Suara teriakan Ayla membuat suara ketukan pintu dari luar. Ayla mengepalkan jari membentuk tinju, berusaha menahan hasrat besar yang membara.
Kenan segera membuka pintu, terlihat Pak Retno dan Bu Sarah sudah berdiri di depan pintu untuk melihat keadaan Ayla. Kemudian Bu Sarah segera menerobos masuk dan mendekati.
"Bu, ibu yakin tidak salah obat?" tanya Ayla segera.
"Tidak kok Nak, obatnya sudah benar."
"Tapi kok nggak bikin demam, malah bikin gila!" Mata Ayla menyipit.
Bu Sarah tertawa, tubuhnya juga terguncang. Sedangkan Kenan tertegun di sudut kamar dengan mata tak lepas dari Ayla.
"Ya seharusnya langsung di beri saja, Nak Ayla. Itu juga obatnya kok." Bu Sarah mencubit paha Ayla pelan.
"Eh, Matanya sudah bisa melihat objek dekat ya? Berarti obatnya cocok." ucap Bu Sarah saat sadar Ayla sudah bisa melihat lawan bicaranya.
"Masa sih Bu? Tapi masih belum jelas banget." Mata Ayla berair saat perlahan sudah bisa melihat bayangan di depan.
Walaupun masih belum sejelas penglihatan normal, tapi memang sudah ada perubahan dari sebelumnya. Ayla sendiri sebenarnya tidak tau bagaimana cara kerja obat yang di berikan Bu Sarah padanya. Tapi, bukankah itu yang namanya keajaiban?
"Tapi aku tidak akan demam kan, Bu?"
"Tergantung tubuh kamu, Nak. Nanti kalau sudah enakkan, main keluar. Sering-sering lihat objek yang terang dan berwarna, siapa tau besok sudah bisa melihat normal lagi."
Hah, secepat itu?
Tapi Ayla berharap juga memang demikian, keajaiban dan harapan semua orang dapat segera terkabul di sini. Semoga saja penglihatannya bisa segera kembali.
Setelah Bu Sarah dan Pak Retno keluar dengan wajah sukacita, Kenan kembali mendekat.
"Kamu nggak apa-apa, Ay?"
"Ehmm, udah mendingan."
"Syukurlah, tapi kamu beneran udah bisa lihat objek dekat?" Kenan mencoba memastikan dengan melambaikan tangannya di depan wajah Ayla.
"Masih belum jelas, Mas."
"Tak apa, yang penting sudah ada perubahan. Sisanya tinggal usaha saja."
Ayla mengangguk pelan.
****
M
alam merambat kian jauh, suara gemuruh ombak diselingi suara jangkrik di sekitar villa membuat suasana semakin syahdu. Kedamaian dan ketenangan yang sangat jarang bisa di jumpai di kota-kota.
Ayla duduk di atas sajadah, dihadapannya ada sang suami belianya yang sedang membaca ayat suci Al-Qur'an. Hal biasa yang mereka lakukan sehabis sholatt, selama Ayla tak bisa melihat ia hanya mendengarkan Kenan saja.
Suara Kenan terdengar lembut dan menenangkan hati, Ayla benar-benar terharu setiap kali mendengar Kenan membaca Al-Qur'an. Ia merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Kenan, banyak pelajaran baru yang Ayla dapatkan semenjak bersama Kenan.
Memiliki suami belia ternyata tak seburuk yang Ayla bayangkan. Nyatanya, orang paling sabar yang mampu menghadapi sikap egois dan keras kepalanya adalah Kenan. Bocah yang Ayla pikir tidak tau apa-apa soal rumah tangga, ternyata malah bocah yang mengajarkan Ayla apa itu arti rumah tangga yang sebenarnya.
Kenan benar-benar tidak main-main saat mengatakan ingin menikahi Ayla, ia sudah menyiapkan banyak bekal untuk masa depan mereka. Sosok seorang suami yang sangat mengerti akan tugas-tugas dan tanggung jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hatimu Yakin
Teen Fiction"Mba, aku ingin menikahi mu!" "Menikah dengan saya? Apa kamu sadar dengan ucapan kamu barusan?" "Iya, seratus persen aku sadar Mba." "Kenapa kamu ingin menikahi saya? Apa kamu hanya ingin bermain-main dengan saya?" "Tidak! Aku serius Mba, aku ingi...