5. ISENG

214 38 2
                                    

"Dek, adek. Dion hudang ish." Riki menggoyangkan badan bongsor Dion. Dion yang merasa terganggu menepis tangan Riki, kemudian berbalik memunggunginya.

Riki tak tinggal diam. Masih ada 1001 cara untuk membangunkan Dion. Misalnya dengan mencium pipi Dion. Ehehe. Riki bangkit dari posisi awal, kini dia kembali berhadapan dengan wajah damai Dion. Sedangkan diambang pintu ada Yusril dan Sabian yang menatap penasaran tingkah laku Riki.

Cup

Cup

Yusril membekap mulut Sabian yang hendak tertawa saat melihat Riki mencium pipi dan kening Dion. Dia tau teman satunya itu memang sulit untuk di tebak dan anehnya di luar nalar. Sabian kini terduduk lemas, kakinya tak mampu menahan bobot badannya.

"Anjir untung si Riki bukan Abang gue." Batin Yusril.

"Aa Riki ngapain sih. Adek udah gede ga pantes buat di cium. Mana bau jigong lagi." Riki menatap tajam Dion. Gak terima dia dikatain bau jigong.

"Mana ada bau, wangi gini. Lagian adek susah buat dibangunin."

"Mau ngapain sih. Mau pamit main? Main mah main aja. Ga bakal adek kasih uang jajan juga." Ketus Dion.

"Dek masak gih, Aa laper." Riki mulai melaksanakan rencananya.

"Adek bukan istri, aa. Sana beli aja kalo laper." ucap Dion. Lalu kembali membungkus dirinya dengan selimut.

"Adek ga kasian sama perut aa? Dosa lho dek dzolim sama orang yang kelaparan. Temen-temen aa juga pada laper ga ada yang bisa masak dek. Adek mau kehilangan aa yang ganteng mirip Maeda Riku ini, aa tau ya kalo adek biasin Riku di NCT wish." Cerocos Riki tanpa rem dengan mata julidnya.

"Sutt diem deh, ini yang adek siapa, yang Abang siapa. Lagian ya bias adek itu Kim JaeHee. Bukan Riku. Awas adek mau masak." Dion bangkit dari tempat tidurnya. Dia melihat Yusril dan Sabian yang masih terduduk dengan lemas.

"Mas Yusril kenapa diem di gawang pintu, terus Bang Bian, kenapa?"

"Bang Bian lemes, dek. Dia laper. Kita awalnya mau goput aja, cuman sayang duit." Celetuk Yusril asal. Dion buru-buru berjalan mendekati Sabian. Saat sudah dekat Dean menelisik wajah Sabian, punggung tangannya dia tempelkan pada kening dan leher yang paling tua.

"Untung ga panas. Maaf ya, bang. Dion ke dapur dulu kalo gitu. Kalian tunggu aja." Setelah itu Dion bergegas kelantai bawah menuju dapur.

"Woi, bang! Jangan baper. Adek gue cewe."

"Cowok peak. Dean cowok. Tapi serius Dion idaman banget." Jangan tanya bagaimana keadaan Sabian. Telinganya memerah, perlakuan Dean tadi bikin dia salting. Sekejap dia lupa kalo Dean itu laki-laki, sebelum ...

"AAAAAAAAAA KECOAAA!!!!"

PRANKK GEDEBUK

"A RIKI , MAS YUSRIL, BANG BIAN!!!!"

Teriakan Dion disertai suara panci yang jatuh memecahkan tawa ketiga lelaki disana. Dengan terburu-buru mereka menuruni tangga.

"HAHAHA Dion badan doang bongsor, sama serangga takut." Yusril tertawa terbahak-bahak saat melihat kekacauan dapur dan Dean yang sudah jatuh tersungkur.

"Aa kira kamu udah ga takut serangga ternyata masih HAHAHA." Riki tertawa sambil memukul-mukul lantai. Bian tak sanggup berkata-kata, bahkan dirinya sudah terduduk lemas sambil memegangi perutnya karena kebanyakan tertawa.

"Ouh jadi kalian sengaja??! Awas kalian ya!" Dion bangkit lalu mengambil wajan yang tadi terjatuh di sampingnya.

"Eh eh, Dion ampun! Lari cok."

"Dek aa minta maaf, nanti aja beliin boneka Pikachu. Adekk jangan kejar aa!!!"

"Kaki gue masih lemes, tolong!"

01. Aa With Adek [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang