Hari pertama Ayla berada di rumah, tetapi dengan keadaan yang sangat berbeda. Berbagai macam obat-obatan masih belum bisa menyembuhkan matanya. Ia benar-benar buta, dan mesti memakai alat bantu untuk berjalan.
Dunia Ayla seakan berubah, tidak ada lagi senyuman yang menghiasi wajahnya. Begitu juga dengan Mama dan Papanya yang juga ikut merasakan kesedihan, hanya Kenan yang tak pernah lelah memberi semangat dan meyakinkan Ayla bahwa ia pasti sembuh.
"Ay, kamu pasti bisa melihat lagi." ucap Kenan saat menuntun Ayla duduk di atas ranjang.
Ayla hanya terdiam, tiba-tiba air matanya meleleh ke pipi. Ia yakin jika saat ini Kenan pasti sedang tersenyum padanya.
Terasa sebuah tangan menghapus air yang menetes dari sudut mata Ayla, kemudian menggenggam erat jemari nya.
"Dengar Ay, ini bukanlah akhir dari segalanya. Tetapi awal bagi kita untuk memaknai hidup." Kenan mencium punggung tangan Ayla lama.
"Tapi, mas, aku..,"
"Jangan katakan apapun! Aku yang akan menjaga dan melayani kamu sekarang, bukankah selama ini kamu sudah cukup baik melayani aku?"
Ayla menggigit bibir bawahnya.
"Mas, saat ini berbeda! Aku tidak akan bisa melayani kamu seperti tempo hari. Aku tak bisa melihat apapun, yang ada hanya akan merepotkan mu saja."
Desahan nafas berat Kenan membuat dada Ayla semakin sesak. Kenan pasti merasa sangat kecewa.
Ayla merasakan tangan Kenan memutar bahunya untuk melihat kearahnya, walaupun saat ini Ayla tak bisa melihat wajah Kenan. Tetapi ia masih bisa merasakan jika Kenan saat ini sedang menatapnya, tatapan yang benar-benar di rindukan Ayla.
"Ay, tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Kamu cuma tidak bisa melihat, ada aku yang bisa menjadi matamu di sini. Kamu hanya perlu menikmatinya saja." ucapannya bergetar, suaranya terdengar lirih.
Setegar apapun Kenan saat ini, Ayla masih bisa merasakan kesedihan dari nada suaranya itu.
"Mas, berhenti membingkai sebuah kekecewaan dengan keceriaan." Ayla bukan lagi anak kecil yang bisa di bohongi, mana mungkin seorang suami bisa terpuaskan hasratnya oleh wanita buta seperti ini.
"Jangan besarkan hatiku seperti ini, mas! Aku tidak lagi sempurna!"
"Jangan egois, Ay!"
"Aku tidak egois. Aku sedang memikirkan kebahagiaanmu mas, aku tak bisa melihat apapun saat ini! Aku tak ubah bagaikan sebuah robot, yang membutuhkan bantuan seseorang untuk berjalan ke suatu tempat. Apa itu bisa membuat kamu terlayani? Aku rasa tidak! Tinggalkan aku mas, aku ikhlas kamu mencari wanita lain."
Tangis Ayla pecah, badannya gemetar. Ia merasa sudah tidak berguna, juga tak ingin membuat Kenan terus merasa menderita.
"Mba, dengarkan aku baik-baik! Aku bukan laki-laki yang hanya memikirkan kebahagiaan ku sendiri. Bahagiaku hanya bersama kamu, aku menikahi kamu bukan karena tubuh atau parasmu saja. Tetapi karena hatimu. Satu yang aku minta saat ini, tersenyumlah. Aku merindukan senyuman itu."
Ayla kembali menangis pilu, merasakan cinta Kenan yang begitu besar padanya.
"Ay, seharusnya aku yang meminta maaf. Kamu mengalami semua ini karena aku lalai dalam menjagamu, aku mengingkari janjiku untuk terus melindungi mu."
Ayla mendengar suara isakan tangis dari Kenan, merasakan air mata yang membasahi punggung tangannya.
"Kamu tidak salah, Mas! Aku yang salah karena tidak bisa menjaga diri sendiri, dan aku hanya ingin yang terbaik untuk kamu saat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hatimu Yakin
Teen Fiction"Mba, aku ingin menikahi mu!" "Menikah dengan saya? Apa kamu sadar dengan ucapan kamu barusan?" "Iya, seratus persen aku sadar Mba." "Kenapa kamu ingin menikahi saya? Apa kamu hanya ingin bermain-main dengan saya?" "Tidak! Aku serius Mba, aku ingi...