7. Hilang

892 125 25
                                    


Latihan terus dijalankan selama seharian penuh hingga matahari hampir terbenam. Sanemi dan Muichirou bertarung satu lawan satu karena sang murid Inosuke lah yang paling lama bertahan.

Entah sudah berapa banyak pedang kayu yang patah. Tapi tidak akan ada yang mau mengalah sampai salah satu berhasil melukai lawannya.

CRAK!

Suara nyaring membuat [Name] merinding tipis. Bokken di tangan Muichirou berhasil hancur karena serangan Sanemi. Cukup dengan itu saja, remaja tersebut dapat dinyatakan menang.

"Refleks mu sangat bagus"

Setelah memberikan pujian, Muichirou mengetuk dahi Sanemi.

"Tapi kendalikan nafsu marah mu, jangan bertindak bodoh gara-gara kesal"

Imajiner merah memenuhi wajah Sanemi. Muncul lah Uzui yang langsung merangkulnya kemudian tertawa. Diikuti tiga teman lain dibelakangnya.

"Kerja bagus kawan! Kau telah diakui oleh Tokito-sama!" Uzui dengan brutal mengacak-acak rambut Sanemi.

"Otsukare" Giyuu tersenyum kecil mengangkat jempolnya

"Kerja bagus Shinazugawa! Selanjutnya kita harus lebih baik lagi!"

Iguro mengangguk-angguk. "Ya lumayan lah..."

[Name] tertawa ringan karena si rambut putih langsung mencak-mencak dengan muka merah. Tipe tsundere, padahal Sanemi sebenarnya senang karena diapresiasi oleh Muichirou dan teman-temannya.

Memutar arah fokus, [Name] melihat Muichirou membuang bekas pedang kayu yang patah. Pria itu tengah menimang kualitas bokken yang masih utuh tapi sempat dipakai latihan tadi. Memastikan pantas dibuang atau tidak.

[Name] bergerak mendekatinya. Dengan kepekaan Uzui, ia mendorong empat temannya untuk pergi dan tidak mengacaukan waktu si sepasang pengantin baru. (🦋 ; Berterimakasih lah pada babang ini)

"Apa Chiro terluka?"

Mengalihkan pandangan, raut Muichirou melembut. "Aku tidak papa"

Arah mata [e/c] tertuju ke bokken di tangan si hashira. Seolah tau istrinya penasaran, Muichirou menawarkan.

"Mau coba pegang?"

"Boleh?" Senyumannya terbentuk.

"Coba kalo bisa"

Tanpa rasa curiga [Name] memegang gagang pedang kayu dengan kedua tangan. Awalnya biasa saja. Tapi ketika Muichirou melepaskan pegangan, barulah terasa lumayan berat.

"Wah─aku bahkan ragu bisa mengayunkannya" [Name] mencoba menggerak-gerakkan secara asal.

Batinnya berfikir, dirinya yang orang dewasa saja kalah sama para tsuguko yang bisa bawa katana asli. Gadis itu yakin 100% pedang asli jauh lebih berat dari ini. Ditambah mereka bergerak kesana kemari.

'kisatsutai dipenuhi orang-orang hebat' pikirnya

"Kamu akan terbiasa kalau sering latihan" Muichirou bergerak ke belakang badan [Name]. Kedua tangan yang lebih besar dari jemari istrinya membenarkan cara memegang.

Rona tipis merekah di pipi [Name]. Bayangan membuat sugesti seolah keduanya tengah berpelukan. Padahal cuma latihan biasa.

"Angkat tangan lebih tinggi dari kepalamu dan ayunkan. Untuk pemula harus pelan-pelan biar tidak cedera"

 ˊ˗ ✦ Sᴜɴsʜɪɴᴇ ꒱ ➛ [ T. MUICHIRO ] ⊰ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang