Usai istirahat selama hampir tiga jam, Kenan mengajak Ayla ke balkon kamar yang menghadap langsung ke lautan lepas. Menikmati senja yang mulai merambat perlahan, dan menciptakan sunset indah yang sangat memanjakan mata.
Ayla tidak menyangka jika Kenan memiliki villa di tempat seperti ini, walaupun suasana sekitarnya sedikit mencekam. Tetapi pemandangan yang di ciptakan dari pantai di depan membuat Ayla merasa betah jika mereka terus tinggal di sini.
"Cantik, Ay!"
Ayla yang sedang menatap jingganya senja, beralih menatap sang suami yang sedari tadi terus menatap ke arahnya dengan senyuman yang memikat.
"Iya, pemandangan nya cantik banget. Jarang-jarang kita bisa melihat ini di perkotaan."
"Tapi, bukan pemandangannya yang cantik."
"Terus?" Ayla menatap Kenan curiga.
"Kamu jauh lebih cantik dari pemandangannya, Ay."
Ayla mendesah pelan, sembari menggeleng kecil. Kemudian kembali menatap pantai yang masih memancarkan keindahannya.
"Emang kamu tuh nggak bosen ya, bilang aku cantik? Terus muji aku yang lain-lain?"
"Tapi, itu faktanya sayang. Kenapa aku harus bosen?"
"Hmm, iyalah terserah kamu. Sholat dulu yuk, sudah magrib kan?"
Kenan melihat jam di pergelangan tangannya, kemudian mengangguk pelan. "Boleh, yuk."
Suara azan terdengar samar-samar dari masjid yang tidak jauh di dekat pantai. Setelah selesai berkumandang, Ayla dan Kenan pun menyegerakan sholat berjamaah. Lalu di lanjut dengan berbagai macam doa yang selalu Kenan lantunkan.
Malam merangkak menjauh, bersama bunyi dari suara jangkrik dan burung yang mungkin bersarang di dekat villa. Ayla menahan nafas, agar tidak terlihat gugup saat Kenan perlahan mulai mendekat kearahnya dengan tatapan sayu.
Wajah Kenan terlihat lebih dewasa saat ini. Ayla membiarkan kenan bertingkah nakal untuk sementara waktu.
"Ay, boleh minta transfer tenaga tidak?" tanya Kenan parau.
Ayla menundukkan kepala, rasa gugupnya semakin menguasai diri. Pikirannya benar-benar di liputi rasa yang tak menentu.
"Ay," panggilan itu semakin terdengar parau.
"Hmm?"
"Kita ibadah, yuk?"
"Nanti saja, Mas. Sebentar lagi isya." Ayla mmengingatkan.
Kenan mendesah pelan, kemudian membenamkan wajahnya ke dua benda kembar milik Ayla itu.
Bukan bermaksud ingin menolak permintaan Kenan, tetapi jarak waktu antara magrib dan isya kan memang tidak terlalu jauh. Takutnya nanti mereka akan kelepasan dan malah meninggalkan waktu isya.
"Kita makan dulu, ya? Kan kamu dari siang belum ada makan." ajakan Ayla yang langsung mendapatkan anggukan dari Kenan.
Setelah merapikan pakaian yang sedikit berantakan akibat ulah Kenan barusan, kini Ayla dan Kenan berjalan turun ke meja makan. Dengan tangan yang saling bertautan.
Ketika keluar dari kamar, debaran dalam dada Ayla masih belum tenang, masih seperti ombak di lautan yang dangkal.
"Masih gemetar, Ay? Padahal belum di apa-apain!"
"Apaan, sih!"
Kenan tergelak kecil, membuat Ayla semakin salah tingkah.
Ketika sampai di ruang makan, Ayla berusaha bersikap biasa saja di depan Pak Retno dan Buu Sarah yang sudah menunggu kedatangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hatimu Yakin
Teen Fiction"Mba, aku ingin menikahi mu!" "Menikah dengan saya? Apa kamu sadar dengan ucapan kamu barusan?" "Iya, seratus persen aku sadar Mba." "Kenapa kamu ingin menikahi saya? Apa kamu hanya ingin bermain-main dengan saya?" "Tidak! Aku serius Mba, aku ingi...