenan siapkan. Kami mohon doanya ya, Ma, Pa." Kenan mencium punggung tangan mertua.

"Semangat ya, sayang. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, jika Allah sudah berkehendak. Bahkan sebuah pohon yang kecil harus melalui berbagai macam proses untuk menciptakan buah yang segar. Jadi percayalah, jika kita yakin kepada-NYA maka semua akan berjalan baik-baik saja." Pelukan Mama membuat Ayla menetes air mata.

Setelahnya, gantian Papa yang memeluk erat.

"Sayang, ingat tidak dulu saat pertama kali kamu belajar menaiki sepeda, kamu bahkan sering terjatuh beberapa kali. Walaupun sudah memiliki banyak luka dan melakukan berbagai cara, tetapi kamu tetap berusaha untuk terus belajar. Sampai akhirnya kamu berhasil dengan usaha kamu sendiri, Papa yakin, kamu wanita yang kuat." suara Papa yang diiringi dengan getaran membuat Ayla merasa benar-benar memiliki kekuatan baru.

Wajah-wajah orang yang menginginkan Ayla sembuh itu tak henti-hentinya memberikan semangat. Tetapi Ayla? Ia malah merasa tidak mampu melakukannya. Sehingga Allah tidak menunjukkan keajaibannya. Ayla merasa menyesal, telah menyia-nyiakan banyak kesempatan. Sudah terlalu lama ia membunuh  harapan semua orang dengan rasa sesal.

"Seharusnya kamu memperlihatkan pada suamimu, bahwa kamu wanita yang tangguh. Bukan malah menyerah." Satu lagi kata-kata yang membakar semangat Ayla.

Ayla mengangguk, kemudian mencium punggung tangan lelaki yang dulu sering membacakannya dongeng sebelum tidur.

"Ma, Ayla berangkat dulu." 

Mama kembali memeluk Ayla kemudian berbisik di telinga.

"Semangat sembuhnya sayang, jangan lupakan juga usaha kalian untuk punya bayi." 

Ketika Hatimu YakinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang