BAB 10

71.2K 3.6K 49
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -


Brakkk!

Ketiga orang di dalam kamar mandi serempak menoleh bersamaan. Keira mengerjap pelan, menatap gadis yang merupakan si pemeran utama perempuan kini tengah terduduk dalam keadaan basah.

Beralih pada kedua orang yang berdiri--Putri dan Wilona nama nya. Sebagai pembaca, Keira tau, kedua gadis itu merupakan dua tokoh pembully yang berada dalam cerita. Di alur nya, mereka berdua akan berteman dengan Keira nanti nya.

"Sial! Ngagetin aja," umpat gadis berambut panjang sepinggang dengan poni di atas alis. Wilona.

"Keira kan lo? Kebetulan banget. Gue tau nih, lo pasti mau bales cewek ini karena caper ke Tama kan?" tanya gadis satu nya, Putri, sembari menunjuk Lauren yang tertunduk.

Keira diam, namun tiga detik kemudian, ia kembali bicara, "Keluar sana," suruh Keira.

Putri mengangkat satu alis nya, melirik kearah sahabat nya. "Lo mau kasih dia pelajaran? Di depan kita aja, kita juga mau," ujar nya.

"Keluar. Gausah ganggu orang lagi. Gada kerjaan banget," kata Keira sinis. Kedua gadis cantik tapi kejam itu mengernyit. Ia mengenal Keira, jelas, hampir satu sekolah mengenal Keira. Bukan karena kebaikan, tapi karena kejelekan perilaku nya. Keira itu kasar, tergila - gila pada Tama, pembully, dan orang kaya--walau hanya pura - pura kaya. Namun tiba - tiba saja, Keira berkata demikian, bukan kah aneh?

Tak mau berpikir panjang, Putri terkekeh, "Oh, lo mau gangguin dia sendiri? Yaudah, gue sama Wilona pergi." Putri menarik lengan Wilona, beranjak pergi dari toilet, namun, sebelum keluar, "Selamat bersenang - senang," kata nya dengan senyum seringai. Mereka pergi.

Keira mendengus sebal, terserah mereka lah. Pandangan nya menatap ke Lauren, kaki nya melangkah mendekat. Lauren semakin menunduk takut. Gadis itu benar - benar ingin menangis rasa nya. Tubuh gemetar nya terlihat jelas.

"Lo--"

"T-tolong jangan apa - apain gue..." lirih Lauren di iringi isakan tangis nya.

"Engga anj*r!" Keira berjongkok di sebelah Lauren. "Gue mau nanya, lo ada baju ganti ga?" tanya nya. "Baju lo basah."

Lauren mendongak pelan dengan isakan tangis yang masih ada, lalu menggeleng. "L-lo ga akan apa - apain gue kan?.. gue n-ngga suka kak Tama k-kok.."

Keira mengerjapkan mata nya pelan, baru mulut nya terbuka hendak bersuara lagi, namun sebuah tangan besar malah menarik tangan nya kasar hingga ia terpaksa berdiri. Kepala nya menoleh refleks ke si penarik.

Plakk!

Gadis itu terdiam.

"Gue udah pernah bilang kan?! Jangan pernah nyakitin orang lain karena gue!" ucap pria itu tegas. Tatapan nya menyorot tajam mata Keira, terlihat marah tak suka. Pria itu, si pemeran utama pria, Tama.

"Bangs*t," umpat Keira. "Maksud lo apa anj*ng?!" Tak kalah tajam, Keira juga menatap mata Tama.

"Harusnya gue yang nanya! Maksud lo apa kayak gitu ke dia?!" hardik Tama. "Karena gue belain dia kemarin? Hah?!" lanjut nya dengan tangan mencengkeram lengan Keira.

Keira memandang remeh Tama, "Percaya diri banget lo?! Baj*ngan."

"Lo--" Tama hendak kembali memaki Keira, namun dengan segera Lauren berdiri. "K-kak! B-bukan Keira yang nyirem g-gue.. Tadi, Keira bantuin gue pas di ganggu Putri sama W-wilona," jelas Lauren panjang lebar dengan suara sedikit gemetar takut.

"Tuh! Denger!" gertak Keira yang membuat Tama terdiam.

Gadis itu melepas kasar cengkeraman tangan Tama, kemudian melangkah sekali mendekatkan wajah nya, tatapan tajam nya tak lepas dari mata Tama. "Harusnya, lo nanya dulu kebenaran nya sebelum nampar, si*l. Kalau gini, lo kayak orang gobl*k," kata nya penuh dengan umpatan kesal.

"Sorry." Suara lirih seperti berbisik itu keluar dari mulut Tama, membuat Keira menyeringai. "Lo ngerasa bersalah nuduh gue sembarangan?" tanya nya.

Tama diam, sedetik kemudian ia berdehem pelan, mengakui kesalahan nya. Tentu saja, Tama bukan pria pecundang yang tak mau meminta maaf, atau tak mau di salahkan. Pria itu akan tetap meminta maaf jika memang ia salah.

Merespon itu, Keira mengangguk, kepala nya di alihkan kearah lain sekilas, lalu saat kembali menatap Tama, tangan nya terangkat cepat.

Plakkk!

Telapak tangan Keira menghantam pipi mulus dan tegas milik Tama, membuat kepala si empu sontak tertoleh. Sedangkan, mata Lauren membulat sempurna karena kaget dengan tindakan Keira.

"Sekarang, gue maafin. Lain kali, kalau lo sembarangan mukul gue lagi, gue bisa bales lo berkali - kali lipat, Tama." Keira menatap datar Tama, setelah nya, gadis itu berlalu begitu saja meninggalkan Tama dan Lauren di kamar mandi perempuan.

Tama masih mematung. "K-kak.." panggil Lauren pelan, sedikit khawatir.

Tama beralih menatap Lauren, "Ganti baju," kata Tama singkat. Lalu, pria itu berjalan pergi dari kamar mandi yang seharusnya kamar mandi perempuan.

Bel istirahat selesai berbunyi, para murid kembali ke kelas mereka masing - masing dan para guru bersiap ke kelas sesuai jadwal.

Berbeda dengan murid lain nya, Keira memilih untuk bolos hari ini. Mood nya hilang akibat dari tamparan Tama beberapa menit lalu.

"Si*lan banget," umpat Keira kesal.

Keira mendudukkan bokong nya ke kursi panjang yang tersedia di rooftop, kemudian berbaring. 'Mending gue tidur. Tadi pagi, gue bangun pagi banget,' batin nya.

Baru hendak memejamkan mata nya, suara langkah kaki mendekat terdengar, mata nya pun tak jadi terpejam. "Mau bolos?" Keira terlonjak kaget. Gadis itu segera menegakkan tubuh nya, menatap pria yang baru saja datang.

"Lo mau bolos?" tanya pria itu sekali lagi. Keira mengernyit, lalu berdehem sedetik kemudian. "Kenapa? Lo siapa? Bolos juga?" cecar Keira bertanya.

"Ikut gue," kata pria itu, tanpa menjawab pertanyaan Keira. Keira mengamati pria berwajah datar di hadapan nya ini, cukup lama berpikir, ia teringat dengan sebuah nama. "Gabriel?" gumam Keira masih terdengar.

Pria itu berdehem pelan, "Kenal juga. Ikut gue," ulang nya sekali lagi.

'Anj*ng?! beneran Gabriel? Mati gue!' batin Keira panik. "Lo mau bolos kan? Ikut gue. Lo harus ke ruang osis," kata pria bernama Gabriel Denandra itu.

"Engga. Gue mau ke kelas," sangkal Keira. Gadis itu beranjak berdiri ingin melangkah pergi, namun rambut nya di tahan oleh Gabriel. "Woy anj*ng!" umpat Keira.

"Gausah ngelak. Lo harus di hukum," kata Gabriel datar kemudian menarik rambut Keira agar mengikuti nya. Berbagai kata - kata mutiara di ucapkan berulang kali oleh gadis itu, tapi tak di hiraukan Gabriel.

Pada akhirnya, gadis itu hanya bisa pasrah di bawa ke ruang osis, dengan cara di tarik rambut nya. Kurang ajar emang ketua osis bernama Gabriel itu.

Ngomong - ngomong, Gabriel merupakan salah satu tokoh figuran penting yang sempat akan jatuh cinta pada Lauren nanti nya. Meski ending nya, ia hanya akan menjadi teman Lauren.

.

.

.

• B E R S A M B U N G •


• B E R S A M B U N G •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Gabriel Denandra -

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang