- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -
Helaan nafas terdengar. Gabriel menatap sendu gadis yang berbaring dengan mata terpejam di atas brankar itu. Ia baru sempat datang lagi sekarang, setelah sebelumnya mengurus beberapa kepentingan perusahaan ayahnya.
Gabriel meraih tangan gadis itu, mengusapnya pelan. "Kei.. kangen," gumam nya.
"Lebih baik lo sadar, ngoceh - ngoceh atau nolak gue aja deh. Gapapa gue sakit hati tiap hari karena lo tolak, asal lo jangan baring gini doang," ujarnya. "Gue sayang banget sama lo Kei.. Lo manusia bukan sih? Sejak ketemu lo, gue kayak orang gila," sambung nya meletakkan kening nya ke ujung brankar.
Diam - diam, Keira melipat bibir nya ke dalam, membuka mata nya sedikit untuk mengintip. Ia ingin tertawa rasa nya, tapi ini bukan saat yang tepat. Kasihan pria itu sedang galau - galau nya.
"Kei.... lo ga bisa ya, nerima gue aja?" gumam nya hampir berbisik. "Gue kurang apa sih?.." ujarnya bertanya.
"Waras."
Gabriel sontak mengangkat kepala nya cepat, melihat ke asal suara. "Ups..." gumam Keira sembari membuka satu matanya. Kelepasan bicara, sialan.
"K-keira?! Lo udah sadar?!" Gabriel menatap Keira dengan pandangan tak percaya yang terlihat polos. "Pftttt..." Keira mengangguk, kemudian tertawa ngakak. "Maaf yaa, AHAHAHAHA!" ujar gadis itu dengan ketawa kurang ajarnya.
"S-sejak kapan?"
"Udah dari kemarin - kemarin sih, tapi gue suruh Rio ga kasih tau lo dulu." Keira menghentikan tawa nya, berganti menjadi menahan tawa, "Lo lucu banget, deh. Ngomong sama orang yang lo anggep ga sadar. Mana kayak curhat gitu," kata Keira terkikik lucu.
Gabriel mendengus sedikit kesal, tapi setelahnya, pemuda itu langsung menarik pelan lengan Keira, hingga si gadis terduduk. "Kena--" Belum sempat bertanya, tubuh Gabriel lebih dulu menabrak tubuhnya.
Gabriel mendekap tubuh Keira cukup erat. "Woy, gue--"
"Sttt.. Biarin gue peluk lo, please? Kangen banget, Kei," bisik Gabriel sembari memejamkan matanya.
Keira terdiam, membiarkan Gabriel memeluknya erat. Terkesan lebay untuk beberapa orang, tapi sungguh, Gabriel merindukan sosok Keira yang biasa nya suka mengechat nya untuk menawarkan risol.
"Lo ngebuat gue sedikit... terharu?" aku Keira dengan nada seperti bertanya. Artinya, ia juga tak yakin dan tak mengerti dengan perasaan nya sendiri.
Baiklah. Keira masih terlalu awam dengan perasaan - perasaan seperti ini. Ia masih tak begitu pintar untuk memahami perasaan nya sendiri. Jadi, tolong ajari Keira pelan - pelan, ya? Agar ia bisa tau bagaimana perasaan nya, agar ia bisa mengerti tentang dirinya sendiri.
Maklum, kehidupan nya yang dulu cukup keras.
Alana menuntun Keira berjalan menaiki tangga. Sejujurnya, Keira bisa berjalan sendiri, hanya saja, Alana khawatir yang sedikit berlebihan. Takut kejadian sebelumnya terulang.
Bahkan, untuk beberapa hari ini, Alana memutuskan untuk tidur satu kamar dengan Keira, agar bisa memantau putri satu - satu nya itu.
Alana mendudukkan Keira ke pinggir kasur. "Kamu istirahat, ya.." ujar Alana pelan.
"Iya, ma.. mama kerja aja, gapapa, kok. Kasihan tuh Naren kerja sendiri. Katanya, hari ini ada pesenan 100 risol, kan?"
Alana mengangguk, "Iya, nih. Yaudah, mama berangkat bantu Naren, kamu di rumah aja ya, jangan kemana - mana. Bentar lagi Kenan pulang, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist ✅
Mystery / Thriller𝐒𝐢𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬: Baru saja Kayla memaki tokoh antagonis dalam novel 'Fall in Love' yang ia baca, Kayla tak menyangka, setelah kecelakaan, ia malah terbangun sebagai Keira. Tokoh antagonis dalam novel. . . . "Kenapa harus jadi Keira sih?!" "Kesalah...