Tak terhitung sudah berapa kali ia memuntahkan makanan bahkan saat sudah sampai di rumah, tubuh nya tentu merasa lemas, gadis itu bersandar di kepala ranjang usai meminum obat yang di berikan oleh Sofia.
"Tadi makan apa? Bekel yang Bunda kasih kan?"
"Hm." Gadis itu ingin memejamkan mata, namun ingatan nya terlempat pada kejadian sore tadi di perpustakaan.
Bagiaman tanggapan Sera ya? Apa gadis itu marah?
Ah paskah jadi merasa tidak enak, jelas-jelas Sera sudah bersusah payah menghampiri nya. Namun gadis itu malah pergi tanpa pamit seolah tak tau terimakasih.
"Makan apa? Jawab bunda dulu!"
"Permen satu." Sahut paskah, tak mau terus berdebat.
"Gak mungkin cuma makan permen tapi sampe kaya gini!"
"Ya emang gitu." Paskah mulai berbaring saat pandangan mata nya kembali memburam.
"Trus kenapa tadi nekat pulang sendiri? Kalo kenapa-kenapa di jalan gimana? Udah tau badan nya lemes nekat bawa motor sendiri."
"Kalo gitu, kamu gak cuma nyelakain diri sendiri aja. Tapi bisa orang lain juga!"
Gadis itu hanya diam mendengarkan apa yang Sofia katakan, percuma saja. Berbicara dengan orang yang sedang marah tak akan ada hasil nya.
"Iya maaf."
"Masih mual?"
Ia menggeleng kecil, usai minum obat rasa mual itu sudah jauh lebih berkurang. Kini yang ia pikirkan hanyalah perasaan Sera.
"Yaudah kalo gitu bunda balik ke toko, kalo butuh sesuatu panggil aja." Tangan Sofia mengusap rambut Paskah lembut, sebelum benar-benar pergi dari kamar sang anak.
Tangan Paskah lantas beransur meraih handpone nya di atas nakas. Hal pertama yang ia cari adalah nomor Sera.
Ia pikir Sera akan menanyakan keadaan nya, atau setidak nya meminta maaf karna bercanda nya tadi sungguh keterlaluan.
Atau mungkin, Paskah yang memang terlalu Sensitif dengan pertemanan ini?
Sera
Tangan nya sepontan memencet tombol telepone, bahkan tanpa aba-aba. Tak perduli Sera sedang apa di sebrang sana.
Pada panggilan ketiga, kedua nya baru terhubng satu sama lain.
"Halo?"
"Maaf." Paskah tiba-tiba berucap.
"Lo ada salah?"
"Iya."
Terjadi keheningan yang cukup lama, karna Paskah pun enggan bersuara.
"Kue gue gak enak ya, sampe lo muntahin pas udah di luar perpus? Kue gue beracun? Lo tau gak ikut buatan gue sendiri? Gue buat nya susah payah tapi lo malah kaya gitu."
"Lo bilang mau jadi temen gue, tapi sikap lo yang kaya gini buat gue ragu."
"Atau lo cuma kasihan karna gue terus ngejar-ngejar lo?"
"Iya, Maaf." Gadis itu memijat kening nya yang berdenyut, tak tau jika Sera melihat adegan menjijikan tadi.
Pasti gadis itu amat marah pada nya.
"Minta maaf aja terus, nanti gitu lagi."
"Engga, janji."
Terdengar hembusan nafas dari sebrang sana, membuat Paskah kian merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Losing Time
Ficção AdolescenteKata nya setelah kita di tinggalkan, semua akan kembali seperti semula. sehari, seminggu, sebulan. Bahkan setahun usai di tinggal pergi. Semua nya akan berjalan sama seperti biasa. Namun mengapa mereka tak bisa? Mengapa bayang-bayang Kala masih se...