Rona menghembuskan nafas pelan, melangkah di sepanjang koridor rumah sakit yang cukup ramai. Karna kini waktu memang sudah menunjukan pukul tiga sore, di mana jam besuk sudah di buka.
Rasa lelah tentu menggelayuti bahu nya, terlebih hari ini begitu banyak hal yang ia kerjakan.
Jika sedang merasa seperti ini, gadis itu bisa nya akan datang ke tempat Kala. Sekedar mencurahkan keluh kesah nya bersama sang adik.
Atau jika tidak, mungkin akan akan meminta Panca menemani nya melakukan hal lain yang mampu mengembalikan energi nya—
Aw!
"Maaf!"
Rona menoleh pada seseorang yang menabrak bahu nya tadi, rasa kesal semakin menumpuk hingga ingin meletup.
Namun melihat Paskah yang berdiri di hadapan nya kini membuat hal itu ia urungkan.
"Skah?"
Yang nama nya di panggil ikut menatap kearah Rona.
"Ka Rona?"
Gadis yang memakai kemeja biru itu mengangguk kecil, tangan nya bertumpu pada bahu Paskah.
"Ngapain di sini?" Ia meneliti tubuh Paskah, tak ada yang aneh. Hanya ada sebuah plester kecil yang menepel di pembulu darah lengan. "Tes darah?"
Paskah seketika menyembunyikan lengan nya, menggeleng tegas. "Engga, abis jenguk temen."
"Kata Sera kamu gak punya temen selain dia?"
"Mana ada, dia nya aja geer!" Paskah tertawa kecil, seolah mengalihkan topik. "Ka Rona Sendiri ngapain di sini? Kamu sakit?"
"Aku kan dokter di sini."
"Oh," Ia menggaruk alis nya merasa canggung, "Kalo gitu aku pergi dulu—"
"Kamu buru-buru?"
"Hm?"
Rona menatap Paskah dalam, "Kamu buru-buru? Aku mau minta temenin kamu makan siang, aku belum sempet makan siang."
Paskah melirik jam yang melingkar di lengan kiri nya, Laras masih harus berbicara dengan dokter yang memeriksa nya tadi. Maka itu ia di minta untuk keluar lebih dulu.
Hal yang bisa orang dewasa itu lakukan, seolah merahasiakan kesehatan nya. Padahal ini tubuh nya, harus nya Paskah jauh lebih tau.
"Mau gak?"
"Iya, tapi jangan jauh-jauh."
"Engga, di cafetaria rs aja kok."
Kedua nya kembali berjalan meski dalam keheningan, Rona bahkan nampak curi-curi pandang kearah Paskah yang tak bersuara sama sekali.
"Skah, mau Eskrim?"
Cukup lama gadis itu berfikir, sebelum menatap kearah Rona sembari mengangguk kecil.
"Mau."
~•~
Laras meletakan barang-barang nya di atas meja, ia lantas menatap Paskah yang sudah duduk di Sofa ruang keluarga rumah nya.
"Dokter masih tetep kasih saran buat coba pankreas buatan, sama minta kamu lebih teliti lagi milih makanan."
Ia meletakan tubuh nya tepat di sebelah Paskah, "Hasil nya bakal dokter kirim ke Gmail bunda kamu, nanti bunda kamu yang bakal jelasin."
"Hm," Paskah bergumam samar menanggapi.
"Beneran gak mau ke optik buat periksa mata? Kamu bilang belakangan pandangan kamu suka burem."

KAMU SEDANG MEMBACA
After Losing Time
Teen FictionKata nya setelah kita di tinggalkan, semua akan kembali seperti semula. sehari, seminggu, sebulan. Bahkan setahun usai di tinggal pergi. Semua nya akan berjalan sama seperti biasa. Namun mengapa mereka tak bisa? Mengapa bayang-bayang Kala masih se...