2. Tak tergantikan

799 79 12
                                    

Kala Senja Putri Jayabhaya, tak ada yang bisa menggantikan sosok nya. Tak ada. Bahkan jika Leo mencari di setiap sudut dunia. Tak ada yang bisa menyamakan Kala. Gadis nya, cinta nya, kesukaan nya.

Makam Kala kini bukan hanya sebuah gundukan tanah bernisan yang di dalam nya terdapat sebuah jasad. Tempat itu adalah rumah bagi sebagian orang untuk pulang.

Bukan sekedar Rumah untuk singgah.

"Hi, i miss you." Suara Leo nampak riang, sama seperti hari-hari biasa nya.

Tak ada lagi kesedihan yang terpancar karna sudah lebih menerima.

"Gue bawain bunga tabur sekarang, trus gue hias bentuk lope-lope. Lucu, gemes. Kalo gue pap ke Sera dia pasti cemburu hahahah." Leo menaburkan bunga mawar merah dan putih yang kelopak nya sudah lebih dulu digugurkan. Membentuk sebuah hati yang besar di tengah-tengah makam kala.

"Gue masuk jurusan kedokteran biar sama kaya Mamah dan ka Rona. Ngomong-ngomong kakak lo udah jadi dokter hebat loh. Keren."

"Kalo kita gak bisa nyembuhin lo, kita bisa kan nyembuhin orang lain biar mereka gak cepet-cepet pergi?"

Leo terkekeh kecil. "Sera sama Aiden beberapa kali ngenalin gue ke cewe-cewe, tapi emang mereka gak tau ya kalo cinta gue udah abis buat lo?"

"Lo rumah gue kal, Selalu jadi rumah gue buat pulang. Gue– gue masih butuh lo." Lelaki itu tiba-tiba melirih kecil.

"Gimana cara nya biar gue bisa lupain lo dan tetap hidup, bantu gue Kal."

"Gue mau jatuh cinta lagi, tapi kenapa lo bawa hati gue, kenapa hati gue ikut mati?"

Ia tersenyum getir, merasa putus asa. Ia ingin melupakan Kala, karna bagimana pun mereka tak akan pernah bersama. Leo ingin tetap hidup dan kembali menjalin kasih seperti apa yang di perintahkan mereka.

Namun ia belum bisa, melupakan Kala tidak semudah menjentikan jari. Melupakan Kala sama rasanya dengan mati.

Lambat laun mata nya terpejam utuh, merapalkan doa dalam diam. Berharap Kala bahagia. Walau Leo yang tersiksa.

~•~

Rona melepas jas putih nya saat mata nya melihat Panca berjalan mendekat, lelaki itu memang berjanji menjemput nya di rumah sakit usai pulang dari kantor.

Terseyum begitu tipis karna hari ini Rona merasa begitu lelah, banyak sekali pasien yang datang silih berganti. Ah mengapa tuhan terus memberikan rasa sakit pada para hamba nya?

"Mau makan dulu?"

Rona menggeleng, memijat kening nya yang terasa berdenyut nyeri. "Mau langsung pulang aja." Sahut Rona membuka pintu mobil saat kedua nya sudah sampai di parkiran.

Mata nya melirik pada sebuket bunga anyelir merah yang berada di kursi belakang mobil.

"Kamu bawa bunga? Buat siapa?" Tanya nya saat Panca sudah duduk di kursi kemudi.

"Kala." Jawab nya pelan. "Kamu bilang tadi siang kangen sama Kala. Aku beliin bunga anyelir karna itu bunga yang menggambarkan kerinduan."

Gadis itu mengghembuskan nafas pelan, tadi ia memang berniat untuk mengunjungi Kala, namun saat hari ini ia merasa begitu lelah, bisakah kunjungan itu di tunda hingga besok atau lusa saja?

"Tapi kamu kelihatan cape banget, kita pulang aja ya? Biar nanti aku yang kemakam Kala sendiri buat anterin bunga—"

"Ayo ketemu K." Rona memejamkan mata lembut, "Aku udah kangen."

After Losing TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang