6

49 14 1
                                    

JANGAN MENJADI SILENT READER
TINGGALKAN JEJAK KALIAN ⏬⏩
.
.
.
"Cinta atau Mati?"

Vote lah!!!

••••°°°°••••

Gadis itu menarik tangan Mesya menuju ruang administrasi. Meski tak tahu mengapa, namun Mesya tetap mengikutinya.

"Harus banget Pak pake tanggal lahirnya segala?" tanya Nara pada petugas administrasi.

"Tiket terbatas. Semua yang daftar harus lengkap dengan data dirinya masing-masing. Ini adalah bentuk tanggung jawab kampus terhadap semua mahasiswa yang ikut serta," jelas si Bapak.

"Ya udah, deh, Pak. Terima kasih," ucap Nara seraya bangkit dari duduknya.

Untuk mendapatkan tiket atas nama orang lain Nara tentunya harus mendapatkan data diri orang tersebut. Kebijakan itu dibuat oleh pihak kampus untuk memastikan mahasiswanya yang mengikuti kegiatan lintas alam bisa kembali dengan aman.

"Dari mana gue bisa dapet data dirinya?" tanya Nara.

"Nanti lah kita cari tau," jawab Mesya.

"Nggak bisa harus sekarang!"

"Kan waktunya masih seminggu," kata Mesya merasa heran.

"Iya gue tau. Masalahnya kuota pesertanya terbatas. Gimana kalo kehabisan? Besok juga paling ludes," ucap Nara.

"Ya udah, berarti besok juga bisa."

"Nggak bisa, Mey!"

Mesya mendengus malas. "Oke. Selesai pelajaran kita cari tau. Gimana?" tanyanya menawarkan.

"Enggak bisa!" Penolakan yang diberikan Nara kali ini membuat Mesya mengembuskan napasnya kasar.

"Gini aja, lo mau bantuin gue atau nggak? Kalo mau, sekarang. Masih ada 10 menit sebelum kelas dimulai. Kalo enggak, gue bisa sendiri." Kali ini Nara yang menawarkan.

"Yaudah, deh, iya sekarang." Persetujuan dari Mesya terdengar cukup malas, namun untuk teman tidak ada yang namanya penolakan.

"Nah, itu baru sahabat gue," ucap Nara dengan wajah sumringahnya.

"Kita harus ngapain?"

"Kita ke perpus," kata Nara menarik tangan Mesya dan membawanya pergi menuju perpustakaan.

Di perpustakaan yang cukup luas itu mereka mencari data diri Neithen di antara tumpukan buku dan lembaran kertas. Sebuah lemari yang berisi penuh tumpukan berkas itu mereka baca satu per satu.

"Na, Pak Sam marah lho kalo sampe kita telat masuk," ucap Mesya yang sudah gelisah ingin keluar. Namun sahabatnya tampak sangat serius mengacak-acak kertas.

"Sebentar! Gue yakin nama dia ada di sini," kata Nara.

"Selesai pelajaran kita ke sini lagi. Gue janji!"

"Nggak bisa, Mey! Kalo tiketnya sold out gimana?" Dengan sibuknya gadis itu mengacak-acak lembaran kertas yang menumpuk.

Dinding Kampus (Mimpi dan Kasih)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang