BAB 70

31.1K 2K 45
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

Sebuah layar muncul, menampilkan banyak orang yang Keira dan Kayla kenali.

"Nak.. bangun, nak!" Suara itu terdengar dari Alana yang menangis, memeluk tubuh seseorang yang Kayla kenali sebagai tubuhnya beberapa saat lalu. Tubuh yang sebenarnya milik Keira, tapi sudah berbulan - bulan di tempati oleh jiwa Kayla.

Kayla mengernyit, "Itu.. kenapa?" gumam nya bingung.

"Itu kondisi tubuh gue sekarang, karena lo ada disini." Keira menunjuk monitor ICU yang ada di layar. "Detak jantung nya melemah. Kalau... kalau lo mutusin buat kembali ke tubuh lama lo, tubuh gue bakal mati, Kay.." jelas Keira.

Kayla diam, menatap ke layar. "Kenapa.. kenapa semua nya jadi gini.." Alana berbicara dengan air mata yang kian turun dari matanya.

"Kei.. lo kenapa sih..." Ini suara Juan, terdengar sama sedih nya. "kenapa tiba - tiba banget.." sambung nya lirih.

Kayla menoleh pada Keira. "Liat... Mereka sayang banget sama lo. Lo bener - bener gabisa balik ke tubuh lo?" tanya Kayla dijawab dengan gelengan oleh Keira.

"Memang itu perjanjian nya. Setelah lo masuk ke tubuh gue, gue gabisa masuk lagi ke tubuh gue."

Kayla kembali diam. Lalu, sesaat kemudian, suara dobrakan terdengar lumayan kencang dari layar. Mereka berdua sontak sama - sama menoleh ke layar.

Kayla sedikit mengernyit.

"K-keira kenapa!?" tanya pria yang baru saja masuk itu. Kayla mengenali nya. Tentu saja. Itu Gabriel.

Di layar, terlihat sekali raut khawatir dari Gabriel. Pemuda itu menghampiri Kenan yang menatap kosong pada lantai. "Keira kenapa sebenernya? Kenapa tiba - tiba masuk rumah sakit gini?" tanya Gabriel meminta penjelasan.

"Tante gatau... kita semua gatau.. t-tadi tante mau manggil dia makan malem..."

"Tapi... t-tapi.." Alana terisak, sebelum kembali melanjutkan, "Tapi.. dia udah tergeletak g-gitu aja.. mukanya pucet b-banget.. Pas di bawa ke dokter juga, dokter g-gatau penyebab nya.." jelas Alana.

Gabriel tak merespon lagi setelah itu. Pemuda itu mendekat pada brankar. Meraih tangan Keira yang terasa agak dingin. "Kei.. lo mau istirahat, sekarang? Gapapa. Tapi... lo harus bangun lagi, ya," ujar pria itu lirih.

"Jangan bikin keluarga lo khawatir. Lo harus cepet bangun," sambungnya. "...Jangan tinggalin gue, ya," katanya pelan, hampir berbisik.

Kayla terenyuh, menundukkan kepala nya dalam.

Keira yang menyadarinya tersenyum, "Lo udah terlalu terikat sama mereka."

"Mereka bukan nyari gue.. mereka bukan nangisin gue. Mereka nyari lo, Kayla." Keira mendekat, meraih tubuh Kayla untuk di peluknya.

"Gapapa... biarin kisah hidup lo jadi rahasia kita berdua. Lo ga perlu jujur. Karena kenyataan nya, gue bagian dari lo dan lo.. lo juga bagian dari gue," ujarnya. Kayla diam, tak merespon.

Keira sedikit tersenyum, lantas, gadis itu mendorong tubuh Kayla pelan. "Gue anggap, lo setuju."

"Gue titip keluarga gue ya. Makasih buat semuanya, Kayla." Suara itu terdengar semakin memelan. Itu adalah suara terakhir yang Kayla dengar, sebelum pandangan nya gelap dan kesadaran nya hilang sepenuhnya.















"Kak Keira belum sadar juga ya?" tanya Rio sedih. Bocah laki - laki itu berdiri di sebelah brankar Keira. Menatap gadis terbaring yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.

Jendra mengusap pelan kepala Rio. "Bentar lagi pasti sadar kok," ujarnya menenangkan.

Rio berkaca - kaca, "Kemarin juga kak Kenan bilang gitu. Kemarin nya lagi juga kak Juan bilang gitu. Kemarin malem juga kak Naren bilang gitu. Tadi pagi juga kak Gabriel bilang gitu. Tapi, kak Keira tetep ga bangun bangun," jawab Rio.

Jendra diam, tak tau harus berkata apa lagi. Karena, ia juga tak tau kapan Keira akan sadar.

"Ngh..." Suara lenguhan pelan terdengar. Rio juga Jendra sontak menoleh ke asal suara.

Mata Rio berbinar senang, "Kak Keira!" serunya. Perlahan tapi pasti, mata itu terbuka. Cahaya lampu menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Lalu, kepala nya ia gerakkan sedikit ke bocah yang ada di sampingnya.

"Kakak udah sadar! Bener kata kak Jendra. Kak Jendra bisa sulap ya!?" tanya Rio. Bocah itu terlihat antusias, senang kakak Keira nya sudah sadar.

Jendra mengusap pelan kepalanya, tak menyangka juga omongan nya bisa beneran terjadi. Tapi, ia senang, adiknya sudah sadar.

Tangan nya mengusap kepala Rio dengan pelan, sedangkan mata nya mengamati ekspresi Keira yang masih mengerjapkan mata nya, sepertinya, pandangan nya masih belum begitu jelas.

"Kei?" panggil Jendra. "Hm?" sahut Keira pelan. Mendapat respon, Jendra tersenyum lebar. "Lo gapapa?! Ada yang sakit?! Atau lo ngerasa kenapa, ga?!" tanya Jendra.

Keira menggelengkan kepala nya pelan. "Tapi..." katanya menggantung.

"K-kenapa?! Biar gue panggil dok---"

"Kayaknya gue laper, deh. Udah berapa lama gue ga makan?" potong Keira, membuat Jendra mengerjap pelan. "Lo--astaga Keira.." respon Jendra pasrah. Ia sudah khawatir, ternyata cuma karena lapar.

"Yaudah, gue panggil dokter dulu. Sekalian pesenin makanan buat lo."

"Rio disini jagain kak Keira, ya?" Bocah itu mengangguk, "Iya, kak!" respon nya.

Setelah itu, Jendra berjalan keluar dari ruang Keira untuk memanggil dokter dan membelikan adiknya makanan.

"Tunggu ya, kak." Rio berlari kecil ke sofa yang ada di ruangan. Bocah itu meraih tasnya, lalu ia buka untuk mengeluarkan handphone.

Keira sedikit mengernyit, "Handphone siapa, cil?" tanya Keira dengan suara yang masih agak serak.

"Handphone punya Rio. Di kasih sama kak Gabriel. Katanya, kalau kak Keira udah sadar, Rio harus ngabarin," jelas Rio sembari mengetikkan pesan untuk Gabriel.

"Eh, jangan kasih tau dia dulu," respon Keira cepat. Rio menghentikan kegiatan nya, mengerjap pelan menatap Keira. "Tapi, kasian kak Gabriel.. dia khawatir banget sama kak Keira."

"Oh! Kakak mau buat surprise-in kak Gabriel ya? Biar dia kaget?" tebak bocah laki - laki itu.

"Ya gitu deh.." ujarnya sembari meringis pelan. Sebenarnya, tidak juga. Entah lah, ia hanya ingin melihat reaksi Gabriel secara langsung, nanti.

....

"Bagus sekali. Detak jantung nya sudah normal, nafas nya juga normal. Tidak seperti sebelumnya."

"Mungkin kemarin, pasien kelelahan," ujar dokter. "Apalagi, dia baru jalani proses operasi mata kan," sambung nya.

"Nanti, saya siapin beberapa vitamin, buat pasien, ya."

Jendra menganggukkan kepala nya. "Makasih dok," ucap nya. "Iya, sama - sama." Setelah itu, dokter pun pergi dari ruangan.

Jendra beralih menatap Keira yang kini sudah sibuk dengan makanan nya. 'Bisa - bisa nya habis sekarat sampe bikin orang - orang panik, pas sadar dia kayak sehat banget gini???' batin Jendra heran sembari geleng - geleng tak percaya.

Adiknya ini memang langka sekali.

B E R S A M B U N G •

Yang belum mampir ke 'Mission Complete' bolehh mampir dluu 😁

Cerita ny tntng transmigrasi jugaa tp pke sistem gt. Pemeran utama ny Jisoo lagi 😁

Makasii yg udah mampirr!

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang