05-Pagi Pertama

90 4 0
                                    

"Mba, boleh tidak aku minta dibuatkan kopi? Aku ingin mencoba buatan istri. Di rumah, sebelum Ayah bangun. Bunda biasanya sudah menyuguhkan kopi untuknya. Kata Bunda, setelah aku menikah nanti, pasti akan selalu ada yang memperhatikan ku. Aku ingin merasakan itu juga Mba, boleh tidak?"

Kenan menatap Ayla penuh harap. Ayla pun mengangguk pelan, lalu melepaskan kain sholat nya.

Ayla segera berdiri, meletakkan kain sholat di sandaran kursi rias. Kenan segera meraih Al-Qur'an, rutinitas yang jarang sekali di lakukan Ayla, tapi tidak dengan Kenan.

Kenan selalu mengaji, selepas sholat. Suatu hal yang membuat rasa kagum Ayla semakin meningkat padanya.

Ayla langsung keluar kamar, menuju dapur. Ternyata Mamanya sudah menyiapkan sarapan. Saat Ayla menghampiri, mamanya menatap Ayla dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Kamu tidak mandi sayang? Ini sudah pagi loh."

"Hmm, nanti saja deh Ma. Lagian, sedang tidak ingin pergi keluar juga."

"Ish, bukan itu!" wajah Mama menjadi serius.

"Lalu, apa?"

"Kamu, semalam kerja tidak?"

"Tidak Ma, memangnya apa yang harus Ayla kerjakan?"

Entah Ayla yang kurang menangkap, karena masih tidak bisa melupakan ciuman lembut dari Kenan. Atau Mamanya yang kurang tepat bertanya.

"Ya ampun sayang, kamu itu tidak paham-paham maksud Mama." Mama menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lalu, apa dong Ma?"

"Ibadah berdua, seperti itu loh! Kawin." Mama sedikit berbisik pada Ayla.

"Ohh, belum."

"Kok, belum!"

"Ayla masih grogi, Ma. Baru kenal, masa iya langsung tempur."

Mama menghembuskan nafas kecewanya.

"Padahal Mama sudah berharap mendapatkan cucu secepatnya."

Ya ampun, Ma. Sabar dulu lah.

"Kamu belum bisa menerima Kenan?"

"Sudah Ma, kami juga tidur seranjang kok."

"Ya sudah. Jangan terlalu lama, kasian juga Kenan. Semoga malam ini, kalian bisa saling melengkapi dan merasakan nikmatnya surga dunia."

"Ma, masih pagi! Tidak usah membicarakan hal yang terlalu vulgar."Ayla mendesah pelan. Membayangkannya saja membuat Ayla bergidik ngeri, apalagi jika benar sampai melakukan hubungan itu dengan Kenan.

"Kamu ngapain ke dapur pagi-pagi? Tumben banget."

"Kenan, meminta di buatkan kopi."

"Ya sudah, buatkan. Hitung-hitung belajar berbakti pada suami."

Ayla pun memengangguk.

Setelah Ayla selesai membuatkan secangkir kopi panas, ia meletakkannya di meja keluarga. Lalu kembali ke kamar untuk memanggil Kenan.

"Kopi nya sudah jadi, minumlah di ruang keluarga bersama Papa. Sekalian pdkt." ucap Ayla sambil berjalan ke arah meja rias.

Kenan mengangguk pelan, Ayla bisa melihatnya dari pantulan cermin panjang di depannya.

Ayla menyisir rambutnya yang tadi di gulung, sembari menggoyang-goyangkan kepalanya karena terasa sedikit kaku.

"Kenan!" hampir saja teriakan Ayla menggema di seluruh kamar. Tangan Kenan tau-tau sudah melingkar di perutnya, di iringi dengan deru nafas hangat di tengkuk.

Ketika Hatimu YakinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang