10. Ada Luka di Surabaya

618 83 28
                                    

Kini Hujan turun cukup deras, padahal beberapa jam yang lalu jakarta nampak begitu panas. Air yang menerpa kaca lantai dua agaknya menjadi pemandangan menarik untuk Paskah kini.

Gadis itu bahkan mengabaikan sang dosen yang tengah menjelaskan materi di depan sana.

Kali ini saja, hanya untuk hari ini. Biarkan Paskah merasa tenang setelah tadi pagi di buat begitu hancur.

Mengingat kejadian di perpustakaan beberapa waktu lalu, Paskah jadi berfikir untuk bisa lebih dekat dengan Sera. Karna sunggu kehadiran gadis itu cukup membuat nya lebih hidup.

Tadi, Sera bahkan menunggu tangis nya reda sampai benar-benar masuk kedalam kelas. Meski saat di tanya Paskah tetap bungkam.

Ia menghirup nafas nya dalam, meredam kepala nya yang terasa pening di atas lipatan tangan.

Paskah benar-benar sudah tak lagi bertenanga bahkan untuk mengais ilmu hari ini.

Bahkan ketukan pintu di depan kelas nya tak lagi ia hiraukan, ia tetap menenggelamkan kepala nya dalam lipatan tanggan hingga nama nya di panggil pelan.

"Paskah Biru."

Suara dosen yang memanggil nya terasa begitu lembut, Paskah fikir ia akan di marahi karna tidur di kelas.

Gadis itu mendongak, menatap dosen Kimia nya dalam.

"Saya Pak?"

Dosen itu lantas melirik kearah Laras yang ada di depan pintu, terseyum begitu tipis. "Bu Laras ada cari kamu."

Paskah menoleh, mata nya bersitatap dengan mata memerah Laras. Penampilan sang tante bahkan nampak lebih berantakan.

Kaki berat nya mulai melangkah, menghampiri sosok yang sudah ia kenal dengan begitu baik.

"Kenapa Tant—"

Laras menarik Paskah dalam dekapan nya, tak perduli bahkan saat kedua nya menjadi tontonan seisi kelas.

"Kita ke Surabaya ya Skah?"

"Aku sama bunda gak mau ke Surabaya Tant—"

"Eyang kecelakan saat sampai di Surabaya." Suara Laras nampak tercekat. "Eyang gak selamat Skah."

Tubuh Paskah merasa kehilangan tenanga, kaki nya bahkan begitu lemas, beberapa jam lalu ia masih mengobrol dengan Amy. Lantas bagiamana bisa sang Eyang pergi?

"Skah–"

Kepala nya pening, beban yang sejak pagi ia bawa tak juga berkurang. Kini bahkan semakin berat dan tak terbendung lagi.

Brak!

Tubuh nya terhuyung saat tak lagi kuat berdiri, hingga seruan dan teriakan dari teman-teman kelas nya menjadi yang terahkir kali Paskah dengar.

~•~

Rumah duka terasa begitu ramai, terlebih tau jika Amy memang orang yang cukup penting di sana. Begitu banyak kerabat yang datang hingga Paskah merasa cukup tak nyaman.

Gadis itu duduk di dekat peti mati sang eyang dengan tubuh yang masih begitu lemas.

Bayangkan saja saat ia bangun dari pingsan usai menghabiskan satu botol infus, ia segera di bawa pergi dengan pesawat hinga sampai di surabaya.

Mata nya yang sayu itu jelas terlihat lelah karna kini memang sudah begitu malam, ia bahkan belum beristirahat dan menyentuh apapun untuk di makan.

Suara tangis Sofia dan Laras tentu saling beradu dengan lagu-lagu penghibur duka yang di bawakan oleh keluarga mereka.

After Losing TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang