7. PRINTILAN DION

307 37 42
                                    

"ASSALAMUALAIKUM IYONNNN"

"Ini mereka udah pada bangun belum sih?" adzan subuh sudah berkumandang dari lima belas menit yang lalu. Ryo berniat akan tidur lagi setelah melaksanakan ibadah sholat, sebelum Syakir menelpon untuk menemaninya ke rumah Dion.

"Disana ada bang Bian, pasti dia udah bangun. Yo" Syakir kembali mengetuk pintu. Ryo mengintip dari jendela, siapa tau dia melihat orang yang masih tidur.

"Oyy Cill, nyubuh banget mainnya." intrupsi Riki dari belakang. Terlihat orang-orang yang sedari tadi Syakir cari baru saja pulang dari mesjid.

"Mau numpang makan." Ketus Syakir.

"Ehehe bercanda bang, mau jemput kesayangan nih. Tuh orangnya yang pake sarung corak kuning, kiw sayang." Ryo tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya pada Dion.

Yusril yang masih setengah mengantuk tiba-tiba membelalakkan matanya. Apa tadi? Kesayangan? Sayang? Sarung kuning?Dion?

"Lo belok Dion?!" bukan Yusril yang berucap tapi Sabian.

"Dek?! Eling dek, eling!!! Lamun belok mending Jeung aa." Riki menggoyangkan bahu Dion.
(kalo belok, mending sama kaka.)

"Aa, adek pusinghhh ih!"

"Apaan bersaing sehatlah, jangan kek begitu." Sabian tak mau tertinggal start.

"Heh dimana-mana orang tu sukanya sama anak tunggal kaya Raya. Sini dek, sama Mas Yusril aja. Nanti maharnya gue kasih Lego emas."

"Abang-abang jauhin Dion. Dion punya kita!"  Terjadilah aksi tarik menarik. Dion sudah pusing karena Riki tambah pusing karena ditarik sana sini.

"ASTAGFIRULLAH SADAR KALIAN!! HEH SARUNG GUE JANGAN DI TARIK!!!"

Kini semua telah berkumpul di ruang tengah menunggu Dion selesai berkutat dengan alat masak. Dion masak sendiri, masih kesal dengan kelakuan teman dan kakaknya. Bersyukurlah Dion, karena berkat pak ustadz yang tak sengaja lewat aksi tarik-menarik tadi berhenti.

"Semua udah diberesin?" Dion datang melihat. Semua serempak mengangguk dengan mata puppy. Karena meja makan hanya cukup menampung empat orang, Dion meminta mereka untuk membereskan ruang tengah bekas tidur semalam.

"Bantu bawain, buat Ryo sama sakir cukup siapin piring sama gelas aja." Semuanya bangkit dari tempat duduk. Ryo dan Syakir pergi ke dekat rak piring. Sedangkan para Abang membawa nasi dan lauk yang di masak Dion.

"Hati-hati mas Yusril. Itu pancinya masih panas. Nih pake kain ini." Dion melotot panik ketika Yusril mengangkat panci yang masih diatas kompor. Yusril tersenyum canggung sambil menggaruk lehernya yang tak gatal. Kelihatan banget ga pernah bantu-bantu dirumah.

"Dek makan di belakang aja gimana? Pake tikar." usul Riki. Jika dipikir ruang tengah mereka memang luas, namun kurang leluasa jika mereka bergerak nanti.

Akhirnya telah diputuskan mereka akan makan di halaman belakang. Semuanya terlah disiapkan, makanan sudah tertata rapi. Tak lupa dengan galon juga, agar tak ribet harus masuk kedalam buat ambil minum.

"Wihh enak banget supnya." Syakir takjub dengan rasa sup ayam buatan Dion.

"Lebih enak dari Roti kan" celetuk Dion asal.

"Roti juga enak, lain kali gabungin aja. Bikin sup roti. Atau roti rasa sup?" hening, tak ada yang berkata apapun. Semuanya fokus dengan makanan masing-masing.

"IHH KOK AKU DI CUEKIN??!!"

"Sutt! Abang lapar, kamu makan lagi aja itu." Syakir menatap sinis Abang sejarahnya.

Dion tersenyum puas ketika semua masakannya telah habis tak sesisa, tak sia-sia dia masak banyak tadi. Setelah makan selesai mereka langsung merebahkan diri di tikar. Beruntungnya sekarang cuaca seakan mendukung mereka untuk bersantai, tidak ada sinar terik dan panas dari matahari maupun hembusan angin yang dingin apalagi hujan.

"Ouh iya, masuk yuk liat tv." ajak Dion sambil membereskan piring yang berserakan.

"Ayok!!! liat Ipin Upin ya." Ryo berseru dengan semangat.

"Ngga ah, mending Spongebob!" sanggah Syakir.

"Ngedrakor ga sih?" Yusril sipaling oppa.

"Kita nonton tausyiah, biar kalian makin sadar terus ga ngerepotin gue terus." Dion tersenyum menatap mereka satu persatu. Saat hendak melangkah membawa piring kotor ke dapur, satu suara menghentikan langkahnya.

"Sulit sih, dek."

"Bener, lebih syulit dari melupakan Raihan."

"Mustahil ga, sih?" semua saling bertatap, hingga mengangguk lalu serempak berkata ...

"KITA GA BISA TANPA DION!!"

"Gue lelang ke Tante girang, laku keknya mereka." ketus Dion, lalu berlalu begitu saja.

"Mau aa bantu ga dek?" Riki bangkit dari posisi rebahannya.

"Sayangnya Iyoo, aku bantu ya." Ryo mendahului Riki.

"KATA GUE MENDING LU SEMUAA CARI PACAR!! JAGA JARAK SAMA GUE, GUE MASIH NORMAL!!"

"Aww sakitnya hati aku, sayang~~~ HAHAHA" jawab mereka serempak, lalu tertawa setelahnya.  Pada dasarnya mereka itu sama, suka jahil. Termasuk Dion.

01. Aa With Adek [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang