Kebahagiaan Kenan berlanjut hingga pagi harinya, akhirnya ia bisa merasakan hal luar biasa yang tak bisa di ungkapkan. Pantas saja banyak orang yang rela mengeluarkan banyak uang hanya demi merasakan sensasi seperti ini. Padahal dosanya sangat besar, jika bukan dengan pasangan yang halal.
Sekarang rasa kebahagiaan Kenan sudah lengkap. Walaupun ia tau, jika setelah ini akan banyak ujian rumah tangga yang harus mereka lewati.
Kini Ayla terbaring di sisi Kenan, matanya masih tertutup rapat. Mungkin masih kelelahan karena semalaman harus melayani suami bocah nya itu.
Sesuatu yang tak pernah terbayangkan oleh Ayla. Kenan begitu perkasa saat menembus kesucian dirinya, hingga membuat tubuh Ayla remuk redam.
Ayla tidak percaya anak bocah seperti Kenan, mampu menembus dirinya dengan begitu mudahnya.
Kenan yang kini sedang menatap wajah istrinya tersenyum bahagia, tubuh keduanya yang polos dan terbalut selimut terasa hangat ketika berbaring tanpa jarak seperti ini.
Tak selang berapa lama, Ayla terbangun dari tidurnya. Mendapati wajah Kenan yang kini sedang memandangi dirinya.
Setelah melihat Kenan, mendadak Ayla merasa malu. Aktivitas yang mereka lakukan tadi malam seakan berputar di memori otaknya.
Ayla menutup wajahnya dengan kedua tangan, tidak membiarkan Kenan menatapnya dengan tatapan genit dan penuh kemenangan itu.
"Kenapa di tutup? Aku masih ingin melihat wajahmu, Ay!" Kenan menarik pelan tangan Ayla yang menutupi wajahnya.
"Kenapa harus menatap ku seperti itu?"
"Memangnya tidak boleh, menatap wajah istri sendiri?"
"Bukannya tidak boleh, hanya saja aku merasa aneh saat ini."
Terdengar suara kokokan ayam yang seakan menyuruh mereka untuk segera bangkit dari tempat tidur. Seiring dengan suara lantunan ayat suci Al-Qur'an yang menandakan waktu subuh.
"Sudah sana mandi dulu, tidak baik bukan menunda waktu membersihkan diri." Ayla melepaskan tangannya dari cengkeraman Kenan.
"Mandi berdua ya?"
"Nggak! Gantian saja!"
"Ayolah, Ay. Kan sudah tidak malu lagi."
"Jangan sekarang, Mas. Sudah mau subuh, aku tidak mau nanti kamu nakal lagi di kamar mandi!"
Kenan akhirnya patuh, mungkin karena alasan yang di buat Ayla tepat.
setelah azan berkumandang, mereka pun segera menjalankan solat berjamaah. Kemudian di lanjutkan dengan membaca Al-Qur'an, hal yang biasa di lakukan Kenan kini juga mulai di ikuAl-Qur'an
****
S
etelah hari agak terang, Kenan mengajak Ayla untuk jalan-jalan. Sesuai rencananya tadi malam.
"Masih sakit, Ay?" Kenan bertanya saat Ayla berjalan mendekati lemari untuk mengambil baju.
"Sudah tidak sesakit tadi malam."
"Syukurlah, berarti nanti sudah bisa di pergunakan lagi."
"Mas, masih pagi loh!"
"Halal, sayang."
"Iya, tau. Tapi masa harus sarapan yang panas-panas begitu bahasanya."
"Ya sudah. Kalau memang sudah tidak sakit, kita akan pergi setelah sarapan." Kenan tersenyum.
"Memangnya ingin ke mana sih? Aku tidak mau terlalu jauh, sakit."
"Nanti aku gendong setelah turun dari mobil."
Ayla menghela nafas, kemudian mengangguk pelan.
Setelah menghujani Ayla dengan kecupan lembut di pipi dan kening, Kenan akhirnya keluar kamar untuk mengambilkan sarapan.
Sedangkan Ayla sendiri sedang berusaha mengembalikan tenaga dengan berbaring di tempat tidur.
Ayla mencatat dalam ingatannya. Kalau malam pertama tidak harus di lakukan saat malam selesai mengucapkan ijab kabul. Tetapi, setelah saling menerima pasangan dan memahami dengan hati, apa dan bagaimana keinginan yang di maksud pasangan.
Sembari menunggu Kenan. Ayla membuka internet dan mencari bagaimana cara mengurangi rasa sakit di area kewanitaan. Ternyata tidak ada, tetapi rasa sakit itu akan hilang seiring berjalannya waktu.
Namun, inilah nikmat yang sesungguhnya. Ketika kita bisa memberikan kehormatan kita kepada orang yang telah mengambil alih tanggung jawab ayah kita ke pundaknya.
Bukan malah memberikannya kepada orang yang tidak bisa bertanggung jawab. Pacar misalnya? Giliran sudah dapat daging segar, ia malah pergi begitu saja tanpa mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Setelah kita memberikan barang bekas kepada suami, ia mungkin bisa menerima dan bertanggung jawab. Tetapi, ia juga tetap manusia biasa yang bisa berubah kapan saja. Suatu saat, ia pasti akan menjadikan masa lalu kelam kita sebagai dasar dari pertengkaran dalam rumah tangga.
****
"
Ma, Ayla pamit dulu ya. Doakan kami dengan restu Mama dan Papa."
Ayla memeluk tubuh wanita paruh baya itu. Kemudian Mama bertanya dengan nada suara sangat pelan, karena ada Kenan yang sedang menyalami Papa.
"Udah berhasil kan, sayang? Kemarin Mama denger suara dari kamar kamu!"
Duh!
Ini mama, sejak kapan coba jadi se kepo ini dengan urusan aku? Apa karena ia memang sangat mendambakan memiliki seorang cucu, atau karena papa yang yang kurang memberi jatah?
"Ma!" Ayla melepaskan pelukan, lalu memberikan tatapan sinis ke Mama nya.
Perasaan malu bercampur kesal menjadi satu, Ayla menjadi salah tingkah. Padahal semalam ia sudah berusaha meredam suara, agar tak terdengar sampai keluar. Namun apa daya, suara nya tak bisa lepas dari pendengaran Mama nya yang tajam
Ayla tau, ini semua karena harapan besar Mamanya untuk memiliki seorang cucu agar rumah ini ribut dengan tangisan bayi. Karena Mama dulu sangat menginginkan memiliki anak banyak, tapi sayangnya Mama tak bisa memiliki anak lagi karena rahimnya di angkat.
Kanker ovarium penyebabnya, itu sebabnya Mama sangat berhati-hati saat memberikan makanan pada Ayla dan Papa. Mengurangi masakan dengan bahan pemicu sel pembunuh tersebut.
Bahkan Papa yang dulunya perokok berat dan penikmat kopi pun, terpaksa harus berhenti dari kencanduan nya itu demi istri tercintanya. Semenjak Mama sakit, semua nya berubah menjadi lebih sehat dan teratur.
"Kami pamit dulu, Pa, Ma." Kenan segera meraih tas berisi pakaian untuk di naikkan ke mobil. Sebenarnya mereka tidak berencana untuk menginap, tapi hanya untuk berjaga-jaga saja.
Berangkat dengan restu kedua orang tua, merupakan keberkahan bagi Ayla dan Kenan. Pasangan suami istri yang terpaut usia lumayan banyak.
"Hati-hati di jalan, tidak usah ngebut-ngebut!" Mama berteriak untuk mengingatkan, kemudian melambaikan tangannya dengan penuh semangat.
Apalagi saat melihat mata Mama yang berbinar-binar saat Kenan menggandeng tangan Ayla ke mobil tadi.
"Mau nangis tidak, Mba? Tapi, lenganku kejauhan!" Wajah Kenan terlihat sangat lucu.
"Tidak, sudah biasa kok. Kan dulu juga sering dinas ke luar."
"Tapi sekarang beda, Ay!"
"Beda gimana?"
"Ya, beda lah!"
"Kambuh? Sudah jalan, ah. Nanti macet!"
Walau Ayla tidak tau ke mana tujuan nya kali ini, karena Kenan sama sekali tak memberitahu nya. Tetapi kali ini Ayla mempercayai Kenan, tidak seperti saat Kenan membawanya ke kampung edukasi semalam.
"Siap, tuan putri."
Small Note:
Maaf kalau masih ada banyak kesalahan dalam penulisan katanya, jangan pernah bosen baca ceritanya ya:)Thanks for reading ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hatimu Yakin
Teen Fiction"Mba, aku ingin menikahi mu!" "Menikah dengan saya? Apa kamu sadar dengan ucapan kamu barusan?" "Iya, seratus persen aku sadar Mba." "Kenapa kamu ingin menikahi saya? Apa kamu hanya ingin bermain-main dengan saya?" "Tidak! Aku serius Mba, aku ingi...