15. ADEK, PULANG ...

160 27 11
                                    


Satu hari berlalu terasa berat bagi Riki. Rutinitas setiap pagi yang membangunkan selalu Dion, kini Ayah yang membangunkan. Sarapan kali ini bahkan terlihat berbeda, karena tidak ada Dion. Riki menatap rindu kursi yang biasa ditempati Dion.

"Tatap aja terus kursinya, ga usah makan." ucap Ayah. Tak seperti biasanya, Riki hanya diam. Melanjutkan suapannya dengan sesekali melirik kearah kursi Dion.

Riki selesai lebih cepat. Dirinya melangkah ke ruang tengah, mungkin dengan menonton tv rindunya bisa teralihkan. Tv pun dinyalakan, siaran pertama yang muncul adalah serial pokemon.

"AAKHHH TIPI GA ADA ADABB!!!"

"A, kamu kenapa?" Ayah dengan raut panik menghampiri Riki sambil membawa segelas kopi.

"Tuh tipi, ngeledek banget pake ada pokemon segala."

Ayah tergelak dengan ucapan Riki. Anak sulungnya ini positif bucin akut pada Dion. Baru juga sehari, ada aja kelakuannya. Pantas saja Dion sulit mendapat izin jika pergi tanpa Riki.

"Udah sih, nanti malam juga dia pulang. Lebay amat."

"Iya sih, yah. Semalem adek cerita dia seneng disana. Terus katanya pagi ini dia ada kegiatan playingfox, disana ada sungai sama Air terjun juga."

Byurrrrr

Ayah menyemburkan kopi yang hendak di minumnya. Matanya melotot, tiba-tiba berdiri. Kelakuan Ayah yang mendadak membuat Riki keheranan. Sampai Suara teriakan bunda menyadarkan keduanya.

"DION GA BISA BERENANG!!" Ayah segera menghampiri bunda yang terlihat mendadak lemas. Sedangkan Riki ribut mendial Nomor siapa saja yang bisa dia hubungi, untuk menanyakan keadaan Dion.

"Ramalan cuaca hari ini, diperkirakan akan terjadi hujan badai. Diharapkan bagi seluruh penduduk untuk menghindari sungai, dan waspada pada luapan air."

Tayangan informasi mengenai cuaca yang disiarkan tv semakin memperkeruh suasana. Riki dengan cepat mendial Nomor Sabian dan Yusril dalam satu panggilan.

"BANG ANTERIN GUE KETEMU DION, GERCEP."

"Si anjir, lo ga liat berita cuaca apa-

"ADA PERUBAHAN KEGIATAN. PLAYINGFOX. BADAI. SUNGAI. DION GABISA BERENANG."

"Syakir juga. tunggu gue jemput kalian."

Panggilan terputus, Riki segera mengambil jaket dan bergegas keluar rumah untuk menunggu jemputan. Tak memerlukan waktu lama, setibanya mobil Sabian Riki langsung masuk kedalam. Di bangku belakang sudah ada Yusril dengan wajah paniknya.

"Lo tau dari mana ada perubahan kegiatan." tanya Yusril.

"Semalem Dion ngasih tau gue. Gue harap mereka batalin acaranya. Gue mau bawa mereka pulang sekarang juga."

"Mas Rendi juga kesana, gue tadi ngasih tau dia."

Sabian tak ikut dalam obrolan mereka ,fokusnya kini hanya pada jalanan. Melaju sangat cepat demi menghemat waktu.

Mereka sampai sebelum hujan turun. Riki yang pertama keluar disusul oleh Yusril kemudian Sabian. Suasana tenda sangat sepi, terlihat ada bekas api unggun ditengah-tengah berdirinya tenda. Tapi fokus mereka sekarang adalah mencari Dion, Syakir dan Ryo.

"Udah ketemu?" Rendi, kakak dari Ryo baru saja tiba dengan nafas yang tersendat-sendat. Ketiganya lantas menggeleng.

"Cari di wilayah dekat sungai, semoga mereka baik-baik aja." ujar Sabian.

Sesuai perkiraan mereka, semua siswa-siswi ada di dekat wilayah sungai. Netra mereka serempak melihat Ryo dan Syakir yang tengah ditenangkan oleh salah satu guru wanita.

"Dek?" Syakir dan Ryo langsung berlari memeluk kakak mereka. Sabian dan Rendi merasa sedikit lega ketika melihat adiknya baik-baik saja. Lain dengan Riki, netranya masih mencari keberadaan sang adik.

"Dion mana?" Yusril bertanya.

Tangis Ryo dan Syakir mengundang perhatian Riki. Bertanya pada kedua orang itu tak akan membuahkan hasil pikir Riki, jadi dia dengan inisiatif akan bertanya pada guru yang ada disini saja.

"Bu, adek saya dimana?" tanya Riki pada guru wanita yang tadi menenangkan Ryo dan Syakir. Riki menangkap gelagat aneh dari wanita dihadapannya, Dia terlihat panik dan kebingungan. Segala kemungkinan terburuk sudah bersarang diotak Riki sekarang. Apalagi ditambah adanya tim penyelamat sepanjang sungai.

"ADEK SAYA MANA, BU?!" Wanita itu gemetar atas bentakan Riki.

"M-maaf. Kami teledor, Dion ... Dion tergelincir saat hendak kembali dari sungai."

"DIONN!!!" Riki berlari kearah sungai disusul oleh Yusril. Sabian dan Rendi masih harus menenangkan adik-adiknya yang menangis.

"RIK!!!" panggil Yusril yang berusaha menyusul Riki.

"RIKI TUNGGU GUE, JANGAN ANEH-ANEH RIKII!!!" Yusril meraih tangan Riki yang hendak melepaskan jaketnya. Riki memberontak, matanya merah menahan emosi juga tangis.

"Gue mau nyari adek gue." Riki masih terus berusaha lepas dari Yusril.

"Gue tau, tapii ga nyebut juga. Airnya lagi naik, kalo ternyata Lo ngikut hilang gimana?!"  tegas Yusril. Riki terdiam, tubuhnya melemas. Tepat disaat rintik hujan berjatuhan pertahanan Riki runtuh, Isak tangis mulai terdengar. Yusril menggiring Riki untuk berteduh ditempat evakuasi. Disana terlihat Ryo dan Syakir yang tertidur, Yusril melihat keduanya masih sesegukan  hidungnya pun memerah. Entah berapa lama mereka menangis pikir Yusril.

Sabian melihat Yusril yang sedikit kewalahan pun menghampirinya untuk membantu. Keadaan Riki bisa dibilang jauh dari kata baik-baik saja air mata terus turun membasahi pipi Riki disertai isakan tangis.

"Kita bakal bantu buat cari Dion. Lo istirahat dulu ya, kalo hujannya udah reda kita cari Dion."

Cukup lama mereka menunggu hujan reda. Riki beberapa kali memberontak, untung saja teman-temannya siap siaga jika hal itu terjadi. Hingga saat hujan reda, Riki berlari ke tepian sungai. Berteriak memanggil nama Dion, dengan diiringi isakan.

"ADEKKK!!! AA DISINI!! hiks ... "

"DION hiks ... Adek nakal, kan aa udah bilang jangan ikut hiks, adek bandel hiks..."

"Rik, kegiatan dibatalin. Semuanya dipulangkan. Lo juga harus pulang, ayah Lo telpon gue. Bunda masuk rumah sakit. Kita harus pulang Rik." Riki menatap kosong sungai dihadapannya, mengabaikan ucapan Yusril.

"DION!!! ADEKK!! DION JAWAB AA!!"

"Riki, gue mohon. Wajah Lo udah pucet, Rik. Dion pasti ga suka kalo liat keadaan Lo kek gini." Yusril tetap berusaha membujuk Riki agar kembali.

"Gimana gue bisa pulang. Sementara adek gue disini sendiri, bentar lagi malam yus. Dingin gue takut Dion demam."

"Gue yakin Dion baik-baik aja. Timsar masih bakal terus cari Dion, sekarang kita pulang dulu. Istirahatin diri Lo, ya. Besok pagi kita balik lagi kesini." akhirnya dengan segala usaha Riki pun mau diajak pulang dan melanjutkan pencarian esok hari.

Yusril khawatir pada Riki, disaat seperti ini sisi lemah Riki sangat terlihat. Tatapan yang biasanya menatap sinis dalam sekejap berubah berubah jadi sendu. Yusril berharap Dion segera ditemukan, serta dalam keadaan baik-baik saja.

01. Aa With Adek [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang