BAB 64

31.5K 2.2K 54
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

"Saya buka perban nya pelan - pelan, ya.. Kamu pejamin aja mata kamu dulu."

Keira mengangguk pelan, mengikuti instruksi dari dokter. Perlahan, dokter melepas lilitan demi lilitan yang menutupi mata Keira. Di lepaskan semua, dokter kembali memberi instruksi.

"Sekarang, buka mata nya, pelan - pelan aja."

Menuruti perintah dokter, perlahan, Keira membuka matanya. Kelopak mata itu terbuka, menampilkan mata yang semula terlihat rusak, kini sudah seperti mata normal. Pandangan nya buram untuk beberapa detik. Beberapa kali mengerjap, pandangan nya kian jelas, bisa menangkap warna, juga melihat orang dengan jelas.

Hal pertama yang ia lihat adalah lelaki paruh baya, berkaca mata, dan berjas putih. Tentu saja itu dokter.

"Gimana? Mata nya sakit? Bisa ngeliat dengan jelas?" tanya dokter itu menatap kedua mata Keira.

Mata Keira berkaca - kaca, kemudian mengangguk, "Gak sakit.. gue bisa ngeliat lagi," ujarnya lirih dengan air mata yang tergenang.

Kemudian, kepala nya menoleh, mendapati di sebelah nya ada Alana yang juga meneteskan air matanya. "Mama.." lirih Keira memanggil. "Keira bisa liat mama lagi..."

"Iya nak..." sahut Alana pelan. Wanita itu langsung memeluk erat putrinya, mengusap kepala putrinya itu amat sayang.

Juan, Jendra dan Kenan yang ada di sana menangis. Antara bahagia untuk Keira, atau karena sesuatu hal yang lain, yang memang belum Keira ketahui.

Keira melepas pelukan nya dengan sang ibu, hendak mengusap air mata nya, sebelum, tangan nya di tahan oleh pria di samping nya. Gadis itu mendongak, lalu terdiam.

"Jangan di kucek matanya.." ujar Gabriel.

"Iya.. tuan Gabriel benar. Jangan kebanyakan nangis, jangan di kucek juga matanya.. nanti perih," tambah dokter.

Keira segera mengalihkan pandangan nya. Memutuskan untuk mengusap air mata yang jatuh ke pipi nya saja. Sedangkan mata nya, ia biarkan kering dengan sendiri. Gabriel tersenyum tipis namun tulus, menatap mata Keira yang kini tak kosong lagi.

Mata nya ia edarkan perlahan, menatap sekeliling ruangan. Baru hendak membuka suara, menanyakan keberadaan seseorang, Alana lebih dulu memotong. "Dok.. jadi, sekarang kondisi Keira udah baik - baik aja, kan?" tanya Alana pada dokter.

Dokter mengangguk sebagai respon. "Tapi, pantau sampai seminggu kedepan ya. Kalau mata nya perih atau merasa ga nyaman, bisa langsung di bawa kesini untuk pemeriksaan," ujar dokter. "Untuk beberapa minggu kedepan, mata nya belum boleh di kucek, kalau bisa, hindari debu dulu. Harus banyak istirahat juga, ya," sambung dokter.

Alana menganggukkan kepala nya pertanda mengerti. Wanita itu mengusap air mata nya, kemudian menatap ke putrinya. Ia tersenyum tipis menatap mata putrinya, senyum tipis yang seperti tersirat sesuatu.

"Ma.. papa ga dateng?" tanya Keira pelan. Alana mengalihkan pandangan nya, berpura - pura seakan tak mendengar. "Kamu istirahat, ya.. mama ada urusan sebentar," ujar Alana cepat.

"Juan, Jendra, Kenan, kalian jaga Keira, ya," pesan Alana sebelum meninggalkan ruangan begitu saja di ikuti oleh dokter yang ikut pamit.

Keira menatap kepergian Alana dengan tatapan bingung. "Mama kenapa?" gumam Keira yang masih dapat di dengar. Namun, tak ada yang menjawabnya. Lantas, gadis itu terdiam sejenak. Merasakan kejanggalan yang ada.








The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang