2.sebuah Al-Qur'an

265 65 2
                                    


الـــسَّـــلَامُ وَعَـــلَـــيْـــكُـــم وَرَحْـــمَـــةُ الـــلّٰـــهِ وَبَـــرَكَـــاتُـــه

🌹اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ🌹


Happy reading 🤗
.
.

"Menuntut ilmu adalah taqwa, menyampaikan ilmu adalah ibadah, mengulang-ulang ilmu adalah dzikir, mencari ilmu adalah jihad."

_imam al-ghazali_

"Jangan hilangkan kesempatan kita untuk meraih ilmu sebanyak-banyaknya, jika harus menunggu waktu lama bisa saja Allah lebih dulu mengambil kita dari dunia ini, jika begitu hilang sudah kesempatan itu."

_Muhammad Miftah hafidz Al-'Alimin_

***

Suasana yang amat sepi di seluruh penjuru  pesantren Miftahul muta'alimin. Tidak ada suara yang terdengar suara santri yang biasanya tengah sibuk dengan kegiatannya.

Karena seluruh santri pulang untuk berlibur, hanya ada beberapa santri yang mengabdi saja dan para pengajar yang memang tidak pulang.

Terlihat dua orang pria nampak sedang mengobrol di teras ndalem. Satu pria paruh baya yang hanya memakai kaos putih dengan sarung dan juga anaknya yang memakai baju Koko abu-abu dan memakai sarung pula.

"Bagaimana mif? Kamu mau kan? " Tanya pria paruh baya itu kepada anaknya.

"Iya, abi. tapi kenapa tidak mas adam saja?"

"Adam," kyai Idris mengernyit, "dia tidak mau, mif." Katanya, dengan pandangan lurus ke depan. Ntah apa yang paruh baya itu tatap.

"Kenapa, Abi?" Tanya Gus miftah.

Pendengar pertanyaan dari anaknya itu, kyai Idris menghela nafas halus.

"Dia terlalu sibuk mif, lagi pula dia juga sudah mempunyai istri dan anak, dia juga sibuk dengan pekerjaanya itu. Jadi, Abi rasa sebaiknya kamu saja mif," Jelas kyai idris. Gus miftah mengangguk mengerti dengan penjelasan yang kyai Idris lontarkan.

"Baiklah, Abi."

"Kamu setuju nak?" Tanya kyai idris menoleh, menatap wajah anaknya.

"InsyaaAllah, Abi. mif akan menjalankanya dengan sebaik mungkin, lagi pula ini keinginan Abi." Senyum yang begitu tulus nampak di bibir Gus miftah.

"Syukron, nak. kamu salurkan ya ilmu kamu itu ke pesantren ini."

"Iya, abi."

Raut wajah yang begitu bahagia, kyai Idris sangat berterimakasih kepada anaknya. Sebab, Gus miftah telah menyetujui keinginanya.

Di tengah-tengah obrolan mereka yang berjalan, suara langkah kaki terdengar dari arah dalam rumah. Dan benar saja, nampak lah seorang wanita paruh baya dengan membawa nampan berisikan dua buah gelas di tanganya.

gus mif ? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang