16-Menonton Film

16 1 0
                                    

"Kenapa, Ay?" 

Sejak masuk ke dalam mobil, Ayla hanya terdiam. Perasaannya benar-benar campur aduk saat ini. Rasa cemas terus menghantui Ayla dan mungkin Kenan sadar akan hal itu.

Ayla menoleh sekilas.

"Mas, kalau aku tidak bisa hamil bagaimana?" 

Ayla takut jika ada sesuatu yang salah dengan rahin atau sel telur nya. Karena Mamanya dulu pernah menderita kanker ovarium.

"Insyaallah bisa, Ay. Asal lebih rajin lagi usahanya." Kenan mengedipkan mata.

"Kan sudah rajin, usahanya!"

"Hari ini kan belum?"

"Mas, aku sedang cemas loh! Tidak usah bercanda seperti itu!"

Kenan tertawa pelan.

"Ay, dengarkan aku. Sebagai manusia, ada masanya kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Jika itu sudah maksimal, sisanya tinggal pasrah. Siapa tau nanti Allah memberi rezeki langsung tiga sekaligus, jadi tidak perlu menanam lagi."

Ingin rasanya Ayla menimpuk bocah di sampingnya dengan botol minum, orang sedang serius dia malah asik bercanda.

"Maksudnya? Kembar tiga gitu?"

Kenan mengangguk.

Sekarang Ayla yang jadi berpikir panjang. Tidak mungkin bisa kembar tiga? Sedangkan makanan nya saja cuma dua, lalu yang satu lagi bagaimana? Bisa jadi mereka tidak bisa mendapatkan ASI eksklusif, padahal itukan sangat penting untuk pertumbuhan otak.

"Kok diam, Ay?"

"Emm, tidak."

Ayla tidak berani berterus terang, takut nanti akan diselewengkan lagi sama Kenan kalimat jawaban yang akan di beri.

"Tetapi, sepertinya aku harus usaha lebih kuat lagi. Biasanya sehari dua kali, mungkin besok bisa sampai tiga atau empat kali. Biar seperti meminum vitamin." 

Kenan terlihat seperti sedang berbicara sendiri. 

"Hah? Kamu tidak kasian apa sama yang di jadiin kuda?"

"Kalau dulu saat masih bersegel ya pasti kasihan lah, karena membuka barang baru pasti sakit. Tetapi sekarang kan sudah berbada, jalannya sudah terbentuk dan mulus. Jadi tinggal menikmati saja." 

Ayla mendadak tersedak saliva nya sendiri, ketika membayangkan usaha Kenan untuk hari selanjutnya, membuat Ayla bergidik ngeri. Apa jadinya tubuh Ayla jika nantinya terus di preteli.

"Mas, bukan begitu maksudnya. Tetapi, kita harus mencatat masa kesuburan. Kalau kayak yang tadi mah, enak di kamu enggak di aku!" 

"Biasanya kan kita sama-sama enak," Kenan mengedipkan mata.

"Mas, ihh!"

"Kenapa sayang? Nanti saja di rumah, tidak mungkin di dalam mobil. Nanti tidak leluasa."

Ayla hanya bisa menghela nafas gusar, ternyata memiliki suami bocah harus di imbangi dengan kesabaran yang seluas samudera.

Kadang kala ada pemikiran dewasa yang menambah ilmu, tetapi banyak juga bocah nya. Jika urusan kamar seperti ini, hasratnya seakan tidak bisa terelakkan lagi. Mungkin karena ia memang masih muda, sedangkan Ayla kadang sedikit terganggu dengan pikiran lain.

"Sekarang, ingin pergi ke mana?"

"Terserah kamu saja, bukannya kamu punya banyak tempat rekomendasi yang bagus?"

"Bagaimana kalau ke menonton film?"

"Menonton film?"

Kenan mengangguk pelan.

Ketika Hatimu YakinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang