21-Obat Pahit Yang Menggila

23 0 0
                                    

"Den Kenan! Nak Ayla! Eh ada den Rasya juga, ini siapa?" Bu Sarah datang menyambut kedatangan mereka di halaman Villa. Wajahnya berubah kaget, saat melihat Kenan datang dengan menggendong Ayla.

"Ini istriku Bu, namanya Rania." Rasya memberitahu.

Bu Sarah menyalami sebentar, kemudian bergegas ke dekat Ayla yang tertunduk lemah. Setelah Kenan menurunkan Ayla di gazebo bambu yang terletak di dekat pohon besar di halaman Villa. 

"Nak Ayla kenapa, Den?" Bu Sarah memijat-mijat pundak Ayla pelan. Nada suara kecemasannya terdengar sangat kentara.

Kenan menghapus keringat di wajahnya, kemudian duduk di samping Ayla sembari melingkarkan tangan di pundak Ayla.

"Den Kenan?" Bu Sarah mengulang pertanyaannya dengan suara parau.

"Ayla kemarin mendapat musibah, Bu! Ia kehilangan penglihatannya untuk sementara waktu, ini semua terjadi karena kelalaian Kenan dalam menjaganya. Tapi ini lah ujian kami saat ini. Insyaallah Ayla sudah ikhlas." Kenan menjelaskan dengan nada sendu.

Wanita paruh baya yang usianya lebih tua dari Mama Ayla itu menarik nafas panjang. Lalu duduk mengapit Ayla bersama Kenan. Tangannya gemetar saat menyentuh wajah Ayla.

"Sama sekali tak bisa melihat apapun ya, Nak?" tanyanya lirih.

Ayla tersenyum tipis, kemudian mengangguk.

"Kok bisa sampai seperti ini? Kata dokter gimana?" 

Kenan pun menceritakan kejadian yang menimpa Ayla tersebut, sedangkan Rania dan Rasya sudah masuk duluan untuk meletakkan beberapa barang di kamar setelah memotong pembicaraan Kenan sebentar.

Kemudian, Pak Retno juga ikut datang menyambut Ayla dan Kenan. Wajahnya terlihat ikut sedih melihat keadaan Ayla yang sekarang. 

"Ibu yakin, Nak Ayla pasti bisa sembuh kembali. Asal mau berusaha dan tetap semangat. Dulu bapak juga sempat pernah kehilangan penglihatannya, karena kecelakaan kerja. Tapi karena bapak yakin pasti ada keajaiban, akhirnya bisa melihat lagi, walaupun memang belum bisa langsung melihat dengan jelas. Nanti akan ibu carikan obat dari rempah dan daun-daunan di sekitar villa, insyaallah bisa membantu Nak Ayla." Bu Sarah membelai lengan Ayla pelan.

Kenan pernah bercerita, jika Bu Sarah itu anak tabib. Ia merantau ke kota untuk ikut dengan suaminya, dan mereka juga awalnya adalah penjaga pantai di bawah villa ini. Tetapi karena usianya yang sudah tua, posisi mereka pun tergantikan. Akhirnya Kenan yang mempekerjakan mereka untuk bersih-bersih di sekitar villa sekalian merawatnya.

"Ya sudah kalian istirahat saja dulu, ibu sudah membersihkan kamar nya tadi pagi." 

Kedua pasangan suami istri ini memang sangat baik, dalam menghargai dan memuliakan tamu. Mungkin karena itu juga, Kenan sangat mempercayakan villa ini pada mereka dan sudah menganggap mereka seperti keluarga.

"Kalau begitu, Kenan bawa Ayla ke kamar dulu ya Bu, Pak. Ohh iya, terima kasih juga untuk semuanya."

"Kami yang seharusnya berterima kasih, Den Kenan. Sudah di berikan tempat tinggal dan pekerjaan, sakitnya Nak Ayla, sakitnya kami juga. Biar ibu carikan dulu daun-daunan nya, sekalian menyiapkan makan malam. Nak Ayla tidak usah memikirkan apa-apa, tetapi makanan di sini ala kadarnya saja. Tidak seperti makanan di kota." Bu Sarah tersenyum tipis.

"Tidak apa, Bu. Kan sudah pernah makan malam di sini." Ayla membalas senyuman.

"Hehe iya, Nak. Ya sudah ibu tinggal dulu ya!" 

Bu Sarah segera pergi meninggalkan Ayla dan Kenan. Entah kemana tujuannya, mungkin mencari  daun-daunan yang di maksud. Tetapi Ayla merasa sangat beruntung, di saat operasi menjadi jalan terakhir, ternyata ada jalan baru yang mungkin cocok untuk membuatnya bisa melihat kembali.

Ketika Hatimu YakinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang