14. pernikahan

198 54 10
                                    

الـــسَّـــلَامُ وَعَـــلَـــيْـــكُـــم وَرَحْـــمَـــةُ الـــلّٰـــهِ وَبَـــرَكَـــاتُـــه
🌹اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ🌹

Bismillahirrahmanirrahim..

Ig:wp. Lylysasaa

Happy reading 🤗
.
.

***

"gus, gus.. antum ko ga ngabarin kita ber-dua," ucap Brata. Kini, Gus miftah tengah berada di sebuah cafe bersama ke-dua temanya itu. Mereka duduk dengan meja berbentuk melingkar di hadapan mereka.

Ramai, suasana cafe tersebut tentunya sangatlah ramai. Yang dimana, banyak sekali pengunjung yang datang untuk membeli makanan, minuman, bahkan ada juga yang hanya duduk-duduk saja bersama rekan yang lain.

Brata, dia adalah salah satu alumni dari pesantren Miftahul muta'alimin, dia juga salah satu teman dekat dari Gus miftah sewaktu mereka masih menuntut ilmu bersama-sama. Pria itu tidak terlalu tinggi dan tidak juga terlalu pendek, dengan wajah yang berkulit putih, juga mempunyai dua gigi gingsul. Sehingga, nampak sangat manis sekali jika tersenyum.

"Saya lupa," jawab Gus miftah.

"Sejak kapan pria ini jadi pelupa? Biasanya kita yang selalu di ingetin. Ya ga, fan?" Brata kembali berujar seraya menyenggol lengan lelaki yang duduk di pinggirnya.

"Sudahlah, gus kita ini jadi pelupa karena kebanyakan menampung ilmu. Kita maklumi saja," ucap pria bernama Irfan.

"Bukan pelupa, saya hanya lupa," jawab gus miftah. Brata juga Irfan keduanya saling bertatapan. Apa bedanya dari kedua kata tersebut. Sudahlah, memang sagat susah jika berbicara dengan gus yang satu ini.

Irfan, sama dengan Brata. Dia adalah teman dekat dari Gus miftah. Sama-sama alumni dari pesantren Miftahul muta'alimin. Pria itu juga tentunya tidak kalah tampan dari yang lainya. Pria dengan berbadan tinggi, berkulit putih, juga mempunyai lesung pipi yang tentunya membuatnya terlihat manis juga.

Seorang pelayan datang membawakan makanan dan minuman yang sudah ketiga pria itu pesan sebelumnya. Wanita muda yang mengenakan seragam khas dari cafe tersebut dengan kepala yang terbalut hijab yang di lilitkan di bagian lehernya.

"Silahkan mas," ucap sang wanita itu kala menaruh pesanan-nya di atas meja.

"Ya, mba. Terimakasih," jawab sang brata yang di angguki oleh pelayan tersebut dengan selalu mengembangkan senyumnya.

"Saya permisi, mas," pamit wanita tersebut. Saat wanita tersebut mulai memblikkan tubuhnya, suara brata kembali muncul memaggil pelayan tersebut.

"Mba," panggil brata.

Mendengar itu, wanita tersebut kembali menghadap ketiga pria yang tengah duduk itu. "Ada yang bisa saya bantu, mas?" Tanya pelayan tersebut.

"Ada mba, iya, ada," jawab brata kembali.

Pelayan itupun tersemyum.

"Saya mau nanya sama mba-nya, apa mba berkenan menjawab pertanyaan dari saya?" Ntah apa yang ingin Brata tanyakan itu.

Gus miftah, juga Irfan-pun merasa heran dengan temanya itu. Namun, saat mereka melihat tatapan brata yang melihat tepat pada hijab yang pelayan itu kenakan, mereka langsung paham apa yang akan brata bahas.

gus mif ? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang