Ost kisah tanpa dirimu-Anggis Devaki
Alyssa: "Sayang, mahal ah, kan kamu mah bukan psikologi, kamu hukum."
Jaegar: "Ya, tapi saya tidak masalah untuk membiayai kuliahmu. Selama kamu bahagia dan bisa hidup dengan nyaman di masa depan, maka itu sudah cukup bagi saya." Jaegar mengusap-usap rambut Alyssa lagi.
Alyssa: "Kalau aku kuliah perfilman gimana atau sastra Indonesia?"
Jaegar: "Ah, kamu juga bisa memilih jurusan sastra Indonesia. Jurusan ini akan memungkinkanmu untuk mempelajari bahasa dan budaya yang unik dari Indonesia." Jaegar tampak bersemangat saat menasehati Alyssa.
Alyssa: "Aku mau sastra Indonesia dan Inggris."
Jaegar: "Itu adalah pilihan yang baik. Jurusan sastra Indonesia akan memberikan kamu pengetahuan tentang bahasa dan budaya asli dari Indonesia, sedangkan jurusan sastra Inggris akan membantu kamu dalam mempelajari bahasa-bahasa lain." Jaegar tersenyum bahagia.
Alyssa: "Kamu hukum ya, kamu harus mengejar cita-cita kamu juga."
Jaegar: "Ya, saya harus mengejar cita-cita saya juga. Tapi kamu jangan khawatir tentang itu. Saya sudah cukup bahagia saat aku bisa berbicara dengan kamu dan melihat senyum manis di wajahmu." Jaegar mendekap Alyssa dalam pelukannya.
Alyssa: "Jaegar, aku butuh kamu."
Jaegar: "Aku juga membutuhkan kamu. Aku akan selalu bersamamu dan menjadi teman terbaikmu." Jaegar menciumi pipi Alyssa dengan lembut.
Alyssa: "Aku pernah suka sama temanku dulu, cuma aku sukanya diam-diam, tapi entah dia sepertinya sekarang punya pacar. Apakah menurutmu aku kurang cantik?"
Jaegar: "Aku pikir kamu cantik, tidak ada yang bisa menghalangi perasaan cinta antara kita berdua. Meskipun temanmu itu sekarang punya pacar, bukan berarti kamu kurang menarik." Jaegar memegang wajah Alyssa dengan lembut dan menatap matanya.
Alyssa: "Jaegar, aku ingin kamu ada di sampingku."
Jaegar: "Aku juga ingin kamu ada di sampingku. Saya tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian, apapun yang terjadi." Jaegar memegang tangan Alyssa dan memeluknya.
Keesokan harinya,
Jaegar dan Alyssa memasuki kelas dengan saling memegang tangan.
Jaegar: "Hai, kamu siap untuk hari ini?"
Alyssa: "Tentu saja."
Jaegar: "Aku harap hari ini akan menjadi hari yang baik untuk kita berdua. Tapi jangan lupa, kalau kamu membutuhkan bantuan atau ada masalah apapun, aku siap membantumu." Jaegar menoleh ke Alyssa dan tersenyum.
Alyssa: "Aku harus pergi ke kamar mandi sebentar ya."
Jaegar: "Ya, kamu boleh pergi ke kamar mandi. Jangan lupa untuk membersihkan diri dan jangan lama-lama." Jaegar menunggu di depan kelas sambil menatap Alyssa.
Aku pun pergi ke toilet meninggalkan Jaegar.
Jaegar masih menunggu di depan kelas dengan mata yang terus mengawasi Alyssa. Beberapa saat kemudian, Alyssa keluar dari toilet dan memasuki kelas lagi. Tapi Jaegar tak kunjung melihatnya sampai...
Ada yang menghipnotis Alyssa, ternyata itu adalah Marlina. Marlina membuat Alyssa pingsan dan membawanya ke gudang sekolah.
Jaegar langsung teriak dan berlari ke arah Alyssa yang pingsan. Jaegar berusaha mengangkat tubuh Alyssa dengan keras, tapi ia tidak dapat melakukannya sendiri. Ia tampak panik saat Marlina mulai membawanya pergi dari sekolah.
Jaegar: "Marlina, apa yang kau lakukan?"
Marlina: "Saya hanya mengambil apa yang saya inginkan. Dia adalah targetku, dan dia akan menjadi milikku." Marlina mulai menampar wajah Alyssa secara keras.
Alyssa pun pingsan.
Jaegar: "Tidak! Dia tidak boleh pingsan. Saya akan mencari siapa pun yang melakukan ini pada dia." Jaegar berusaha mendekati Alyssa dan membopongnya, tapi ia masih kesulitan karena tubuh Alyssa terlalu berat.
Alyssa: "Sakit."
Jaegar mulai menangis saat ia mencoba keras untuk menenangkan Alyssa. Tapi, Marlina masih terus memukul wajahnya dengan keras.
Alyssa pun tidak sadarkan diri.Jaegar: "Seseorang, tolong! Tolong bantu saya!" Jaegar terus mencoba untuk membopong Alyssa yang pingsan.
Varo datang, bukannya membantu, malah dia menghajar Jaegar.
Jaegar jatuh ke tanah saat Varo terus menghajarnya. Ia berusaha untuk tetap berdiri, tapi Varo terlalu kuat dan Jaegar terjatuh lagi. Jaegar: "Seseorang, bantu aku!"
"Jaegar," ucap Alyssa lemah.
Jaegar berteriak dengan keras. "Alyssa! Alyssa, kamu masih hidup?"
Alyssa: "Ya."
Jaegar langsung bergegas untuk menghampiri Alyssa dan memeriksa kondisinya. Tapi, Varo masih terus menghajarnya dari belakang. "Tolong bantu saya!" Jaegar berteriak lagi.
Aku menendang Varo sekuat tenaga.
Varo jatuh ke tanah setelah ditendang oleh kamu. Ia tampak kesakitan dan marah. "Siapa kau?! Jangan sentuh saya lagi!" Dia berusaha untuk berdiri, tapi ia masih kesakitan karena memar pada punggungnya yang berlubang.
Varo dan Marlina pun pergi.
Jaegar bernafas lega saat Varro dan Marlina pergi. Ia lalu mencoba untuk mengangkat Alyssa lagi, kali ini dengan lebih mudah karena tubuhnya sudah tidak berat lagi. "Alyssa? Apakah kamu masih hidup?" Ia berbicara pada Alyssa yang pingsan sambil memegangi wajahnya.
Alyssa: "Ya."
Jaegar tersenyum saat Alyssa mengangguk. Ia terus memegangi wajahnya sambil menepuk pundaknya. "Kita harus pergi dari sini, oke? Saya akan membawa kamu ke rumah."
Alyssa: "Ya, ayo."
Jaegar mulai menarik Alyssa dari tanah dan menenangkannya. Ia membopong tubuhnya dan berjalan menuju ke rumahnya yang tidak jauh dari sekolah. "Kita akan sampai di rumah, jangan khawatir."
Alyssa: "Ya."
Jaegar tiba di rumahnya dan langsung masuk ke dalam. Ia lalu membaringkan Alyssa di atas ranjang. "Ini rumah saya, kamu akan tinggal di sini untuk sementara waktu."
Alyssa: "Sakit."Jaegar: "Jangan khawatir, kamu akan sembuh. Kamu hanya perlu istirahat dan jangan lupa minum obat yang saya berikan." Jaegar lalu pergi ke dapur untuk mengambil air mineral dan beberapa obat-obatan.
Alyssa: "Makasih, sayang."
Jaegar menghampiri Alyssa dan mencium dahinya. Ia tersenyum pada Alyssa yang tampak kelelahan. "Saya tidak bisa berbuat apa-apa untukmu selain membantumu memulihkan diri."
Alyssa: "Kau juga perlu untuk diobati."
"Ya, tapi saya tidak bisa mengobati diri sendiri. Saya hanya bisa membantu kamu saja." Jaegar duduk di samping Alyssa dan menempelkan obat yang dia bawa pada bibirnya.
Alyssa: "Sini, aku obati."
Jaegar membiarkan Alyssa untuk mengobati lukanya. Ia terus memandang wajahnya dengan perasaan sayang.
Mereka pun istirahat bersama setelah selesai mengobati diri mereka masing-masing.
Jaegar memeluk tubuh Alyssa yang sudah tidur, dan ia pun mulai menutup mata juga.
Dia akhirnya tertidur setelah seharian berjaga-jaga untuk memulihkannya dari luka yang dialaminya. Ia sangat mencintai Alyssa dengan sepenuh hati.Marlina sama Varo sama-sama antagonis benar-benar menyebalkan, Alyssa dan Jaegar mereka saling menjaga dan mencintai satu sama lain, jangan lupa tinggalkan jejak 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Behind The Shadows (End)
Teen FictionAlyssa Kamila, seorang gadis yang berani menentang arus, menolak cinta dari Varo, siswa tampan yang dipuja-puja sebagai dewa idaman sekolah. Alih-alih memilih Varo, Alyssa justru tertarik pada Jaegar, siswa misterius yang dikenal dingin dan dicap se...