"AA??!!! KOK ADEK GA DI BANGUNIN?!!!"
Pagi itu, untuk pertama kalinya Dion telat bangun. Pukul 06.00 tepat alarm jam kuning pikachu baru berbunyi. Entah siapa yang mengganti waktunya, seingat Dion dia telah mengatur tepat pukul 05.00. Tak mau membuang waktu, Dion segera bangkit dari tempat tidurnya. Membersihkan diri, menunaikan ibadah shalat kemudian bersiap berangkat sekolah.
Beruntungnya Dion punya kebiasaan baik menyiapkan keperluan sekolah saat malam hari. Jadi dia tak perlu repot-repot menyiapkan buku-buku setiap bangun tidur. Selesai dengan segala perlengkapan sekolah, dasi juga telah terpakai apik di bajunya, Dion segera keluar kamar. Sepertinya dia akan melewatkan waktu sarapan kali ini karena jam hampir menuju pukul 06.35.
"Pantesan ga dibangunin. A Iki ada kelas dadakan ternyata." Dion melihat sticknote yang tertempel di pintu kulkas. Isinya pesan dari Riki jika dia mendadak ada kelas, dan tak sempat membelikan sarapan. Hanya ada satu porsi roti bakar dan segelas susu di meja makan, untuk Dion makan. Dion meminum tandas susu itu, lalu berjalan sambil mengunyah roti.
"Ehh ... Sekarang tanggal 21? Kok ada ga ngucapin apa-apa ya di kertas tadi? Apa di chat?" Dion segera membuka ponselnya. Sama sekali tak ada pesan dari siapapun. Kedua orangtuanya juga teman-teman tak ada yang mengucapkan lewat chat.
"Nanti kali ya secara langsung? Atau mereka buat suprise?!! Yeayyyy." Dion keluar rumah dengan senyum yang mengembang. Membayangkan apa yang akan dia dapatkan di hari ulangtahunnya kali ini. Setiap jalan Dion selalu mengumbar senyum, membuat siapa saja yang melihatnya ikut tersenyum.
Setibanya disekolah Dion memarkirkan kendaraannya, lalu langsung menuju kelas yang ada di lantai paling atas. Terlihat Ryo yang tengah duduk ditempat duduknya melambaikan tangan pada Dion dengan senyuman. Dion menebak pasti Ryo yang akan mengucapkan selamat ulangtahun padanya.
"Dion!! Sini." Dion menghampiri dengan senyuman.
"Dion, gue lupa belum ngerjain pr. Liat dong yaaa." Ucap Ryo saat Dion telah sampai di hadapannya.Pundak Dion perlahan merenggut lesu, ada rasa kecewa sebenarnya. Namun dia tetap memberi Ryo buku pr-nya. Mungkin Ryo sedang akting pikirnya. Tak lama Syakir datang dengan sebuah kado. Dion bersyukur setidaknya Syakir tak ikut bersandiwara.
"Apa itu?" Ryo menunjuk kado yang Syakir bawa.
"Ouh ini buat Aming. Kemarin dia ultah, gue lupa kasih kado." Dion menundukkan kepalanya, dia semakin yakin jika sebenarnya mereka benar-benar tak ingat, bukan sandiwara.
"Aku juga ultah, kalian lupa ya?" Dion berkata dalam hati, karena tak enak jika langsung berkata langsung.
"OUH GUE JUGA LUPAA. PARAH GUE SAMPE LUPA HAL SEPENTING INI." teriak Syakir. Dion mengangkat kepalanya, mungkinkan Syakir ingat?
"Roti gue ketinggalan, gue harus telpon bang Bian. Supaya dia anterin kesini." Pupus sudah harapan Dion. Kini dia hanya bisa pasrah jika memang mereka lupa akan hari ulang tahunnya.
Selama pembelajaran berlangsung Dion selalu menatap ponselnya, berharap muncul notif ucapan selamat ulang tahun dari siapa saja. Namun lama Dion menunggu bahkan hingga jam sekolah berakhir, tak ada satupun notif chat yang Dion harapkan. Dion telan pahit-pahit kenyataan jika mereka lupa dengan hati bahagianya.
Dion pulang dengan lesu, saat memarkirkan motornya digarasi samar-samar Dion mendengar suara rusuh dari dalam rumah. Bolehkan Dion berhara jika itu tanda mereka sedang menyiapkan pesta kejutan untuknya? Namun harapannya hancur. Pada kenyataannya suara rusuh itu si sebabkan oleh Riki dan Yusril yang tengah bertengkar, serta Sabian yang tertawa terbahak-bahak.
"Adek pulang." Dion menghampiri yang tertua, tak lupa untuk menyalami mereka.
"Dek, ada nasi kuning si meja makan. Kalo udah makan istirahat aja, piringnya biar aa yang cuci nanti." Dion mengangguk. Tak lama setelah Dion selesai mengganti pakaiannya, dia makan. Saat menikmati makanannya, Riki datang menghampiri Dion.
"Dek, aa mau keluar. Main sama anak-anak, kalo sebelum jam delapan aa belum pulang, aa nginep di rumah bang Bian ya. Ada tugas juga soalnya." Dion menghentikan kegiatan makannya. Oke ini sudah jelas jika Riki lupa dengan hari ulang tahunnya. Nafsu makan Dion hilang, dia tak lagi melanjutkan makannya. Dion segera bangkit meninggalkan piring yang masih tersisa setengah nasi kuning disana.
"Ga usah pulang. Nginep aja."
Riki menatap aneh Dion. Lalu mengedikkan bahunya, tanda tak peduli. Mungkin Dion, sedang dalam mood yang buruk. Atau sama seperti dirinya yang stres karna banyak tugas? Entahlah.
Malam telah tiba. Dion menatap ponselnya yang menampilkan angka 22.15, Riki benar-benar menginap. Membiarkan Dion sendiri di hari pentingnya. Orangtuanya sama sekali tak mengirimkan pesan, teman-temannya juga demikian. Air mata perlahan meluncur membasahi pipi Dion. Isakan-isakan kecil mulai keluar. Kecewa, sedih, sakit semua Dion rasakan. Apa selama ini dirinya tak pernah dianggap hingga hari pentingnya mereka lupakan?. Di Keheningan malam, ruangan itu menjadi saksi bagaimana kerasnya tangisan Dion. Tangisan kekecewaan Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
01. Aa With Adek [END]
Short StoryNCT wish lokal Tumbuh di keluarga berantakan membuat Riki muak akan rasa sepi. Hingga tiba saat sang ayah membawa calon ibu baru untuknya. Ibarat beli satu gratis satu, bukan hanya seorang ibu baru yang Riki dapatkan, tapi juga seorang adik. "Hidup...