16. HADIAH

157 26 11
                                    

Yusril memapah Riki untuk masuk kedalam rumah. Keadaan rumah Riki terlihat sepi karena ayah tengah menunggu Bunda yang masih belum sadarkan diri dari tadi sore setelah mendengar kabar Dion hilang.

"Makasih, yus." ujar Riki ketika Yusril kembali dari dapur untuk membawakannya segelas minum.

"Udah tugas, gue. Gue nginep ya, ayah masih harus nunggu bunda Lo di rumah sakit." Riki mengangguk, disaat seperti ini memang dia perlu teman untuk mendampinginya. Bersyukurlah dia dikelilingi orang-orang yang baik, yang siap membantu ketika dalam keadaan terpuruk seperti ini.

"Tidur dikamar Dion yuk, gue gapapa kok. Temenin gue ya, yus." Yusril sedikit ragu, namun dia juga tak mampu menolak keinginan Riki. Jadilah dia mengikuti keinginan Riki.

Sesampainya dikamar Dion, keduanya menahan diri untuk tidak menangis, setiap sudut kamar itu mengingatkan mereka pada Dion. Riki mempersilahkan Yusril untuk membersihkan dirinya lebih dulu, setelah itu baru dirinya.

Selesai dengan kegiatan membersihkan diri, kini keduanya berbaring dikasur Dion. Keduanya sama-sama memakai pakaian Dion yang terlihat kebesaran ditubuh mereka. Mereka tak masalah soal itu.

"Yus,  Saking paniknya gue nyari Dion, sampe lupa hari ini gue ulang tahun. Gue mohon jangan ngucapin selamat atau sejenisnya, gue mau Dion yang pertama bilang gitu buat gue." Yusril melirik kearah Riki yang bergumam. Mata Riki terpejam, awalnya Yusril mengira Riki tertidur. Namun, sepertinya dia menutup mata hanya untuk menahan agar air matanya tidak kembali meluncur.

"Gue hormati keinginan Lo. Tapi Lo harus kuat, Lo ga sendiri ada gue, bang Bian, Syakir, Ryo, ayah sama bunda. Bahkan mami papi gue juga bisa bantu buat cari Dion."

"Thanks ya, yus."

Hening sesaat, sebelum Yusril merasa kasurnya bergerak. Yusril melihat Riki bangkit, matanya merekam dengan jelas setiap gerakan Riki yang membuka laci belajar Dion lalu mengeluarkan kotak dari dalam sana. Riki menoleh kearah Yusril lalu menggeleng, seakan memberi tahu jika dia juga tak tahu apa isi dari kotak itu.

Yusril bangun dari  posisi rebahannya. Dirinya menunggu Riki datang dengan membawa kotak tersebut.

"Lo tau ini apa, Rik?" tanya Yusril saat Riki hendak membuka kotak tersebut.

"Ga tau. Cuman gue baru inget kalo Dion nyuruh gue buka ni kotak pagi tadi, gue baru sempet buka sekarang." tangan Riki membuka kotak tersebut. Tatapannya terpaku melihat isi dari kotak itu. Brick kuromi ukuran besar yang belum selesai di bentuk, dan selembar kertas berisi pesan Dion untuk Riki.

Teruntuk aa Dion yang paling ganteng :)

Happy birthday aa, gimana kado dari adek? Aa beresin sendiri ya, sengaja ga adek beresin soalnya aa dulu lupa sama ulang tahun adek.

Adek sayang aa, semoga aa diberi kesehatan sama kebahagiaan. Aamiinnn

Sekali lagii HAPPY BIRTHDAY KUROMI BOY♡♡!!!

From
Pikachu boy, uhuww

"Hiks ...Dion ... HAAAA"  tangis Riki kembali pecah. Yusril segera memeluk Riki, meraih surat yang ada ditangan Riki. Matanya memanas saat membaca setiap kata yang tertulis pada kertas itu.

" Dion, Lo udah nyiapin ini." Yusril berujar pelan. Yusril menatap sendu kotak hadiah yang Riki bawa.

"Dion hiks ... Dion aa ga bisa ... Hiks... Dion pulang, aa ga bisa lanjutin Lego kamu." dada Yusril terasa sesak. Air matanya juga ikut mengalir seiring dengan isakan dan perkataan yang Riki ucapkan.

"Dion pulang, aa ga mau hadiah ini. Aa mau kamu pulang hiks ... Dion kamu nakal. Aa janji ga bakal marah asal kamu pulang sekarang... Hiks ... Dion ..."

Yusril tak tau harus berbuat apa, dirinya juga sama sedihnya seperti Riki. Yusril menerima setiap pukulan, cakaran yang Riki lampiaskan bahkan dia juga membiarkan baju yang dipakainya basah dengan dengan airmata Riki. Selama ini dia hidup sebagai anak tunggal, saat Dion hadir dirinya jadi dapat merasakan bagaimana rasanya mempunyai adik. Jadi kondisi Yusril tak akan jauh berbeda-beda dari Riki.

"Riki?? ..." Yusril merasa pundaknya memberat, isakan Riki pun sudah tak didengarnya lagi. Segera dia melepas pelukannya.

"Rik? Sadar Rik! Gue harus telpon bang Bian." Yusril membaringkan tubuh lemas Riki. Lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi Sabian.

"Bang darurat, Riki ga sadar. Wajahnya pucat, badannya juga panas banget. Bantuin gue." Yusril segera mempersiapkan semua keperluan Riki. Tak lupa dia menaruh kembali kotak pemberian dari Dion ketempat yang aman.

"Dion gimana Abang Lo bisa bahagia, kalo kebahagiannya ada di Lo." Yusril menatap sebuah pigura yang ada dimeja belajar Dion. Disana terlihat Riki yang tengah merangkul Dion dengan senyuman yang mengembang.

Yusril tak menyangka hal seperti ini akan terjadi disaat hari penting Riki. Dimana seharusnya hati ini temannya itu mendapatkan limpahan kebahagiaan, hari yang penuh dengan tawa malah sebaliknya. Temannya dibantai habis-habisan dengan kabar duka dengan air mata yang terus mengalir.

.
.
.
.
.
.

Halloww semuanya ... Agak kaget dikit, gapapa ya. Santai aja santai, dionnya aman kok. Dia lagi latihan renang sama lumba-lumba

Makasih yg udah baca+vote+komen 🫶🫶🫶

Belum end kok ceritanya, jangan panik dluu, ini cuman bumbu-bumbu penambah rasa gurih pada cerita ehehe 😁


01. Aa With Adek [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang