BAB 11

69K 3.8K 19
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

Di ruang osis, Keira mendapat ceramahan panjang dari guru bk. Gadis itu mendengarkan dengan seperempat hati, masuk telinga kiri keluar telinga kanan, masa bodo lah. Ia menyenderkan tubuh nya santai, mengusap - usap telinga nya.

"Denger ga?!" sentak guru bernama Rina itu secara tiba - tiba. Keira sedikit terlonjak lalu dengan cepat menegakkan tubuh nya dan mengangguk. "Denger bu," jawab nya cepat.

Gabriel mengalihkan pandangan nya, pria itu mengulum senyum nya, menahan kekehan. Keira melirik sinis sekilas, sebelum akhirnya bu Rina kembali bersuara.

"Sekarang, kamu harus di hukum. Bersihin toilet perempuan di lantai satu!" ujar bu Rina tegas.

"Loh? Bu?!"

"Apa kamu?"

Keira menggelengkan kepala nya, kemudian mendengus kesal. Pandangan bu Rina beralih pada Gabriel. "El, kamu anter Keira ke kamar mandi lantai satu. Pastiin dia ga kabur dari hukuman nya," ujar bu Rina.

Gabriel menetralkan ekspresi nya, kembali menatap bu Rina. Pria itu menganggukkan kepala nya pertanda siap melaksanakan perintah. Mata nya beralih ke Keira, "Ayo," kata nya lalu beranjak pergi. Dengan amat terpaksa, Keira mengikuti ketua osis itu.

Gabriel mengantar Keira ke toilet perempuan di lantai satu. Setelah mengantar dan memastikan Keira mengerjakan hukuman nya, Gabriel pergi ke kelas nya meninggalkan Keira yang mulai membersihkan toilet.

Segala umpatan gadis itu keluarkan dari mulut nya. "Sialan banget, baru niat nya mau tidur," gumam nya lagi, yang entah sudah ke berapa kali.

--------

Kringgg.. Kringgg.. Kringg..

Bel pulang berbunyi, Keira berjalan menuju parkiran sembari memijat - mijat tengkuk nya sendiri. "Ini gue di tubuh remaja atau jompo sih. Baru kerja dikit udah mau encok rasa nya," gumam nya.

Tangan Keira hendak membuka pintu mobil, namun terhenti melihat sosok tak asing di tarik paksa ke dalam ruangan kelas kosong. Keira mengernyit, 'Itu Kenan kan?' batin nya.

Keira terdiam sejenak, mengingat kembali alur cerita nya. Lantas, gadis itu menarik tangan nya kembali, melangkahkan kaki nya mengikuti Kenan yang di tarik oleh beberapa orang ke dalam kelas kosong.

"Cepet anj*y!" kata si gadis yang memegang ponsel, merekam aktivitas mereka. "Sabar," gadis lain menaiki tubuh Kenan, melepaskan dasi pria itu.

Kedua tangan dan kaki Kenan di ikat, pria itu memberontak agar gadis di atas nya pergi, namun tak berhasil. "Lio, gausah lama - lama, langsung aja," kata salah satu pria dengan seragam acak - acakan itu. Pria itu memiliki rahang tegas, terlihat cukup tampan.

Liona menoleh pada pria bernama Theo itu. Senyum menyeringai muncul, "Siap."

"Vi, lo rekam semua ya," kata Liona pada gadis yang memegang ponsel. "Iya, udah gue rekam!" jawab gadis bernama Viona itu.

"Lepasin gue!" berontak Kenan. Ingin memiringkan tubuh nya agar gadis di atas nya jatuh, tapi gadis itu malah menduduki perut nya. "Santai dong, Kenan," kata Liona menyeringai.

Tangan gadis itu mulai mengerayangi tubuh Kenan yang masih mengenakan seragam. Kenan membulatkan mata nya, pria itu ingin menangis rasa nya. Cengeng memang.

"Baj*ngan! Liona, minggir!" Sekali lagi, Kenan memberontak, kali ini di sertai umpatan.

Plakk!

"Udah miskin, gausah belagu! Lo mau gue bikin keluarga lo ga bisa kerja?" ujar Liona setelah melayangkan tangan nya pada pipi Kenan. Mata Kenan sudah tertutup kabut yang siap menumpahkan air mata kapan saja. Ia merasa tak berdaya, hanya karena ia 'miskin'.

"G-gue bakal lapor guru!" Pria itu masih berusaha membela diri nya, meski suara nya terdengar sudah bergetar. Gadis gila di atas nya malah tertawa nyaring, "Lo lapor guru pun, ga akan yang bantu lo, miskin. Yang ada, lo yang di keluarin dari sekolah, hahaha," kata nya di iringi tawa, begitu juga Viona, Theo dan satu pria lagi--Bagas--yang ikut tertawa mengejek.

Sekali lagi, Kenan tak berdaya karena 'miskin'. Benar, siapa pun yang salah, tetap yang kaya yang akan berkuasa. Sedangkan si miskin tak akan di beri keadilan dan malah di anggap salah. Air mata Kenan tak dapat di bendung lagi, pria itu tenggelam dalam ketidak berdayaan. Ia mulai pasrah, saat Liona membuka satu per satu kancing seragam nya.

Kenan menutup mata nya, bersamaan dengan itu, suara dobrakan dari pintu terdengar.

Brakkk!

Atensi mereka sontak beralih ke pintu yang di dobrak, sedangkan pelaku yang mendobrak mengerjapkan mata nya pelan. "Waduh," gumam Keira. "ini permerkaosan nya ga kebalik?" lanjut nya lagi.

"Siapa lo?! Ganggu aja!" geram Liona.

Kenan menoleh ke pintu, tatapan sendu nya bertemu dengan netra Keira. Seketika, hati Keira berdenyut hingga gadis itu meringis pelan. Tangan nya terangkat menyentuh dada nya, 'Ini.. karena gue sama dia kembar? Jadi gue ngerasain.. nyesek?' batin nya.

"Lio, itu si Keira, yang kelas 10 itu loh. Yang suka sama Tama. Dulu juga suka gangguin kakak adik miskin itu kok. Mungkin, dia mau join kita," jelas Viona yang selalu update.

"Oh? Masuk aja kalau gitu, nonton," kata Lio pada Keira.

Keira mengepalkan tangan nya erat, kaki nya melangkah memasuki kelas kearah Liona. Gadis itu meraih tangan Liona, menarik Liona agar berdiri dari tubuh Kenan. "Lo apa - apaan anj*r?!" ujar Liona menghempas tangan Keira.

"Pergi." Tatapan Keira menyorot tajam Liona.

"Maksud lo apa anj*ng?!" bentak nya. "Kalau gamau nonton dengan tenang, lebih baik lo keluar!"

"Kalian semua lebih baik keluar." Keira menatap satu per satu orang yang ada di ruangan. "Atau maju sini," kata Keira. Tangan gadis itu sudah terkepal di depan dada, posisi kaki nya agak di buka membentuk kuda - kuda, siap menerima serangan.

Menanggapi itu, Theo dan Bagas tertawa. "Ngakak banget nih cewek," ujar Bagas di iringi tawa terbahak.

"Lio, lo aja yang maju. Kebetulan, dua minggu lagi lo tanding karate kan? Gas lah buat pemanasan," kata Theo di angguki Viona dan Bagas.

Liona menyeringai, "Boleh." Gadis itu menatap Keira remeh, kemudian ia melangkahi tubuh Kenan, berdiri di hadapan Keira. Liona mengambil kuda - kuda juga, kamudian langsung menyerang Keira dengan serangan tinjuan yang di sebut oi-zuki.

Dengan cepat, Keira menghindar, gadis itu melayangkan pukulan nya juga ke wajah Liona.

Bughh!

Liona membulatkan mata nya, "Si*lan!" umpat nya. Setelah nya, Liona menggunakan teknik karate yang ia pelajari untuk menyerang Keira secara brutal.

Perkelahian tak dapat di hindarkan. Saat Liona hampir tumbang, Theo, Bagas, langsung bergabung menyerang Keira seorang diri.

Bagas mengambil kursi kelas, hendak melayangkan kursi ke kepala Keira dari belakang. "K-KEI! BELAKANG!" teriak Kenan panik.

Keira berbalik, sontak gadis itu menendang perut Bagas dan kedua tangan nya menangkap kursi.

"Kei!! Belakang lagi! Balik!"

Keira berbalik melempar kursi ke Theo yang hampir meninju wajah nya. "Sialan! Berisik lo anj*ng. Minimal bantuin kek!" Keira melirik sinis Kenan yang hanya bisa berteriak sejak tadi.

Kenan langsung menutup mulut nya rapat. Dalam hati, ia berdoa agar Keira tak mengalami luka apa - apa karena berkelahi dengan Liona, Bagas dan Theo.

.

.

.

• B E R S A M B U N G •

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang