"Telepon dari siapa, Mas?" Ayla yang tertidur berbantal lengan Kenan terbangun mendengar dering suara handphone.
Rasa lelah yang mendera membuat kantuk Ayla tak tertahankan lagi. Sehingga ketika sampai di rumah, Ayla langsung menuju kamar dan merebahkan diri di atas ranjang. Dalam hitungan detik ia langsung tertidur pulas.
"Dari Bunda." Bisiknya, sambil tetap meletakkan handphone ke telinga.
"Ohh."
"Bunda mau bicara."
"Dengan ku?"
"Iyalah, masa sama pak satpam!" Kenan mencubit lengan Ayla pelan.
"Sakit, Mas!"
"Itu mah belum seberapa."
"Jangan mulai deh!"
"Makanya, ini Bunda mau bicara dulu."
Ayla segera mengambil posisi duduk lalu mengambil alih alat komunikasi milik Kenan.
"Assalamualaikum, Bun."
"Wa'alaikumsalam, Ayla."
Ayla bingung ingin memulai pembicaraan dari mana. Waktu selesai nikah, Bunda dan Ayah langsung pamit pulang karena ada pekerjaan dan mereka tak sempat mengobrol banyak.
Tapi wajah Bunda benar-benar keibuan. Nada suaranya pun lemah lembut, membuat siapa saja yang berbicara dengannya menjadi tenang.
"Maaf ya, Nak. Bunda kemarin buru-buru jadi tidak sempat mengatakan sesuatu." Suara ramah itu membuat pikiran Ayla tentram.
"Tidak, apa Bun. Ayla juga minta maaf. Kemarin itu Ayla masih canggung dan malu, jadi bingung ingin mengatakan apa." Kejadian itu terasa begitu cepat bagi Ayla, terbayang saat Kenan datang melamar ke rumahnya.
"Itu wajar Nak, lagian kan memang semuanya di adakan secara tiba-tiba. Ohh iya, Kenan sudah cerita semuanya? Maafkan dia ya, Nak!"
Ayla tersenyum, ternyata suaminya ini memang sangat terbuka pada Bundanya. Kata orang, jika seorang pria mampu menghargai dan memuliakan ibunya. Ia juga pasti mampu memuliakan seseorang yang akan menjadi istrinya, karena sudah terbiasa menghormati seorang wanita.
"Nak, mama titip Kenan ya. Jaga dia seperti menjaga diri sendiri. Saat ini kalian itu seperti selimut yang saling menutupi kekurangan masing-masing. Doa Bunda selalu menyertai kalian, semoga pernikahan kalian berkah dan selalu bahagia."
Air mata Ayla berlinang mendengar doa dari mama mertuanya. Ternyata, isi kepala Kenan berasal dari kalimat lemah lembut, tapi penuh pengajaran dan ilmu yang baik dari wanita hebat itu.
"Iya, Bun. Ayla jaga seperti suami Ayla sendiri."
"Iyalah, masa ingin menjaga suami orang. Itu namanya selingkuh." Bukannya marah si mama malah tertawa.
"Maaf Bun, ini, anu!"
Saat mama sedang berbicara, tangan Kenan sedikit nakal. Membuat Ayla susah fokus dengan pembicaraannya. Ayla melebarkan matanya pada Kenan yang hanya cengengesan.
"Kamu sudah terbiasa dengan sikap Kenan. Dia anaknya emang suka seenaknya, pasti saat ini dia sedang menganggu kamu. Cubit saja pinggang nya jika dia nakal." Tawa Bunda semakin berderai.
"Ya sudah kalian nikmati dulu waktu kalian, Bunda tutup dulu ya."
Setelah telepon di tutup, Ayla langsung mencubit pinggang kenan. Membuat pria itu sedikit meringis tapi masih di sertai gelak tawanya.
"Gara-gara kamu sih, aku jadi salah ngomong kan!"
"Tidak usah di pikirkan, Bunda pasti mengerti kok. Sekarang cukup aku saja yang ada di benakmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hatimu Yakin
Jugendliteratur"Mba, aku ingin menikahi mu!" "Menikah dengan saya? Apa kamu sadar dengan ucapan kamu barusan?" "Iya, seratus persen aku sadar Mba." "Kenapa kamu ingin menikahi saya? Apa kamu hanya ingin bermain-main dengan saya?" "Tidak! Aku serius Mba, aku ingi...