BAB 67

26.9K 1.7K 73
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -


Hari berganti. Saat ini waktu menunjuk tepat pukul 1 siang.

"Atas kasus penyekapan, perencanaan dan pencobaan pembunuhan, dengan ini, tersangka Liona di pidana selama 15 tahun."

Tukk... Tukk... Tukk..

Suara hakim di akhiri dengan ketukan palu persidangan, menandakan keputusan sudah di buat.

Liona menatap datar Keira. Sedangkan si empu yang di tatap malah menatap balik Liona dengan tatapan santai, "15 tahun, semoga lo bisa keluar dalam keadaan hidup, ya," ujar Keira dengan senyum penuh arti.

Liona tak mengerti, tak juga peduli. Tak apa, 15 tahun, ia tak terlalu memikirkan. Lantas, gadis itu di bawa ke dalam penjara lagi oleh polisi.

Ekspresi Keira berubah datar. Melirik seorang pria berseragam polisi di sebelahnya, "Gue gamau dia sampai mati." Polisi itu mengangguk, pertanda mengerti.

Setelahnya, polisi pergi. Bersamaan dengan itu, Juan datang menghampiri Keira. Memang hanya Keira dan Juan yang datang, karena Alana kini harus membantu Naren dengan pekerjaan nya membuat kue sedangkan Jendra dan Kenan harus bersekolah, karena sebentar lagi akan di adakan ulangan PAS.

Hanya Juan yang sudah libur, tentu karena ia sudah mau lulus, jadi ia di liburkan lebih cepat.

"Pulang?" tanya Juan. Keira mengangguk pelan, "Ayo."

Bughh...

Liona tersungkur, menatap wanita yang berpakaian sama sepertinya tadi mendorongnya kuat. "Lo gila, ya?!" tanya Liona dengan tatapan tak percaya.

Wanita itu meludah sembarangan, berjongkok di depan Liona, "Gila teriak gila," celetuknya sinis. "Hei denger ya, jangan kamu kira kamu bakal enak - enakan disini," ujar wanita itu menunjuk wajah Liona.

"Saya disini karena ngebuat orang yang ngebully anak saya koma. Kamu sampe bikin anak orang buta, harusnya orangtua anak itu ngebunuh kamu, bukan cuma penjara," sinis wanita itu menatap tajam Liona. "Padahal cantik, masih muda lagi. Tapi kelakuan nya gini, orangtua kamu pasti malu."

Orang - orang di dalam sel menertawakan Liona, sembari berbisik - bisik mengejek. Liona menunduk, mengepalkan tangan sembari menggertakkan giginya kuat. Ia malu.

Mungkin, kehidupan Liona selama di penjara akan selama nya begini? Ya, ia tentu harus mendapat hukuman yang lebih dari sekedar di penjara dengan makan yang masih di berikan dan tempat tidur, kan?

---------

Matahari berganti bulan. Bulan kini akan segera berganti lagi dengan matahari. Langit masih gelap, orang - orang mungkin masih mengistirahatkan badan di tempat masing - masing. Begitu juga Keira yang kini tengah tertidur, setelah semalam menangis mengingat sang ayah.

"Kay...."

"Kayla...." Keira mengernyit, merasa tidurnya terganggu.

"Kayla.."

"Ma.. Kei masih ngantuk..." celetuk Keira asal sembari kembali memeluk bantal guling nya. "Kayla.."

"Aduh, ma, bentar lagi Kei--" Belum menyelesaikan protesnya, ia tersadar akan sesuatu. Matanya langsung terbuka lebar, ia segera bangkit duduk. Menatap sekeliling nya, memastikan tempatnya berada saat ini.

Masih di kamar nya. Mengerjap pelan, kemudian gadis itu memejamkan matanya, sembari menghembuskan nafas. 'Gada siapa - siapa..' batin nya.

'Tadi.. suara siapa? Kenapa manggil gue Kayla?' pikir Keira dalam hati. "Ini karena... gue udah mau balik ke tubuh gue yang lama?" gumam nya bertanya pada angin.

Lagi, Keira menghembuskan nafas. Kepala nya sedikit pusing karena tadi tiba - tiba beranjak duduk. Lantas, ia membiarkan mata nya terpejam, menenangkan diri terlebih dulu sambil menunggu pusing mereda.

.

Hari ini Rabu. Keira menatap pantulan wajahnya di cermin. Rambutnya ia kuncir kuda tinggi, dengan poni tipis menutupi sebagian kening nya.

Ia sudah siap, dengan seragam putih abu yang sudah lama sekali tak ia kenakan sejak penculikan nya.

'Papa.. Keira sekolah lagi, ya? Kei bakal jaga mata papa baik - baik..' Selesai memandang dirinya sendiri, tepatnya di bagian mata, ia menggendong tasnya, lalu berjalan keluar dari kamar.

"Loh.. Keira.. kenapa pake seragam?" tanya Alana. "Kei mau sekolah, ma," jawab Keira.

"Lo baru sehat, hari ini juga lo harus ke rs buat pengecekan mata. Jangan aneh - aneh deh, Kei." Ini Kenan yang merespon. Di lanjutkan dengan Juan yang mengoceh, "Lo tuh ya, kemarin kan udah gue bilang, jangan dulu! Susah bener sih di bilangin. Lo--"

"Temen gue nyari gue." Sebelum Juan lanjut mengoceh, Keira memotong, membuat Juan terdiam sejenak. Juan menghembuskan nafas nya, iya juga, kasihan teman Keira yang selama ini mencarinya.

"Tenang aja, ma, kak. Jendra sama Kenan bakal jaga Keira, kok," ujar Jendra. "Ini udah mau PAS, kasian juga Keira kalau ga masuk, ketinggalan banyak materi," sambung nya.

"Yaudah... tapi, Keira.. pulang sekolah kamu sama Jendra langsung ke rumah sakit dulu ya, ngecek mata," kata Alana. Memang, mereka sudah ada janji dengan dokter yang menangani operasi mata Keira.

Keira mengangguk sebagai respon.














Di kantin sekolah sepi. Maklum, masih pagi. Juga jarang murid - murid ke kantin pagi - pagi, kecuali untuk mereka yang belum sarapan dari rumah.

Lisa menatap Renza yang terlihat termenung. Lengan gadis itu menyenggol lengan pria di sebelahnya. Bima menoleh menatap heran Lisa. Hendak membuka suara, tapi Lisa mengode dengan mata nya.

Bima yang paham pun mengikuti gerakan mata Lisa yang tertuju pada Renza. Bukan cuma Bima, Jessica, Rea dan Mars juga ikut menatap Renza, membuat Renza tersadar dari lamunan nya. "Kenapa?" tanya Renza menatap satu per satu teman nya.

"Mikirin apa?" tanya Mars balik. Renza mengerjap pelan, lalu menjawab, "Itu.. Keira beneran keluar kota?"

"Gue ga... ga gitu yakin juga sih." Lisa menjawab. "Gue juga ga yakin. Nih ya. Oke lah dia keluar kota buat ketemu saudara lain nya disana. Tapi, waktu om Rico di kuburin, harusnya dia ikut hadir... Dia kan anaknya. Masa ga hadir?" jelas Lisa.

"Bener. Itu ga masuk akal, sih. Gimana pun, dia harus nya dateng. Kecuali kalau... ternyata dia ga keluar kota," kata Jessica membenarkan sekaligus memberikan opini nya.

"Maksud lo?" tanya Renza tak mengerti. "Gue cuma takut.. ternyata Keira kenapa - napa. Tapi, di tutupin dari orang luar."

"Kenapa harus di tutupin? Kita kan temen nya," respon Rea pelan.

Lalu, semua nya sama - sama diam. Merenung, sibuk dalam pikiran masing - masing.

"Udah lah.. kita ke kelas aja. Udah 06.45 nih," ujar Mars menatap jam tangan nya. Semua nya pun mengangguk, pertanda setuju. Kemudian, berjalan ke kelas masing - masing.

B E R S A M B U N G •


Bab ini dikit dlu
Blm sempet ngetik lg, ntar lanjut next bab hri sabtu dehh 😔

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang