23. satu kebenaran unik

123 18 26
                                    

الـــسَّـــلَامُ وَعَـــلَـــيْـــكُـــم وَرَحْـــمَـــةُ الـــلّٰـــهِ وَبَـــرَكَـــاتُـــه
🌹اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ🌹

Bismillahirrahmanirrahim..

Janlup, 1vote+komen

Utamakan sholat dan ibadah lainya, sebelum membaca, oke?

Happy reading 🤗
.
.
.

***

Terlihat nyai Fatimah yang tengah berdiri di ambang pintu masuk ndalem. Dirinya yang menoleh ke kanan, dan ke kiri seperti orang yang tengah mencari sesuatu. Kepalanya terhenti untuk menoleh, netranya memandang ke arah barat. Ia tersenyum saat mendapati anak bungsunya tengah berjalan ke arahnya.

Gus miftah melepaskan alas kakinya, sebelum kakinya menginjakkan teras rumah. Sadar akan adanya seorang wanita yang sangat ia cintainya di hadapan, Gus miftah mendekat, meraih tangan nyai Fatimah untuk dirinya Salim.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh, ummi."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh," jawab nyai Fatimah, mengulas senyumnya.

"Nak, ummi perlu bantuanmu," ungkap nyai Fatimah berbicara dengan halus.

"Na'am, ummi. Ummi perlu bantuan apa?" Tanya Gus miftah yang menunggu nyai Fatimah berbicara kembali.

"Kamu pergi ke pasar. Bahan makanan sudah habis, ummi sudah tuliskan semua yang harus di beli. Kamu keberatan, nak?" Jelas nyai fatimah, yang di akhiri dengan sebuah pertanyaan untuk anaknya. Sebelum benar-benar Gus miftah mau, nyai Fatimah tidak akan langsung memutuskan.

Gus miftah mengangguk, lalu, "tidak, ummi. Mif sama sekali tidak keberatan," ucapnya.

"Pakai mobil abi-mu aja, kalau mau naik motor juga gak gak apa-apa."

"Na'am, ummi."

***

"Ini nak. Semuanya sudah ummi tulis di sini. Dan uangnya ada di dalam lipatan kertas itu."

Gus miftah membuka lipatan kertas tersebut. Memindahkan beberapa lembar uang berwarna merah dan memasukkannya ke dalam saku bajunya. Sebelum itu, Gus miftah membaca daftar belanjaan yang sudah nyai Fatimah tulis. Melihat daftar bahan makanan tersebut, yang ternyata ada banyak sekali yang harus ia beli.

"Ingat, nak. Carilah sayur yang masih segar. Jangan sampai kejadian yang dulu terulang lagi," ucap nyai Fatimah. Mengingat, saat sebelum Gus miftah pergi bersama kakeknya, pernah sekali nyai Fatimah menyuruhnya untuk ke pasar membeli bahan makanan bersama temanya.

Namun ternyata, setelah melihat beberapa sayuran dan buah yang Gus miftah beli. Itu sudah mulai busuk, dan bahkan, ada beberapa buah yang terdapat ulat di dalamnya.

"Tapi ummi, ini buahnya kan matang. Bukanya kalau matang lebih manis?.. dan ini, sayurnya juga, mif cari yang lebih matang, supaya tidak terlalu mentah." Nyai Fatimah mengingat apa yang di ucapkan oleh Gus miftah dulu, begitupun Gus miftah. Jika di ingat, memang sangat terlihat memalukan sekali.

"Itu dulu, ummi," malu Gus miftah.

"Sekarang?"

"Mif sudah besar," jawabnya dengan percaya diri.

gus mif ? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang