7. Luka Masing-masing

644 75 26
                                    

Pukul satu dini hari, Tita nampak gelisah. Keluar masuk kamar Sera yang tengah terserang demam cukup tinggi.
Ia beberapa kali mengganti kopresan di kening sang anak agar selalu hangat.

Aussie yang baru pulang dari sebuah acara bergegas masuk, di ikuti Yuri yang memang menjemput nya tadi.

"Kenapa gak di bawa ke Rs mah?"

"Dia nya gak mau!" Tita berseru, sembari mengecek suhu tubuh Sera yang tak kunjung turun.

"Mau manggil Rona aja?"

"Apa gak ngerepotin?" Sahut wanita itu pelan. "Ini tengah malam mas."

"Tunggu pagi aja, kalo demam nya gak juga turun. Kita bawa ke Rs." Aussie mengambil kalimat final, yang lantas di setujui oleh kedua orang tua nya.

"Dari kapan?" Yuri mendekat, mengusap rambut Sera yang lepek akan keringat.

"Sore, setelah pulang dari kampus. Kan kamu langsung pergi Sie," Tita menatap kearah Aussie. "Abis itu dia masuk kamar, pas di cek suruh makan malam udah menggigil."

Aussie nampak menghembuskan nafas pelan. Ia memang merasakan perbedaan nya tadi. Saat ia keluar dari dalam ruang Laras, Sera nampak lebih pendiam. Bahkan tak berkata sepatah pun hingga mereka sampai di rumah.

Hal ini bukan pertamakali terjadi, bahkan bisa di hitung beberapa kali dalam setahun Sera mengalami sakit.

Gadis itu tiba-tiba menjadi rentan usai di tinggal Kala pergi.

"Mah,"

Lirihan itu terdengar, Tita kembali mendekat pada Sera. Mengusap wajah sang anak yang terasa cukup panas di kulit nya.

"Sera kangen Kala Mah."

"Sera kangen Kala."

"Kangen Kala."

Gumama itu, terasa menyakitkan. Terlebih suara Sera nampak sangat serak.

"Iya, nanti kalo Sera sembuh. Kita kemakam Kala ya sayang."

Sera menggeleng, tangan nya meraih jemari hangat Tita. "Sera mau sama kala Mah, sera mau ikut Kala."

Ah lagi-lagi seperti ini.
Jika Sera demam, rancauan kalimat itu selalu terdengar.

Amat menyakitkan, seolah tak ada lagi yang mau menahan nya untuk bertemu Kala.

"Kok ngomong nya gitu sih Sera." Yuri berjongkok di samping ranjang sang anak. "Kala juga pasti gak suka denger nya."

"Kalo kala gak suka, harus nya dia datang yah. Peluk aku, obatin rasa sakit aku atas pergi nya dia."

"Gak ada yang bisa nyembuhin rasa rindu aku ke Kala. Aku, mau sama kala."

Aussie mengigit bibir bawah nya, menahan isakan yang ingin lolos begitu aja.

"Badan nya makin panas." Suara panik Tita membuat mereka ikut merasa cemas.

"Bawa ke Rs sekarang aja!"

Yuri tak lagi mau mendengarkan ucapan melantur Sera soal Kala, ia bahkan tak perduli saat Sera memberontak dalam gendongan nya.

"Ayah kuat bawa aku?"

"Ayah aja gak kuat gendong Kala dulu."

Kaki Yuri bergenti melangkah di anak tangga terahkir, menatap wajah Sera yang memerah karna terlalu panas.

"Nak, jangan ganggu Kakak kamu ya."

"Kasihan Sera."

~•~

After Losing TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang