12. Seseorang yang diinginkan

1.1K 137 41
                                    

Awali pagi indah mu dengan halu─

Pasutri Tokito hari ini full ingin bersantai karena ini hari terakhir cuti sang pilar dan besok Muichirou akan kembali sibuk dengan misi-misinya. Sang pria berinisiatif duluan mengajak [Name] makan diluar sekalian jalan-jalan.

Anggaplah ini bagian dari pendekatan. [Name] kadang punya trust issue yang besar, jadi Muichirou harus sabar-sabar.

"Apa masih panas?"

Pertanyaan sederhana Muichirou dijawab dengan gelengan ringan.

Pasangan tersebut mendatangi sebuah restoran udon yang dekat dengan kediaman mereka. Kendati di tempat umum, Muichirou sepertinya nggak ragu memberi perhatian.

"Mau aku ikatkan rambutmu?"

[Name] diam sebentar. Rambutnya memang agak mengganggu dan harus berkali-kali ia geser kebelakang telinga.

"Boleh deh" Ucapnya dengan senyum

Bergeser sedikit, tangan Muichirou mengambil pita yang ia simpan di saku. Helai demi helai [h/c] terkumpul dan diikat oleh sang hashira. Mungkin dia nggak terlalu bakat mengikat rambut orang lain, tapi yang terpenting [Name] tidak terganggu ketika makan.

"Sudah"

[Name] otomatis meraba rambut dan lehernya. Kemudian tersenyum senang. "Arigatō!"

Senyum dibalas senyum pula. Menikmati situasi sambil mengobrol ringan seolah tak ada bahaya mengintai mereka.

Muichirou tak mau kejadian Nezuko terulang lagi. Ia pun berterus terang pada sang istri.

"Kamu ingat laki-laki yang duduk denganmu di kereta kemarin?"

[Name] diam sebentar. Gadis itu jelas langsung mengingatnya.

"Ingat, dia kisatsutai kan?"

Suaminya mengangguk. "Dia bisa makan iblis"

Andaikan [Name] sedang makan pasti dia langsung tersedak. Mata wanita 20 tahun tersebut terbelalak lebar dengan mulut terbuka. Wajah bingungnya terlihat jelas. Tak ingin ada kesalahpahaman, Muichirou segera menjelaskannya.

"Ia takkan menyakitimu karena dia cuma makan iblis. Itulah keistimewaan Genya Shinazugawa..." Pandangan mata sedikit menerawang. "Alasan itu pula dia tak mau dikenal, bahkan oleh kisatsutai"

Rasa takut yang awalnya hampir meledak seketika berubah jadi kekhawatiran. "... Maksudnya?"

"Genya tidak mau keberadaannya diketahui orang lain, jadi jangan mengucapkan namanya sembarangan" Tangan Muichirou mengelus lembut dahi [Name]. Soft gaze dan senyumannya itu cukup menenangkan.

"Ingat Sanemi? Tsuguko rambut putih yang mukanya galak"

[Name] hampir tertawa dengan komentar di akhir. Ia mengangguk.

"Dia itu adiknya Genya" Hashira kabut menjeda. "Kejadian masa lalu mereka membuat Sanemi tidak mengakui Genya sebagai kakaknya. Alasan itu pula, Genya tidak mau dikenal agar Sanemi tak bertemu atau mendengar namanya..."

Sang wanita terdiam dengan mata melebar. Nyatanya ada cerita tragis dibalik itu semua. Sekarang ia bukannya takut pada Genya, tapi malah merasa prihatin. Mungkin [Name] tidak paham rasanya karena tak punya saudara, namun ia tau perasaan bertengkar hebat dengan seseorang─bertengkar dengan Muichirou kemarin adalah salah satu contohnya

"Jangan terlalu di pikir..." Muichirou memecah lamunan [Name]. Menggenggam tangan wanita itu kemudian keluar dari kedai setelah membayarnya.

Hangat melingkupi jemari [Name] yang di genggam erat namun tak terlalu kuat. Pria berambut hitam-mint tersebut membuka banyak obrolan agar istrinya tidak terlalu terpikirkan masalah tadi. [Name] terbawa suasana jadinya ikut bicara juga.

 ˊ˗ ✦ Sᴜɴsʜɪɴᴇ ꒱ ➛ [ T. MUICHIRO ] ⊰ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang