15-Masih Garis Satu

46 3 0
                                    

"Gimana, sayang?" 

Pernikahan Ayla dan Kenan sudah berjalan hampir tiga bulan, tetapi Ayla masih belum juga mengalami tanda-tanda kehamilan. Seperti muntah-muntah atau pusing. Terkadang sih ia memang merasakan pusing, tetapi itu mungkin hanya masuk angin biasa.

Seperti pagi ini, Mamanya bergegas membawakan test pack yang di beli banyak-banyak setelah Ayla dan Kenan pulang dari villa. Sangking berharapnya memiliki seorang cucu, Mamanya malah lebih bersemangat menyediakan alat tersebut.

Tetapi hari ini, mereka kembali kecewa karena hasil yang tidak sesuai dengan harapan mereka. Padahal Kenan menanam benih pertamanya di saat Ayla sedang dalam masa subur. 

Rutinitas itu pun mereka lakukan hampir setiap hari, siang dan malam hari di waktu yang tidak di tetapkan, bahkan hingga sampai saat ini.

Ayla menggeleng pelan. "Masih satu garis, Ma." nada itu terdengar lirih.

Entah mengapa, benih yang di tanam Kenan masih belum juga ada yang menetap satu. Padahal Ayla sekarang sudah mengurangi aktivitas di luar rumah.

"Kalian kurang usaha mungkin?" Mama bertanya dengan wajah yang gimana gitu.

Sulit di gambarkan, ketika melihat ekspresi raut wajah istri Papanya ini.

Kurang usaha? Mama tidak tau saja jika melakukan itu sudah seperti minum obat, bisa tiga kali sehari dengan berbagai gaya. Namanya juga rezeki, aku tidak tau kapan akan di beri oleh Allah.

"Sudah, Ma. Kalau usaha mah sudah semaksimal mungkin." 

Bukannya seharusnya mama tau, kan kalau di rumah Ayla tidak memakai hijab. Jika sehabis keluar dari kamar rambut basah, berarti semalam sudah beribadah di bawah selimut.

"Kalau begitu, lebih baik kalian ke dokter saja. Periksa kesehatan, siapa tau karena Kenan masih belia jadi masih belum bisa membuahi." 

Duh, Mama.

Ingin rasanya Ayla menjawab ucapan Mamanya barusan itu. Jangankan kenan yang sudah jelas bisa mendapatkan surat nikah karena berusia hampir dua puluh tahun. Anak SMP saja kalau sudah mimpi basah, bisa menghamili wanita. Jadi Ayla tidak yakin dengan asumsi Mamanya itu.

Kalau soal pembuahan, Ayla merasa Kenan cukup paham. Karena bisa membuat Ayla melayang tinggi ke angkasa, sebelum Kenan merasakan hal yang sama. Katanya agar cepat berhasil, makanya Kenan rela melakukan usaha ekstra untuk membuat Ayla berhasil melepaskan syahwat.

Kenan pernah berjanji pada Ayla, untuk tidak mengabaikan Ayla ketika syahwatnya tuntas sementara Ayla belum. Karena, dari pelajaran fiqih yang Kenan pelajari, katanya itu makruh. 

Bahkan Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda. 'Apabila seorang suami menggauli istrinya, maka hendaklah ia menyempurnakannya. Jika ia telah terpenuhi hajatnya sementara istrinya belum terpenuhi hajatnya maka janganlah ia terburu-buru menyelesaikannya'. karena itu bisa menimbulkan bahaya bagi istri dan menghalanginya untuk menuntaskan syahwat.

Setiap kali mereka melakukan itu, Kenan selalu memperlihatkan keperkasaan sekaligus kasih sayangnya pada Ayla. Sehingga Ayla selalu selesai lebih awal dari Kenan. Mungkin hal itu juga yang membuat rasa cinta Ayla semakin meningkat pada lelaki belia itu.

"Sayang, kok malah bengong?" 

"Enggak, Ma. Mungkin karena belum rezeki juga. Lagian Kenan sedang sibuk di kantor Papa, tidak mungkin Ayla ke dokter sendirian." Ayla memberi alasan agar mamanya tak begitu memaksa.

Tetapi bukan Mama namanya, jika menyerah begitu saja. Mama segera meninggalkan Ayla dan masuk ke kamarnya, sedangkan Ayla kembali ke aktivitas awal yang semula ingin membuat susu kedelai agar tetap awet muda.

Ketika Hatimu YakinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang