13. Rahasia Semesta

708 78 26
                                    

Sera baru pulang saat waktu menjelang malam, gadis itu menenteng beberapa boks kue yang sebelum nya di berikan oleh Sofia secara gratis.

Senyum di bibir itu tentu merekah dengan sempurna, terlebih nampak nya sofia suka dengan kehadiran nya.

"Kamu beli banyak banget Ser?" 

"Gak beli, ini gratis."

"Kok bisa? Ini Blue cake yang bisa di beliin Rona kan?"

"Iyap!" Sera terkekeh kecil, duduk di sebelah Yuri. "Teryata, owner nya adik kelas aku. Si Skah!"

"Ohh, anak Smp itu? Pantes pas jenguk kamu dia bawa Blue cake juga."

Gadis itu menatap kearah Tita, menggeleng samar. "Dia udah gede loh mah, seumuran sama Kala. Kalo tau mamah bilang gitu ngambek deh anak nya."

"Plot twis amay!" Yuri menyahut, membuka salah satu boks kue yang Sera bawa.

"Mau apa kamu?" Tita meraih apa yang sebelum nya Yuri ambil. Menggeleng tegas. "Gak ada ya makan manis lagi."

"Batesin."

Sera mengerutkan kening bingung, "Kenapa? Kenapa ayah gak boleh makan?"

"Kamu inget Ibu nya Ayah yang tinggal di kediri? Kamu inget nenek meninggal karna apa?"

"Diabetes– ah iya! Diabetes itu penyakit turunan Ayah! Jangan makan yang manis-manis! Bahaya!" Sera ikut meraih kue-kue yang ia bawa, menjauhkan nya kehadapan Yuri.

"Ga papa tau, yang penting seimbang. Ayah kan rajin olahraga, diet sehat. Jadi aman!"

"Mencegah lebih baik dari mengobati ya!" Tita berucap keras.

"Iya deh," Yuri menghembuskan nafas pelan, seolah menurut dengan dua orang di hadapan nya kini. "Tapi kalo tinggal di sini, sama Kalian kaya nya ayah juga bakal tetep diabet."

"Mamah sama Sera kan sama-sama manis."

"Yeh malah gombal."

"Ayah genit banget."

~•~

Paskah ikut membantu Sofia menutup toko, sembari membalas pesan dari Sera menanyakan apakah suka dengan kue sang Bunda.

"Skah, Handpone nya taro dulu. Jangan sambil kerja gitu ah."

Menurut, gadis itu lantas meletakan telepone genggam nya di atas sofa yang bisa nya di gunakan para tamu untuk menunggu.

"Udah sampe Sera nya?"

"Iya udah."

"Suka sama kue nya?"

"Kata nya suka." Jawab Paskah, membawa beberapa wadah kotor untuk di bersihkan nanti oleh Iis.

"Tadi di kamar, kamu gak makan kue nya kan?"

"Engga." Ia menyahut, menatap sang Bunda yang tengah berdiri di depan kasir, agak nya tengah menghitung pendapatan hari ini.

"Trus kemarin, beneran cuma makan permen aja?"

"Masih aja di bahas."

Sofia berjalan mendekat kearah Paskah, mengusap rambut gadis itu lembut. "Bunda harus tau Skah, susah-susah bunda itungin apa aja yang kamu makan. Tapi kalo kamu nya tetep sakit kan berarti bunda kecolongan."

"Atau ada bahan yang salah, trus kamu jadi muntah-muntah. Bunda ngerasa bersalah–"

"Kemarin aku makan cake." Paskah menjawab tiba-tiba, tak ingin sofia berpikir jika sakit nya kemarin adalah kesalahan nya.

After Losing TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang