20. lapar

133 17 38
                                    


الـــسَّـــلَامُ وَعَـــلَـــيْـــكُـــم وَرَحْـــمَـــةُ الـــلّٰـــهِ وَبَـــرَكَـــاتُـــه
🌹اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ🌹

Bismillahirrahmanirrahim...

Kalian masing-masing berikan 1vote + komen saja, sudah membuat saya semangat menulis.
Jangan lupa berikan dukungan kalian untuk cerita Gus mif ini..

Karena saya lagi berbaik hati. Saya up lebih awal😉

Happy reading 🤗
.
.
.

***

"Gus, memangnya tidak apa jika satu rumah?"

Gus miftah lantas mengerutkan dahinya, setelah mendengar pertanyaan dari istri kecilnya itu.

"Kenapa? Bukankah kita sudah menikah?"

Memang benar apa yang di ucapkan oleh Gus miftah, namun, bukan itu yang Hafizah maksud.

"Em.., maksudnya, Gus. Takut nanti santri lain tau," ujar Hafizah yang merasa gelisah jika nantinya terdapat fitnah antara dirinya dan Gus miftah. Terlebih, pernikahan mereka belum ada yang mengetahuinya.

"Tidak akan, mereka juga tidak tau, ummi dan Abi sedang pergi," ucap Gus miftah meyakinkan.

"Gus, tidak ke pesantren?" Hafizah bertanya, sebab, biasanya kini adalah waktunya untuk Gus miftah menerima setoran hafalan para santriwan.

"Tidak," singkatnya, menjawab.

"Kenapa, gus?"

"Di sana, masih ada ustadz lain," katanya. Hafizah hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan saja.

***

Di sisi lain, setelah beberapa jam telah berlalu.

"Hafizah ko belum dateng," ujar intan merasa cemas akan Hafizah yang belum pulang ke asrama.

"Masih dengan nyai, kali," jawab Wulan.

"Tapi, ini udah malem, loh."

Wulan berfikir sejenak, menoleh ke arah jam dinding yang dimana, ia melihat jarum jam yang memang sudah waktunya untuk para santri beristirahat.

"Iya juga, ya," ujar Wulan kembali menatap temanya, intan.

"Apa kita susul, aja?" Sambungnya.

Intan berfikir, apakah tidak apa-apa jika mereka berdua pergi ke ndalem untuk menjemput Hafizah. Sementara, hari yang memang sudah hampir larut malam. Akan sangat bahaya jika seorang santriwati keluar dari asramanya, terlebih dari wilayah itu.

"Kalau kita keluar, bakal ketahuan engga?" Kata intan bertanya.

Wulan tak kunjung menjawab, gadis itu malah mendekatkan dirinya ke arah jendela. Ia membuka sedikit gorden yang menutupi lapisan kacanya, mengintip dari celah untuk melihat keadaan di luar sana.

"Sepi. Ga ada orang," kata Wulan, yang masih terfokus melihat seluruh sudut di luar sana.

"Di sini memang sepi, bagaimana kalau di luar sana kita ketemu sama ustadz atau pengurus yang lagi jaga?" Pikir intan.

gus mif ? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang