BAB 12

68.5K 3.7K 24
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

Dughh!

Bughh!

Buaghh!

Sekitar 8 menit berlalu, Theo, Bagas dan Liona telah sama - sama tumbang, menyisahkan Viona yang masih memegang ponsel nya dengan tangan gemetar. Keira mengatur nafas nya, "Kalau lain kali, gue liat kalian gangguin Kenan atau kakak - kakak nya lagi, atau cuma sekedar ngatain dia miskin dan sebagai nya, gue jamin, tangan kalian ga akan bisa di gunain lagi setelah itu," ujar nya tak main - main.

Viona menganggukkan kepala nya dengan cepat, gadis itu takut karena teman - teman nya sudah kewalahan di buat Keira. Dengan cepat, mereka semua meninggalkan kelas dengan tertatih. Keira berdecih. Kemudian, Keira beralih menatap Kenan, ia menghampiri pria yang kedua tangan dan kaki nya dalam posisi terikat itu.

"Lo gapapa?" tanya Keira.

"Menurut lo?!" Keira mendengus pelan, padahal, ia hanya ingin basa - basi. Tangan Keira terangkat membuka ikatan di tangan dan kaki Kenan.

Berhasil membuka ikatan, Kenan mengangkat tubuh nya, duduk. "Mana jaket lo? Kacing seragam lo copot itu," kata Keira.

Kenan terdiam, menatap jaket yang ada di lantai tak jauh dari posisi nya. Mengikuti arah pandang Kenan, Keira menghembuskan nafas nya panjang. Gadis itu membuka hoodie oversize nya yang ia kenakan. "Pake aja, jaket lo udah ga layak. Harusnya jaket gue muat sih, ukuran nya gede banget di gue soalnya," ujar Keira menyodorkan jaket hoodie nya.

Kenan menatap Keira sendu, "Jaket gue.. gimana? Itu pemberian papa waktu ultah gue.."

Keira berdecak pelan, "Udah dari umur berapa lo di kasih jaket nya? Udah kecil juga kan? Jangan kayak orang miskin, nanti kita beli jaket baru. Sekarang pake yang ada dulu," kata Keira.

"Kita memang miskin, Kei.." ujar nya pelan. Keira terdiam sejenak, bener sih. Helaan nafas terdengar, "Iya, tapi kalau cuma jaket, masih mampu beli nya."

Keira melemparkan jaket nya ke Kenan yang langsung di tangkap oleh pria itu. Kemudian, Keira berdiri, "Cepet, kita pulang abistu," kata nya.

Kenan menghela nafas nya panjang, lalu memakai jaket hoodie Keira. Agak ketat di tubuh Kenan, namun lebih baik daripada hanya mengenakan seragam yang kancing nya sudah lepas atau mengenakan jaket Kenan yang sudah robek. "Ayo," ajak Keira melangkah pergi lebih dulu.

"I-iya." Dengan cepat, pemuda itu meraih tas nya lalu mengikuti langkah Keira. Berjalan di belakang Keira, pria itu menundukkan kepala, memikirkan banyak hal. Merasa diri nya payah.

"Kenan," panggil Keira tanpa menoleh. "Hm?" Kenan mendongakkan kepala nya menatap Keira masih dalam posisi berjalan.

"Lain kali, jangan cuma nangis kalau di gituin. Lawan aja," kata Keira.

Kenan tersenyum miris, "Kalau bisa, pasti gue lakuin. Tapi dari segi manapun, gue kalah telak," jawab nya.

Keira menghentikan langkah nya, membuat pria itu ikut menghentikan langkah nya juga. Keira menatap pria seumuran dengan nya itu, "Lo bisa. Lo ga akan kalah, kalau lo berani ngelawan. Lo ngebela harga diri lo sendiri. Harga diri keluarga lo. Dan itu ga salah."

"Kalau ngerasa kalah di fisik," Keira menjeda kelimat nya, mengangkat jari telunjuk nya menunjuk kepala, "pake otak," ujar nya.

"Lo memang kalah kalau gada bukti. Tapi kalau bukti nya kuat dan itu menyebar ke masyarakat, orang - orang bakal mikir dua kali. Ngerti maksud gue, kan?"

Kenan terdiam sejenak. Senyum tipis terbit di wajah nya. Pria itu mengangguk pelan. "Tapi.. bukan nya, dulu lo juga bully gue, kak Juan sama kak Jendra juga di sekolah?" tanya nya pelan.

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang