⚠️ F.A.D 6 ⚠️

471 30 6
                                    

Don't forget to ⭐ and 💬
Cek profil akun ini jika berminat membaca cerita lainnya.
Happy reading 🌷

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Kanala nama yang begitu manis dan cantik seperti orangnya. Tapi sayang, omega semanis itu begitu menyukai alpha secuek Moza.

Nala duduk termenung di kursi taman luas yang didepannya terpampang danau buatan kecil yang indah. Tempat itu begitu sunyi seakan memahami perasaan sang omega yang sedang tidak ingin diganggu.

Sinar matahari pagi pun tak bisa menghangatkan perasaan Nala yang gundah gulana. Pandangan Nala kosong menatap ke arah danau, tak luput dengan mata yang sembab.

"Apa aku bisa hidup berdua denganmu nak? Apa kau sanggup bertahan? Aku takut." gumam Nala yang tangannya mengelus perut datarnya.

"Aku tidak bisa, bahkan tidak sanggup untuk sekedar menganggu keluarga kecil yang baru di bangun oleh ibu alphamu." lanjut Nala yang kini menatap langit mendung, sepertinya hujan akan turun sebentar lagi.

Tidak memungkinkan dirinya pulang ke klan Arjiyah saat ini, karena sekarang dirinya sedang berada di klan Jiriyah. Sudah cukup banyak informasi yang Nala dengar, dan sepertinya kabar itu bukan hanya sekedar mimpi buruknya.

Rasanya Nala ingin tertawa di atas semua kejadian dan tindakan bodohnya di masa lalu.

Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan, pakaian Nala pun perlahan basah. Tapi hal itu tak menggerakkan hati Nala untuk bangkit dan pergi dari sana, entah itu karena sudah terlanjur nyaman atau apa.

Tiba-tiba pandangan Nala gelap, ada jubah besar yang menutupi tubuh dan kepalanya. Nala tidak bisa melihat, tapi ia bisa mencium feromone siapa yang ada pada jubah ini.

Seketika bibir Nala tertarik membentuk lengkungan indah. "Kau mau mati? Kalau iya, jangan mengotori klan-ku." suara itu terdengar ditelinga Nala, ia tau jika itu suara alpha Moza.

Di ajaknya Nala untuk sedikit berlari, meneduh di emperan kedai yang sedang tutup. Nala memutuskan untuk membuka jubah yang menutupi kepalanya.

Ditatapnya Moza yang sedang menatap ke arah rintikan hujan yang cukup deras itu. Moza yang merasa ditatap pun menatap balik Nala, kemudian menaikkan satu alisnya bermaksud menanyakan 'ada apa?'

Hanya gelengan yang Moza dapat, kemudian ia membuang pandangannya ke arah lain. Sudah cukup lama Moza tidak melihat kehadiran Nala, dan sepertinya Nala berubah dengan pesat.

Baguslah ya, Moza jadi tidak merasa terganggu lagi akan kehadiran Nala yang selalu ada di dekatnya.

Nala menatap Moza dengan seksama, ia mungkin akan melakukan tindakan tercela lagi. Tapi Nala putuskan ini yang terakhir kalinya, ia tidak akan memunculkan dirinya kembali di depan alpha Moza.

Nala tidak akan memberitahu kehadiran bakal calon anak mereka berdua kepada Moza. Setelah ini biarkanlah Moza hidup damai bersama keluarga kecilnya. Mari belajar mengikhlaskan alpha tampan itu.

Moza sedikit tersentak saat mencium feromone manis dari omega disampingnya. Jangan tanya kenapa Moza masih bisa mencium feromone omega karena ia belum menandai Lio sebagai mate nya.

"A-apa yang kau lakukan?" tanya Moza yang sedikit demi sedikit menjauhi Nala.

Dengan gerakan yang cukup cepat Nala menutupi kepalanya serta kepala Moza dalam jubah besar yang dikenakannya.

Mereka saling menatap dengan intens, Nala sedikit berjinjit untuk meraih bibir Moza lalu melumatnya kasar. Tak lupa juga mengalungkan tangannya pada leher Moza agar alpha itu semakin menunduk dan memperdalam ciumannya.

"Eumhh." perlahan punggung Moza membentur dinding kedai itu, tangannya yang semula menahan pundak Nala pun melemas dan luruh kebawah.

Kepala Moza terasa pusing dengan tembakan feromone yang keluar secara berlebihan, badannya sedikit bergetar. Entah kenapa Moza tidak bisa untuk sekedar mendorong omega yang sedang mencuri kesenangan darinya saat ini.

Moza mencoba melepaskan diri tapi Nala menahan leher Moza dengan kuat, bahkan indra perasa Moza merasakan asin darah. Sepertinya bibirnya sedikit terluka, Nala cukup bermain kasar.

Tak lama pun Moza ikut terbuai dengan feromone, tindakan sensual dari Nala, juga suasana sepi dan hujan yang mendukung.

Kedua tangan Moza perlahan meraih dua benda kenyal di bawah sana, kemudian meremas-remasnya dengan lembut.

Nafas mereka berdua cukup memburu, Nala melepaskan lumatannya karena ia kaget mendapat balasan dari Moza.

Moza menatap Nala dengan pandangan sayu, kemudian mendekatkan wajahnya keperpotongan leher jenjang Nala.

Moza membalik keadaan dengan dirinya yang kini mengukung tubuh mungil Nala dalam rengkuhannya. Moza mengecupi leher Nala dan membuat banyak tanda kepemilikan di leher putih itu.

Gila, rasanya Moza sudah gila.
Entah karena Moza yang akhir-akhir ini tidak melakukan aktivitas sensual atau apa. Tapi bagaimana bisa Moza terangsang dengan feromone Nala saat ini, yang bahkan biasanya ia tidak merasakan apa pun.

Kelenjar feromone Nala wanginya semakin membuat Moza kehilangan kewarasan.

"Ahhh a-alpha." desahan Nala tidak bisa ditahan lagi.

Disela kecupannya, Moza bergumam pelan "Apa yang kau lakukan padaku Nala? Kenapa aku tanduk dibawah kuasamu?"

"Eumhh ahh be-benarkah? K-kau menyukainya? S-saat ini umhh aku milikmu, gunakan aku sepuasmu untuk y-yang terakhir kali umhh." ucap Nala bisa didengar oleh Moza.

Moza tersenyum miring saat mendengarnya, kalau itu maunya kenapa tidak? Lagipula Moza bisa menjadikan Nala sebagai toilet pribadinya saat ini, bahkan tanpa bayaran.

"As you wish, omega." jawab Moza yang dengan kesadaran penuh kini membawa masuk Nala kedalam kedai tutup itu. Rupanya kedai itu kedai kosong tanpa penghuni. Sungguh keadaan yang sangat mendukung perbuatan erotis ini terjadi.

Mereka melakukannya berkali-kali, entah sudah berapa kali pelepasan yang mereka berdua dapat. Rasanya perut Nala kembung dengan cairan hangat milik Moza.

Moza tidak melakukan knotting, tapi banyak cairan cintanya yang memenuhi lubang Nala hingga meluber keluar karena tak ada ruang tersisa lagi di dalam.

Moza sekarang sedang tidur disamping Nala. Nala tersenyum sendu menatap alpha yang hanya akan menjadi khayalannya saja.

Tapi Nala cukup puas menghabiskan waktu bersama Moza, walau ada secuil rasa tidak enak kepada Lio karena sudah menghabiskan waktu di ranjang bersama alphanya.

Nala berbenah diri memakai pakaiannya kembali, lalu mengecup singkat bibir Moza kemudian menatap banyak tanda kepemilikan juga di leher Moza yang ia buat.

Bagaimanapun Nala tidak pernah merasa rugi sudah memberikan apa yang seharusnya ia berikan kepada matenya kelak.

Diraihnya tangan alpha Moza pelan-pelan, kemudian Nala arahkan untuk mengelus perut ratanya. Nyaman, rasanya nyaman sekali. Nala rasa sudah cukup ia mengisi energi untuk anaknya dari ibu alphanya itu.

Sudah saatnya Nala menghilang dari pandangan Moza, semoga Moza bahagia bersama omeganya. Biarkan Nala menghilang bersama dengan janin di perutnya.

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Sampai kapan kira-kira Nala menghilang? Maunya..

[Sementara]

[Selamanya]

Silahkan komen yang banyak, kalo ga komen maaf ceritanya bakal slow update☹️

_RIUSGURL_

Female Alpha DominanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang