9

468 31 21
                                    

Dia memaksakan dirinya untuk terbangun dan kemudian memelukku. Aku menundukan sedikit tubuhku dan kemudian memegang tubuhnya agar tidak terjatuh.

"Aduh-aduh, Mui-san. Kau tidak boleh bergerak dengan secepat ini. Tubuhmu bisa sakit."

"Aku tidak peduli! Karena sekarang aku sangat senang. Jadi apa kita berkencan sekarang?"

"Mn. Tentu saja."

Aku mengelus kepalanya dan kemudian tubuh Muichiro memberat. Dan saat aku melihatnya, dia sudah tertidur lelap. Sepertinya karena efek obat. Jadi aku segera membaringkan kembali tubuhnya dengan benar. Lalu menyelimutinya dan pergi berlatih.

***

Aku sudah berlatih selama berjam-jam dengan Inosuke. Namun tubuhku tetap saja terkena pukulan balok kayu milik Inosuke.

"Oi! Oi! Tanjiro, kau sangat payah! Aku sudah mengeluarkan aura membunuhku!"

Yah, mungkin saja tubuhku sudah babak belur. Aku tidak dapat melihat karena mataku tertutup oleh kain. Namun Inosuke benar. Aku memang merasakan aura membunuh milik Inosuke. Namun aku tidak tau arah mana yang dia incar.

"Maaf! Ku mohon sekali lagi Inosuke!!!"

"Yosh!! Terimalah ini!!"
Aku merasa serangan besar datang dari belakangku jadi aku menghindar. Aku hanya mengandalkan penciumanku, suara dan perubahan udara di sekitarku. Namun tetap saja aku gagal.

Aku terkapar di tanah bukan karena aku tak sanggup untuk bangun. Namun aku sedang merasa buntu.

"Oi oi! Tanjiro mengapa kau tertidur hah?! Tidak ada yang menyuruhmu tidur!"

"Inosuke, selain aura-aura itu apa lagi yang kau rasakan agar kau dapat mengetahui bagian mana yang mereka incar?"

"Hmp.. Hanya aura yang ku rasakan. Semakin mereka mengincar bagian itu maka akan ada sesuatu yang menusuk atau menekan bagian yang mereka incar. Hanya itu! Kau saja yang lemah dan tidak bisa mempraktekkannya!"

Menekan? Aura yang menekan? Apakah itu sesuatu yang seperti terkumpul dalam satu garis dan kemudian menekan objek yang di incar?
Ah ternyata begitu! Aku mulai mengerti!

"AKU PAHAM! Inosuke-kun tolong di ulangi sekali lagi!"

Aku mulai berdiri dan memasang kuda-kudaku. Aku mempertajam semua inderaku termasuk indera peraba dan perasa milikku. Lalu saat serangan datang, entah mengapa aku seperti bisa melihatnya dan serangan itu menjadi terasa sangat lambat.

Aku menghindari bahkan membalas serangan itu dan menangkisnya. Kecepatan Inosuke memang patut diacungkan jempol. Tubuhnya yang sangat lentur dan lincah cukup menambah kerumitan serangannya.

***

*Normal POV

Tanjiro kembali saat matahari sudah terbit beberapa jam lalu. Dia kembali ke kediaman kupu-kupu dan menuju ke kamar Muichiro. Namun sebelum dia sampai di sana, ternyata Muichiro sedang berjalan dari arah lain.

"Mui-san? Selamat pagi."

Sapa Tanjiro dan kemudian dia merasakan tubrukan di tubuhnya.

"Bodoh! Kukira semalam hanyalah mimpi. Saat aku terbangun, kau tidak ada di sisiku. Jadi aku langsung mencarimu. Dan ternyata syukurlah itu bukan mimpi Tanjiro!"

Tanjiro hanya tersenyum dan mengusap kepala Tokito. Dia senang kekasihnya ini sudah bisa berjalan-jalan.

"Maafkan aku ya Mui-san. Aku baru saja pulang dari latihanku. Dan ternyata kau sudah terbangun."

(END) (TanMui) Always With You (いつもあなたと)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang