8

425 35 17
                                    

Saat aku sudah naik, aku mencium bau keberadaan Muichiro. Dan benar saja. Ketika aku menoleh Muichiro langsung memelukku sambil mencium bibirku. Tunggu.. CIUMMM?!

“Aku sudah ingat.”

Hanya itu dan kemudian tubuhnya hampir saja terjatuh jika aku tidak menahannya.

“Muichiro-san?”

Dia pingsan! Ini gawat! Dia harus segera di rawat!

***

Sudah dua hari semenjak kejadian di desa pedang. Saat ini Muichiro-san masih saja belum terbangun. Aku penasaran dengan apa yang terjadi padanya. Ciuman itu, mengapa terasa sangat dalam? Tanpa sadar aku memegang bibirku.

Dan kemudian aku memutuskan untuk mengganti air di vas bunga yang ada. Dua hari lalu, aku hanya pingsan selama beberapa jam. Kemudian aku baru benar-benar pulih kemarin.

Aku memutuskan untuk selalu melatih kemampuanku. Pedangku yang baru memang belum selesai di tempa namun kabar baiknya, aku mulai bisa melihat dunia tembus pandang. Dan aku mulai memahami arti dari dunia tanpa pamrih. Inosuke lah yang mengajariku tentang hal itu.

Dia berkata jika aura seseorang bisa menunjukkan bagian mana saja yang dia incar. Singkatnya sama saja dengan indera penciumanku yang tajam aku dapat mengetahui di mana keberadaan musuhku. Pasti sangat sulit ketika aku harus menghilangkan aura membunuhku saat berhadapan dengan iblis. Namun aku harus bisa melakukannya.

Aku masuk kembali masuk ke dalam ruangan. Dan kemudian saat aku selesai menaruh vas di samping kasurnya, mata Muichiro terbuka. Aku langsung menghampirinya dan memegang tangannya.

"Muichiro-san!"

Dia menoleh kearahku dan tersenyum. Senyuman yang sangat indah. Apa yang sebenarnya sudah terjadi?

"Tan-jiro.."

Muichiro berkata dengan suara seraknya dan aku langsung memberikannya minum.
Muichiro membalas genggaman tanganku dan dia membuang nafasnya.

"Sudah berapa lama aku pingsan?"

"Dua hari."

"Oo, bagaimana dengan dirimu Tanjiro?"

"Kau tenang saja Muichiro-san, aku sudah baik-baik saja."

"Syukurlah."

Muichiro menatapku dengan tatapan yang sepertinya penuh arti. Dan aku dapat mencium aroma kebahagiaan yang dia keluarkan.

"Muichiro-san, apakah kau lapar?"

Dia mengangguk singkat. Yah untungnya aku selalu membuatkannya bubur.

"Oke. Tunggu sebentar Muichiro-san."

Aku pergi mengambil bubur itu dan kemudian kembali.

"Mengapa cepat sekali?"

Aku membantunya untuk duduk sedikit tegak. Dan merapikan selimutnya agar tetap menghangatkan dirinya.

"Aku tidak tau kapan kau akan bangun Muichiro-san. Jadi aku membuatkanmu bubur hampir setiap saat."

Aku tidak tau mengapa. Tetapi tatapan Muichiro menjadi lebih berbinar dan aura kebahagian di sekitarnya menjadi lebih pekat. Aku mengaduk bubur itu lalu meniupnya.

"Bukalah mulutmu Muichiro-san. Ini sudah tidak panas."

Aku merasa gugup. Karena sudah lama sekali aku tidak membuat bubur. Terakhir kali aku membuatkan bubur yaitu saat ibu sakit.

"Rasanya sangat enak dan tidak pahit! Terimakasih Tanjiro."

"Mn."

Aku kembali mengaduk bubur itu. Namun aku baru teringat satu hal yang penting. Sontak aku menepuk jidatku dan langsung menaruh bubur itu.

(END) (TanMui) Always With You (いつもあなたと)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang