- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -
Pulang dari mall, pastel sudah dalam proses menggoreng. Ya, tentu saja. Acara nya kan akan di mulai pukul 8 malam, dan sekarang sudah menunjuk pukul 3 sore, jadi, mereka harus segera menyiapkan pesanan.
Keira langsung menuju kamar nya. Sedangkan, Alrio membantu kakak nya menggoreng. Bocah laki - laki itu sudah bisa di andalkan dalam hal menggoreng dan membersihkan rumah. Karena memang, dulu ia sering memasak sendiri dan menyapu saat kakaknya bekerja. Tak tau saja, dulu kakak nya itu seorang maling.
"Tadi kemana sama Keira?" tanya Naren pada adiknya itu. "Ke mall.." jawab Alrio.
"Tadi, kak Keira beliin Rio banyakk bangettt baju," tuturnya. "Kakak juga di beliin celana, sepatu sama tas, tuh. Padahal, Rio udah nolak terus. Tapi, kak Keira tetap beliin. Kak Keira baik," lapornya pada sang kakak.
Naren tersenyum tipis mendengarnya, "Udah bilang makasih belum?" tanya Naren.
Rio mengangguk dengan antusias. "Udah! Kak Keira juga tadi beliin Rio jajanan. Yang tipis terus kriuk itu, nama nya crapes deh, kalau ga salah," ujarnya.
Naren mengangguk - angguk. "Jangan di terima terus kalau dia kasih. Ga enak tau."
"Iya.. Rio juga udah nolak kok, tapi tetep di beliin."
Naren menepuk - nepuk kepala adiknya, "Kamu seneng, jalan - jalan nya?"
Alrio kembali mengangguk antusias. Bocah laki - laki itu kembali menceritakan apa saja yang ia lihat di mall, sembari tangan nya bergerak membantu sang kakak meniris pastel.
Naren yang mendengarnya, ikut bahagia juga, melihat adiknya yang antusias. Dalam hati, ia berterimakasih pada Keira yang telah mengubah kehidupan nya dan adik kesayangan nya.
Waktu menunjuk hampir pukul 7 malam.
Tap.. Tap.. Tap..
Suara langkah kaki menuruni tangga terdengar. Pandangan kini teralihkan ke seorang gadis yang sedang berjalan turun dari tangga. Mulut dan mata mereka refleks terbuka, terpesona dengan penampilan gadis itu.
Gadis itu, Keira.
Keira terlihat menawan dengan mengenakan dress strapless sederhana berwarna hitam sepaha yang mampu membentuk body nya. Dengan rambut di ikat rendah, make up tipis, kalung dan anting yang senada dan heels berwarna sama dengan dress yang ia kenakan.
"Cocok gak?" tanya gadis itu saat sampai di hadapan anggota keluarga nya di tambah Naren dan Alrio.
Alrio langsung menganggukkan kepala nya jujur. Mulut nya masih belum tertutup sangking terpesona nya. Baru saja Keira ingin tersenyum puas, sebuah bantal sofa melayang kearahnya.
"E-eh?!" Dengan refleks yang tanggap, Keira langsung menangkap bantal yang mengarah padanya itu. "Apa - apaan sih lo?!" sentak Keira kesal, menatap si pelaku.
"Ganti baju nya! Ngapain lo pake baju gituan?!" komentar Juan sinis.
"Ih Juan.. kok gitu sih? Keira cantik banget loh, itu," sahut Alana masih menatap kagum sang putri. "Iya.. Keira cantik banget. Cocok pake dress itu," puji Rico kagum. Keira tersenyum puas.
Jendra menutupi wajah Naren yang masih menatap Keira dengan bantal sofa. "Eh?!" kaget Naren. Pemuda itu menoleh heran pada Jendra yang memang duduk di sebelah nya. "Jangan lupa kedip. Gausah ngeliatin adek gue!" ujar Jendra tak senang.
Keira terkikik mendengarnya. Ada - ada saja mereka itu. Tapi, tunggu dulu..
Keira menatap Kenan, Jendra dan Juan bergantian. "Kok kalian belum siap - siap?" tanya nya.
"Gue kan udah bilang, gue sama yang lain ga ikut," balas Kenan.
Keira menaikkan satu alisnya, "Bodoamat. Kalian kan di undang, jadi, harus ikut," ujar Keira tak mau tau. "Tapi--" Baru Juan ingin protes, Keira lebih dulu memotong.
"Cepet, gue tunggu 20 menit. Baju nya udah gue taruh di atas kasur masing - masing."
Kenan, Juan dan Jendra saling menatap. "Ikut aja.. nemenin Keira. Sekalian nyari temen." Ini Rico yang memberi nasehat pada ketiga putra nya.
Pada akhirnya, mereka setuju. Bersiap - siap di kamar masing - masing, Juan di kamar nya sendiri, Kenan dan Jendra di kamar yang sama.
Tak lama, sekitar 15 menit, Juan, Jendra dan Kenan menuruni tangga dengan pakaian yang baru di beli Keira tadi. Tentu, Keira tau. Alasan mereka menolak awalnya adalah karena mereka merasa tak mempunyai pakaian yang cocok untuk ke pesta. Untung saja Keira peka.
Alana dan Rico menatap kagum ketiga putra nya. "Kalian ganteng banget..." puji Alana jujur.
Mereka sontak tersenyum malu - malu. Keira jadi gemes sendiri melihatnya. Gadis itu beranjak berdiri, "Yaudah, ma, pa, Keira berangkat ya. Kue nya semua udah di masukin ke mobil, kan?" tanya gadis itu.
"Udah." Naren yang menjawab. "Hati - hati, ya, anak - anak. Jangan pulang terlalu malem," pesan Rico.
"Juan, Jendra, Kenan, jagain adek kamu, ya." Ini Alana yang bicara.
Ketiga kakak Keira itu pun mengangguk serentak. Lalu, Keira dan ketiga kakak nya itu pun berjalan pergi dari rumah, menaiki mobil, dengan Juan yang menyetir.
-----------
Perjalanan memakan waktu sekitar 13 menit. Mereka sampai di hotel pukul 19.17, sengaja datang lebih awal karena risol dan pastel nya harus sudah di bereskan sebelum para tamu datang.
Saat sampai, Keira langsung menghubungi Rea, dan Rea meminta anak buah nya untuk mengambil risol dan pastel di mobil Keira, ke tempat acara nya di ballroom hotel.
Keira berjalan memasuki ballroom hotel tempat acara ulangtahun Rea di rayakan.
"I-ini ga salah? Besar banget tempatnya..." gumam Jendra menatap kagum sekeliling nya. "Kayak orang nikahan ya.. Nikahan aja, ga sampai sebesar ini kayaknya," komen Kenan sama kagum nya.
"Kalian nya aja yang jarang keluar - keluar." Keira menyahut. "Udah, ayo samperin Rea nya dulu, gue mau kasihin hadiah dia," ujar Keira melangkah menuju Rea yang tengah mengatur penyusunan kue.
Keira berjalan, di ikuti oleh Juan, Jendra dan Kenan di belakang nya. Terlihat serasi dengan warna pakaian yang sama - sama di dominasi oleh warna hitam. Mereka terlihat cantik dan tampan. Kalau saja sekarang sudah ramai, dapat di pastikan, orang - orang akan terkagum - kagum.
"Rea," panggil Keira.
Rea menoleh, mata nya langsung melebar, menatap satu per satu orang di hadapan nya. "Woah.. Gila kalian cakep," puji nya memberikan jempol.
"Makasih," ucap ketiga lelaki itu. Beda lagi reaksi Keira yang terlihat menyombongkan diri. "Jelas. Baru tau?" jawab Keira dengan senyum puas.
Rea mendengus pelan. "Nyesel gue muji lo," ujarnya. Keira terkikik kecil, kemudian menyodorkan paper bag. "Happy birthday, ya," ucap gadis itu.
Paper bag nya langsung di terima baik oleh Rea. "Makasih loh!" Keira mengangguk. Kini, gantian Juan, Jendra dan Kenan yang memberikan hadiah masing - masing pada Rea, dan di terima dengan senang hati juga. Rea mengucapkan terimakasih.
"Oh ya, ini belum pada dateng. Kalian cari tempat duduk aja dulu," ujar si yang punya acara.
Keira mengangguk, "Oke!" respon nya kemudian berjalan ke salah satu meja, di ikuti oleh ketiga kakaknya.
Keira mendudukkan bokong nya ke kursi, lalu sebuah jas tiba - tiba saja di letakkan ke paha nya. Keira mendongak. "Tutupin," suruh Juan.
Keira mengernyit. "Ntar rame di liatin orang," lanjut Juan. Keira mendengus pelan, tapi tetap menutupi paha nya dengan jas milik Juan.
Mereka duduk di meja bulat, posisi nya, Keira ada di antara Juan dan Kenan, sedangkan Jendra ada di sebelah Kenan. Mereka menunggu sampai acara di mulai, di pukul 8 malam.
.
.
.
• B E R S A M B U N G •
Ig: itsme.lyn123
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist ✅
Mystery / Thriller𝐒𝐢𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬: Baru saja Kayla memaki tokoh antagonis dalam novel 'Fall in Love' yang ia baca, Kayla tak menyangka, setelah kecelakaan, ia malah terbangun sebagai Keira. Tokoh antagonis dalam novel. . . . "Kenapa harus jadi Keira sih?!" "Kesalah...